29. Kasar

11K 862 22
                                    

Hujan rintik-rintik membasahi Kota Jakarta. Awan mengambang dimana-mana. Menyembunyikan sang mentari yang mungkin lelah membagi-bagikan sinarnya.

Aalea duduk di bangkunya. Ada sebersit rasa kasihan dalam hatinya. Ia kasihan pada seorang Arjuna Dirga Cakrawala. Walau Aalea tau, bahwa ia seharusnya tak boleh menatap Arjuna seperti itu.

Tadi pagi baru saja Aalea mendengar sebuah rahasia besar Arjuna dari pemiliknya. Rahasia yang bahkan belum diketahui Si CinderellaㅡKandhira. Aalea tak tau harus merasa tersanjung karena ia mengetahui rahasia itu lebih dulu dari Kandhira, atau malah merasa kasihan pada Arjuna. Meskipun sekali lagi, Arjuna tak seharusnya dikasihani.

Selama ini Aalea memandang Arjuna sebagai laki-laki serba sempurna yang tangguh dari sisi manapun. Tapi kini gadis yang sedang bertopang dagu itu mengerti, Arjuna hanya tangguh di luarnya saja. Selama ini pemuda itu tangguh dan rapuh di waktu yang bersamaan. Kerapuhan yang ia rasa mungkin lebih parah dari yang Aalea bisa bayangkan.

Masa kecil Arjuna yang kelam membuatnya takut gelap. Paksaan, pukulan, cacian. Semua itu ia rasakan ketika ia masih kecil. Dan parahnya, oleh bundanya sendiri.

Aalea jadi merasa bersalah karena selama ini ia membenci Arjuna. Ia mengira kehidupan pemuda itu selalu mulus dan enak-enak saja. Dulu, Aalea selalu membandingkan kehidupannya dengan milik Arjuna. Gadis itu iri pada kekayaan, kecerdasan, ketampanan, dan kebebasan Arjuna. Ia selalu mencaci maki Arjuna dalam hatinya karena merasa kehidupan berperilaku tak adil padanya. 'Selalu aja Arjuna'. Begitulah kata-kata yang sering muncul di kepala Aalea. Setidaknya sampai beberapa jam yang lalu. Sebelum ia mengerti betapa kelamnya masa kecil yang harus Arjuna jalani.

Ibu Aalea mungkin kejam karena sudah mengusir anaknya sendiri dari rumah. Namun, bunda Arjuna lebih kejam karena ia memukul anak kecil tak berdosa dan memaksakannya sempurna tanpa peduli pepatah 'tidak ada manusia yang sempurna'.

Ibu Aalea ingin putrinya selalu dapat nilai bagus demi kepentingan Aalea sendiri. Sedangkan bunda Arjuna melakukan segalanya demi cinta dari laki-laki yang sama sekali tak pernah melihatnya.

Dengan kata lain, Aalea lebih beruntung daripada Arjuna.

"Baiklah, pelajaran hari ini kita akhiri. Selamat siang."

Kalimat terakhir yang dilontarkan guru membuat Aalea tersadar dari lamunannya. Sejak tadi ia tak mendengarkan penjelasan guru. Bahkan ia tak tau bahwa ada tugas jika Jaslyn tak mengatakannya.

"Lo kenapa, sih, Aal? Ada masalah, ya?"

Aalea hanya bisa menggeleng dan tersenyum tipis. Ini memang bukan masalahnya, ini adalah masalah Arjuna yang mengganggu pikirannya.

"Oh, iya, Jas, gue mau cerita," ucap Aalea.

"Apa?"

"Gue sekarang jadi tutor sebayanya Ilgy. Si kapten basket songong itu."

Jaslyn hampir saja berteriak. Ia terkejut tentu saja. Baru saja ia ingin mendengar cerita lebih lanjut dari Aalea. Namun tiba-tiba seseorang yang entah dari mana masuk ke kelas dan menemui Aalea. Kacamatanya mungkin lebih tebal dari kamus besar bahasa indonesia. Aalea tak mengenalnya. Ia lebih terlihat seperti seorang suruhan yang sebenarnya tak mau melakukan perintah ini.

"Disuruh Ilgy ke halaman belakang. Ada yang mau diomongin," katanya lalu pergi begitu saja.

Aalea bertatapan dengan Jaslyn. Seolah malaikat kematian baru saja menyapanya dan mengatakan kapan jam kematiannya.

Ia sungguh tak suka harus berurusan dengan Ferhandito Ilgy Syailendra.

...

"Ayo dong, Ilgy! Kita, kan, nggak pernah jalan-jalan selama jadian."

Gadis itu merengek layaknya anak-anak. Bergelayut manja seolah kakinya sudah tak bisa menumpu berat badannya sendiri.

Pemuda di hadapannya jengah. Tatapannya penuh sarkasme. Berbanding terbalik dengan sang gadis yang menatapnya penuh cinta.

"Jalan aja sendiri! Gue males!" Ilgy buka suara. Dingin. Begitulah kesan yang ada.

"Ih ... ayo dong!" rengekannya makin menjadi.

Beginilah Kandhira. Manja di balik kesempurnaannya.

Ilgy merasa bising. Ia mengempaskan tangan Kandhira yang bergelayut manja di tangannya. Tampangnya kesal dan matanya melebar marah.

"Manja banget, sih, lo! Gue udah bilang gak mau ya gak mau!" bentak Ilgy. Bersamaan dengan seseorang yang baru saja tiba dan bersembunyi di balik pilar penopang.

Kandhira seketika menutup bibir manisnya. Baru saja, sebilah kaca menggores hatinya. Menimbulkan luka yang sudah pasti perih namun tak sebesar rasa cintanya.

Sementara itu, di balik pilar ... seseorangㅡyang tak lain adalah Aaleaㅡmendengarkan secara seksama. Menantikan apa yang akan dikatakan baik oleh Ilgy maupun Kandhira.

"Ya udah, deh. Kapan-kapan aja kita jalan-jalan." Nada bicara Kandhira melunak. Ia masih bisa mengukir senyuman tulusnya pada Ilgy. "Aku ke kelas dulu, ya," lanjutnya lalu berjalan meninggalkan halaman belakang sekolah.

Kini Aalea memutar otaknya. Gadis itu harus ada di hadapan Ilgy tanpa ketahuan kalau ia baru saja menguping. Bagaimana caranya?

Di tengah kerja keras otak Aalea, sebuah suara menghentikannya, "Sini lo. Nggak usah sembunyi di balik pilar. Gue juga tau kalau lo nguping."

Jelas kata-kata itu ditujukan untuk Aalea. Gadis itu meringsut keluar dari balik pilar.

"S-s-sorry gue nggak sengaja nguping," lirih Aalea.

Ilgy tak menjawab. Sedangkan Aalea sendiri gatal untuk melontarkan beberapa pertanyaan pada pemuda kasar di hadapannya.

"Lo kasar banget, sih, sama cewek! Kandhira itu, kan, pacar lo!" ujar Aalea penuh keberanian.

Ilgy berdeham kecil sebelum akhirnya menjawab ucapan Aalea dengan nada penuh arogansi.

"Terserah gue lah! Dia kan punya gue! Mau gue kasarin ya terserah gue."

Aalea tak habis pikir. Kata-kata Ilgy barusan seolah menjelaskan bahwa Kandhira adalah sebuah mainan dari sudut pandangnya. Mainan yang bebas untuk dihancurkan atau dipermainkan semau hati.

Tapi Aalea tau Kandhira bukanlah mainan. Ia adalah seorang wanita. Wanita yang dijaga, dihormati, dan dicintai oleh Arjuna. Wanita yang berbalik meninggalkan Arjuna dan malah memilih seorang Ilgy menjadi kekasih hatinya.

Aalea mendengus. Di jaman emansipasi wanita ini, masih saja ada orang yang merendahkan wanita. Ia jadi merasa kalau R. A. Kartini mungkin perlu dihidupkan kembali.

"Kandhira itu bukan mainan! Kalau lo kasar gitu sama dia ngapain lo jadiin pacar! Lo tau nggak, di luar sana ada orang yang ngejaga Kandhira sepenuh hati. Dan lo malah merlakuin Kandhira kayak barang!"

Emosi Aalea mulai meninggi. Darahnya mendidih dan naik ke ubun-ubun. Ia bahkan sudah mulai mengepalkan kedua tangannya.

Saat-saat seperti ini mengingatkan Aalea pada Arjuna. Pemuda yang memperlakukan Kandhira bak tuan putri itu malah harus tersisihkan. Aalea sendiri tak mengerti mengapa Kandhira memilih Ilgy yang jauh di bawah Arjuna dari segala sisi.

Menganggap ucapan Aalea sepele, Ilgy tertawa renyah. Ia tak merespon Aalea sedikitpun. Aalea tentu saja kesal. Gadis itu memutuskan kembali ke kelasnya dengan langkah tegas. Ia bahkan sampai lupa menanyakan mengapa Ilgy memanggilnya ke halaman belakang.

Ilgy mengusap bibirnya dan kemudian bergumam, "Alasan gue pacaran sama Kandhira, ya? Cuma satu. Buat bales dendam ke Arjuna."

Teenfictale #1: Prince Charming Next RoomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang