40 ● Speechless

6.7K 865 139
                                    

Kota Seoul sudah benar-benar memasuki musim dingin sejak ditandai dengan turunnya salju pertama kemarin malam.

Dan siang ini, salju itu kembali turun ke bumi. Mulai menumpuk di sepanjang jalan serta atap-atap rumah maupun gedung. Begitu pula dengan gedung rumah sakit yang Sungmi tempati sejak dua hari lalu.

Gadis itu memperhatikan keadaan di luar sana dari balik kaca jendela. Orang-orang yang berlalu lalang terlihat merapatkan mantel yang mereka gunakan, sangat berbeda dengan dirinya, Sungmi sudah merasa hangat karena penghangat ruangannya yang menyala.

Sungmi mendengus samar. Harusnya siang ini ia berada di sekolah, bukannya malah duduk termenung ditemani dua baket bunga yang berbeda. Tentu saja dari dua orang yang berbeda pula.

"Bunga yang cantik," mata Sungmi berbinar kala memerhatikan bunga aster putih pemberian Taehyung. "Tapi sayang semalam kita tidak bertemu," ia menghela nafas panjang. Sebelum tangannya yang lain meraih buket bunga yang satunya lagi.

Lima tangkai mawar merah dengan satu tangkai mawar putih ditengah.

Persis seperti yang Jimin berikan padanya waktu itu.

Sungmi tersenyum kecut. "Kau!" Ia menunjuk bunga itu dengan jari telunjuknya. "Kenapa kau bodoh sekali hah?" gadis itu memaki seolah-olah bunga di depannya telah melakukan sesuatu yang salah padanya.

"Kenapa kau bodoh sekali?" suaranya memelan seiring dengan matanya yang kembali berair. Akhir-akhir ini entah kenapa ia menjadi begitu sensitif, dan itu membuatnya jadi sering menangis. Ya walau sebenarnya Sungmi sendiri adalah gadis yang cengeng.

"Kenapa kau membangkang pada Ayahmu hanya karena aku, Jimin?" lagi-lagi ia tersenyum kecut. Air mata itu kembali turun, namun cepat-cepat ia hapus. Tidak lagi. Sungmi tidak mau menangis lagi. Itu terlalu melelahkan baginya.

Pikirannya kembali melayang-layang di udara. Mengigatkannya tentang aktingnya semalam. Dimana ia berpura-pura tidur ketika Jimin datang menjenguknya.

Bodohnya lagi ia mendengar semua gerutuan Jimin, tapi tidak ada niatan untuk bangun dan membiarkan Jimin menjelaskan semuanya. Walau nyatanya sekarang ia sudah tau apa yang sebenarnya terjadi, tapi tetap saja, Jimin tidak tahu kalau Sungmi sudah mengetahui semuanya.

Aktingnya benar-benar sempurna. Bahkan Jimin saja tidak curiga sama sekali. Oh mungkin setelah ini harusnya ia bermain drama? Tidak. Hidupnya saja sudah seperti drama-drama di tv. Apa itu perjodohan, pertunangan, benar-benar seperti film klasik yang pernah ia tonton.

"Bodoh," Sungmi mengumpat sekali lagi. Melayangkan beberapa pukulan kecil yang harusnya diterima Jimin ke buket bunga mawar pemberiannya. Tidak ada Jimin, bunga pemberiannya pun tak masalah.

"Kau orang terbodoh yang pernah aku kenal," ia menghela nafas panjang sebelum menggelengkan kepalanya. "Tidak, tidak.. aku lebih bodoh karena masih saja menyukai orang bodoh yang satu ini,"

***

Lorong loker saat jam istirahat selalu menjadi lebih ramai dari jam-jam biasanya. Tentu saja para murid akan ke sana untuk meletakan buku pelajaran mereka sebelum bergegas menuju kantin untuk makan siang.

Terlebih lagi murid perempuan yang bisa sekaligus mencuci mata mereka dengan salah satu anugrah Tuhan yang paling indah di sekolah, apalagi kalau bukan geng Bangtan yang berkumpul sebelum menuju kantin bersama. Apalagi sekarang ditambah Jihyun-adik Jimin yang seumuran dengan Jungkook.

"Waah kalian populer juga, ya," ucap Jihyun yang baru-baru ini gabung dengan mereka ketika jam istirahat.

Semuanya terkekeh pelan. Kemudian Yoongi melingkarkan tangannya pada bahu Jihyun. "Tentu saja," ucapnya percaya diri.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang