6 ● Tidak Biasanya

15.2K 2K 85
                                    

Sungmi POV

Aku menggerutu kesal karena dengan seenaknya Jimin memintaku untuk datang ke apartemennya. Setelah Taehyung pulang, satu pesan dari Jimin masuk ke ponselku, namja itu memintaku cepat-cepat ke apartemennya untuk menyiapkan makanan.

Setelah aku berada di depan pintunya ternyata Jimin malah belum pulang! Dan sialnya aku tidak tahu berapa password apartemennya. Jadi aku lebih memilih kembali ke apartemenku.

"Sungmi-ya!"

Baru saja aku menempelkan tanganku di kenop pintu, satu teriakan masuk ke dalam kupingku.

Aku menoleh ke sumber suara, lalu aku melihat Jimin berjalan dengan santainya sambil menenteng sebuah paper bag di tangan kanannya. Dia meghampiriku sambil tersenyum manis, kenapa dia jadi senang tersenyum seperti itu? Tidak biasanya. Ah pasti supaya para yeoja yang melihatnya langsung meleleh di hadapannya. Terkecuali aku!

Aku berkacak pinggang lalu mengomelinya. "Kenapa kau menyuruhku datang padahal kau sendiri belum pulang, huh?"

Jimin melepaskan topi hitam yang bertengger di kepalanya. "Wae? Kau menungguku ya?"

"Ani!" Aku menggelengkan kepalaku. Jangan sampai dia jadi besar kepala kalau tau aku menunggunya.

"Ah sudahlah, na baegopa."

Jimin berjalan mendahuluiku, lalu tangannya bergerak untuk memencet angka-angka password apartemennya, dan pintupun akhirnya terbuka. Aku hanya mengekorinya masuk ke dalam apartemennya.

Saat melangkah masuk, lampu di apartemennya ternyata masih belum menyala, dan itu sangat gelap! Kalian tau kan aku benci gelap! Lebih tepatnya sih takut. Dengan sangat terpaksa aku menarik lengan Jimin yang berada satu langkah di depanku. Aku mengeratkan pelukanku terhadap lengannya sambil memejamkan mataku.

"Neo gwaenchana Sungmi-ya?" tanya Jimin.

Aku tidak bisa melihat ekspresinya karena aku masih memejamkan mataku. Tapi dari nada suaranya sepertinya dia khawatir?

"Eoh. Geunyang, nan museowo. Aku takut gelap. Bisakah kau menyalakan lampunya?" pintaku.

Jujur saja, sebenarnya aku takut juga berada di dalam sini hanya berdua dengannya. Tapi aku yakin kalau Jimin adalah orang baik, jadi dia tidak akan melakukan hal yang aneh kepadaku.

"Oh geurae." Jimin melangkahkan kakinya yang aku yakin ke tempat dimana tombol untuk menyalakan lampu berada dan aku masih menempel dengannya.

Setelah beberapa detik aku merasakan cahaya masuk ke dalam mataku yang masih tertutupi kelompak mataku ini, jadi aku memutuskan untuk membuka mataku secara perlahan.

"Akhirnya," ucapku senang. Aku menoleh dan mendapati Jimin memandang ke arahku. Pandangan kami bertemu dan aku jadi merasa sedikit canggung.

"Sampai kapan kau mau menempel padaku? Bukankah kau harus memasak?" dia berkata dengan satu alis terangkat.

Ah sial! Aku malu sekali rasanya. Bagaimana bisa aku lupa untuk melepaskan tangannya. Cepat-cepat aku melepaskan tangannya dan pergi meninggalkannya ke dapur.

"Aku mau mandi dulu, masaklah yang enak Sungmi!"

"Jangan lupa pakai bajumu kalau kau keluar dari kamar mandi Jimin!" Aku mengingatkannya hanya karena tidak mau kejadian kemarin terulang lagi. Jangan sampai mataku terkontaminasi lagi kalau aku melihat abs jimin untuk kedua kalinya.

Jimin memutar bola matanya, lalu ia berbalik dan berjalan ke arah toilet. "Ya.. ya.. ya.. padahal aku tau kau menyukai absku."

"Heol! Jangan terlalu percaya diri!" ucapku setengah berteriak supaya bisa di dengar olehnya yang sudah masuk ke dalam kamar mandi.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang