30 ● Kejutan

9.5K 1K 64
                                    

Sungmi menghela nafas sekali lagi. Menatap buku matematika yang berada di atas meja.

Tangannya menggenggam pulpen yang sejak tadi ia gunakan untuk mencorat-coret buku tulisnya. Bukan dengan kumpulan rumus, melainkan hanya guratan garis-garis yang tak beraturan.

Sudah hampir lima belas menit ia bertahan dengan posisinya. Duduk sendiri di meja perpustakaan yang paling pojok. Siang itu ia hanya bertemankan ponselnya yang sejak tadi ramai dengan notifikasi yang masuk. Hampir semua media sosialnya diserbu oleh para fans kekasihnya.

Dan yang paling membuatnya jengkel adalah pertanyaan dari mereka semua itu sama. 'Kau benar-benar kekasih Jimin sekarang?' atau 'aku tidak percaya Jimin itu pacarmu' atau yang lebih parah 'terserahlah mau kau istrinya sekalipun, aku akan tetap menyukai Jimin'. Ya walaupun tidak sedikit juga orang yang mendukungnya. Resiko punya kekasih populer.

Belum juga genap satu minggu ia berpacaran dengan Jimin, tapi sepertinya satu sekolah sudah mengetahuinya.

Siapa lagi kalau bukan Jimin penyebabnya.

Tadi malam, Jimin memposting foto Sungmi sewaktu di Gwangan di instagramnya. Jelas saja semua orang jadi tahu.

"Arrgh!"

Sungmi melempar pulpennya asal. Diliriknya ponsel yang terus saja menyala.

"Hey! Tidak cukupkah menanyakannya langsung? Kenapa mereka terus mengechatku?!" monolognya.

Bahkan sejak ia menginjakan kaki di gerbang sekolah, sudah ada siswi yang menanyakan perihal hubungannya dengan Jimin. Sungmi benar-benar tidak menyangka kalau kekasihnya itu digilai banyak murid perempuan di sekolahnya. Ah bukan cuma Jimin, tapi semua member geng Bangtan!

Untungnya perpustakaan sedang sepi, hanya ada dua orang yang sepertinya sedang membaca buku. Itu juga berjarak lumayan jauh darinya. Bagaimana tidak? Di waktu jam makan siang seperti ini, Sungmi malah memilih belajar pelajaran yang amat ia benci. Selain untuk menghindari gadis-gadis yang masih sebal dengannya, memang setelah ini ia akan ada ujian matematika. Tapi sayang niat awalnya untuk belajar malah hilang, moodnya sudah terlanjur hancur.

Ia melihat kesekeliling. Matanya meneliti setiap sudut yang bisa terjangkau olehnya. Mencari sosok Jieun yang bilangnya akan menemuinya setelah makan siang, tapi sampai detik ini pun sahabatnya itu belum juga terlihat.

Oh jangan tanyakan Jimin di mana. Pasti kekasihnya itu sedang berada di lapangan basket bersama gengnya.

Sungmi memutar bola matanya jengah, kala ia melihat seseorang berjalan mendekat ke arahnya. Bukan, itu bukan Jieun. Melainkan gadis yang belakangan ini selalu mengganggunya.

Han Yura.

Yura mengambil tempat tepat di depan Sungmi. Menarik kursi hingga menimbulkan suara decitan yang cukup keras karena sepinya perpustakaan.

"Aku dengar kau berpacaran dengan Jimin sekarang," katanya sambil menatap datar ke arah Sungmi.

Lagi-lagi Sungmi menghela nafas berat. Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Ia menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil tangannya bersidekap di dada.

"Apa maumu, Yura-ya?" ucapnya tidak kalah datar.

"Aku ingin lihat berapa lama kalian akan bertahan. Dua bulan? Tiga bulan? Atau bahkan hanya satu minggu?" kata Yura disertai seringaian kecil dibibir tipisnya.

Sungmi tertawa kecil, lalu wajahnya kembali datar. Ia mencondongkan sedikit tubuhnya.

"Dan aku ingin tau, apa itu waktu yang cukup untukmu menangisi apa yang tidak bisa kau miliki," ucap Sungmi setengah berbisik. Ia melihat perubahan yang cukup signifikan dengan ekspresi wajah Yura. Gadis itu seperti menahan sesuatu yang akan meledak sekarang juga, tapi ditahannya mati-matian.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang