Rasanya setiap kata yang meluncur dari bibir Ilgy sulit Aalea percaya. Bagaimana mungkin seseorang yang arogan bukan main seperti Ilgy menyukai dirinya?
"G-gue ...." Aalea menggantung kalimatnya. Tidak, lebih tepatnya ia tak tau harus berkata apa.
"Nggak papa. Lo nggak perlu jawab perasaan gue sekarang. Yang penting lo udah tau kalau gue suka sama lo," kata Ilgy.
Ilgy mengacak rambut Aalea perlahan sebelum angkat kaki. Ia meninggalkan Aalea yang masih termenung di atas ayunan. Aalea tak begitu yakin, tapi di saat seperti ini ... samar-samar sosok Arjuna malah menghantui pikirannya. Apa maksudnya? Aalea sendiri tak mengerti.
...
Aalea melepas sepatunya dan berjalan masuk. Ia memijat-mijat kepalanyaㅡpening. Rasanya ingin segera mengempaskan badan dan memeluk guling dengan damai.
Tapi niat Aalea sepertinya harus diurungkan. Gadis itu bertemu dengan Kandhira di ruang tamu. Mata Kandhira sembab yang sudah dapat Aalea tebak gara-gara Ilgy. Bukan itu masalah utamanya.
"Lo Aalea anak kelas sebelah, kan? Kok lo ke sini?" tanya Kandhira.
Mampus!
Aalea jelas tidak mungkin berkata terus terang bahwa ia tinggal di sini, kan? Jadi ia harus bilang apa?"G-gue ... g-gue ... mau ngerjain proyek bareng g-gitu sama Arjuna. Lomba karya ilmiah! Ya, lomba karya ilmiah! Satu tim gitu," jawab Aalea seraya terus berpikir.
Kandhira mengangguk-angguk. Gadis itu kemudian mengambil tasnya dan memasang di pundak.
"Bilangin ke Arjuna, gue balik," kata Kandhira sebelum lenyap di balik pintu. Gadis cantik bermata bulat itu ragu dengan jawaban Aalea. Entahlah, tapi firasatnya begitu kuat.
Kandhira memutuskan untuk menghampiri pos satpam sebelum pulang.
"Halo, Pak!" sapa Kandhira.
"Eh, Neng Kandhira. Udah lama banget nggak kelihatan, Neng," kata laki-laki berumur sekitar 30 tahun itu.
Kandhira tertawa kecil kemudian bertanya, "Itu ... cewek yang tadi siapa, ya, Pak?".
"Sebenernya ini rahasia, Neng. Tapi karena Neng Kandhira yang nanya, Bapak kasih tau, deh. Cewek yang tadi itu Neng Aalea. Tinggal di sini udah sekitar sebulan gitu lah."
Jawaban Pak Satpam mengejutkan Kandhira. Tapi gadis itu berusaha stay cool dan memberikan senyum manisnya.
"Oh, makasih, ya, Pak," ucap Kandhira lalu pergi meninggalkan rumah Arjuna.
Masih ada satu pertanyaan di benaknya, Kenapa Aalea harus tinggal sama Arjuna?
...
Kandhira terduduk di bangku taman. Sendirian bertemankan oksigen yang rasanya begitu sesak saat melewati paru-parunya.
Ilgy meninggalkannya. Dan Arjuna menolak untuk berada di sisinya. Lengkap sudah. Belum lagi perihal Aalea yang tinggal di rumah Arjuna. Semua terasa memeningkan kepala Kandhira.
Sudah jelas Arjuna menyembunyikan sesuatu. Begitu pula Aalea. Tiba-tiba Kandhira membayangkan hal yang bukan-bukan. Gimana kalau ternyata Arjuna sama Aalea pacaran? Apa gara-gara dia, si Arjuna jadi dingin gitu sama gue? Nggak bisa gue biarin.
Kandhira berdecak. Temaram dalam hatinya kemudian lenyap saat melihat seorang gadis bernama 'Jaslyn Wiradrana' melintas. Ia teringat, bahwa Jaslyn adalah teman dekat Aalea. Apa perlu ditanyakan saja?
"Hei! Jaslyn, kan?" katanya memanggil.
Jaslyn otomatis menoleh dan mengangguk.
"Aku mau nanya sesuatu sama kamu nih."
...
Kedatangan Kandhira menyisakan berkas-berkas rasa dalam dada Arjuna. Mungkin Arjuna masih menyukainya, tapi mungkin hanya sebatas iba. Arjuna ingin sekali memeluk Kandhira saat gadis itu menangis. Namun hal itu tak dilakukannya. Otaknya telah memerintah dan hatinya sama sekali tidak memberontak.
Memang sudah seharusnya begini, pikir Arjuna. Sudah tidak ada lagi yang perlu diperjuangkannya bagi Kandhira. Arjuna dan Kandhira hanya sahabat sejak kecil. Tak akan pernah lebih.
Arjuna sendiri juga tidak mau hanya menjadi pelampiasan Kandhira di kala gadis itu terpuruk, ditinggalkan saat sudah menemukan yang baru, dan akhirnya terjebak dalam perasaannya sendiri. Arjuna tidak mau. Bukan sebuah hubungan dengan cinta sebelah tangan yang Arjuna mau. Singkatnya, ia juga ingin dicintai.
"Kandhira tadi kesini ya? Gue ketemu dia di bawah. Dia tanya kenapa gue di sini. Ya udah gue bilang ada lomba karya ilmiah," papar Aalea menjulurkan kepalanya di samping pintu Arjuna yang terbuka.
Pemuda itu tidak menjawab apa-apa dan malah mengambil sepotong jaket dari dalam lemarinya.
"Ganti baju sana, Aal. Gue bosen di rumah. Gue tunggu di bawah," lirih Arjuna lalu berjalan melewati Aalea.
Aalea melongo lalu uring-uringan dalam hati, Barusan itu dia ngajak gue jalan? Dia bahkan nggak minta persetujuan! Dasar!
...
"Oke, gue bosen. Jadi ajak gue ke tempat lo biasanya ngilangin bosen."
Begitulah kira-kira kata Arjuna lima menit yang lalu tepat ketika Aalea duduk di samping kursi kemudi. Dan sampai sekarang, Aalea juga masih tidak tau harus membawa Arjuna kemana.
Tau sendiri kan bagaimana Aalea selama ini? Cuma mendekam di rumah, belajar dari textbook, paling pol nonton drama Korea di laptop. Tidak ada tempat istimewa bagi Aalea untuk menghilangkan 'rasa bosan' seperti permintaan Arjuna.
"Jadi lo mau ngajak gue kemana?" tanya Arjuna.
"Mmmhhh ... gue nggak yakin mau ngajak lo kemana. Tapi kayaknya ada satu tempat yang layak lo coba buat ngilangin bosen. Dan gue nggak tau bakal berhasil apa nggak," jawab Aalea.
...
Dan di sinilah mereka. Berdiri di sebuah komplek kecil Jakarta. Tepatnya di depan sebuah rumah sederhana yang cat dindingnya sudah pudar dan mulai mengelupas. Ini ... kediaman Aalea.
Entah apa yang membuat Aalea membawa Arjuna kemari. Mungkin Aalea sudah gila, ia bahkan tidak memikirkan apa reaksi ibunya ketika ia membawa seorang laki-laki ke rumah. Ibu bisa saja berpikiran yang tidak-tidak dan memarahinya habis-habisan.
Gue pasti udah nggak waras. Ngapain juga bawa Arjuna ke rumah? Emangnya bisa ngilangin bosen? Aalea memijat keningnya. Menyesali keputusan yang dibuatnya. Keputusan ini terlalu berisiko. Tapi, sudah tidak ada lagi jalan untuk kembali. Ya, karena baru saja ibu tiba-tiba keluar dari rumah dengan satu kantung besarㅡyang Aalea yakin isinya adalah sampahㅡdan tatapan mereka bertemu. Padahal baru saja Aalea hendak menarik Arjuna. Terlambat.
"Kenapa nggak masuk?" tanya Ibu. Tolong, jangan bayangkan nada bicaranya lemah lembut.
"I-iya. Ini m-mau masuk," kata Aalea tergagap-gagap.
Ibu melanjutkan perjalanannya membuang sampahㅡke depan komplek. Sedangkan Aalea memasuki rumahnya, Arjuna mengekor. Entah ini tempat yang tepat atau tidak untuk menghilangkan rasa bosan Arjuna. Namun di sinilah satu-satunya tempat, dimana Aalea mengatasi rasa bosan. Tempat yang paling nyaman sekaligus menyebalkan, tempat yang kadang dibencinya sekaligus dirindukan, tempat yang menyaksikan tangis sekaligus tawanya, tempat yang ingin segera ia tinggalkan namun juga membuatnya betah, tempat yang menyaksikan pertumbuhan dan seluruh cerita seorang Aaleasha Cleonna. Rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teenfictale #1: Prince Charming Next Room
Teen FictionArjuna adalah pangeran sekolah yang dicap serba sempurna. Tampan, kaya, cerdas, dan bebas. Empat komposisi untuk kehidupan bahagia. Berbanding terbalik dengan Aalea. Gadis sederhana yang hidupnya penuh tekanan gara-gara Arjuna. Karena Arjuna, Aalea...