24 ● Marah karena Khawatir

9.9K 1.2K 50
                                    

"BAGAIMANA INI BISA TERJADI HUH?! KENAPA MALAH TAEHYUNG YANG TERLUKA?!" teriak seorang gadis kepada gadis lain yang memakai hoodie abu-abu di depannya.

Gadis yang baru saja dimaki oleh temannya sendiri itu pun tersentak kaget, tubuhnya bergetar karena takut. Ia menahan desakan air mata yang ingin keluar dari pelupuk matanya.

"A-aku tidak tahu, tadinya Sungmi datang sendiri sampai tiba-tiba.." belum sempat gadis itu menyelasaikan perkataannya. Meja di depannya digebrak dengan keras.

"AKU HANYA MENYURUHMU MELUKAI SEDIKIT WAJAHNYA!"

"I-iya, orang suruhanku sudah hampir melakukanya, tapi Taehyung lebih dulu datang,"

Gadis yang baru saja menggebrak meja itu menghela nafas panjang. "Aku tidak mau tau, kau harus bisa memberikan goresan di wajah gadis jalang itu, kalau tidak.."

Dengan cepat gadis di depannya mengangguk. "I-ya, p-pasti akan aku lakukan! Aku mohon jangan sampai ayahmu mengeluarkan ayahku dari pekerjaannya, jebal.." gadis itu menunduk dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.

"Tentu, kalau kau bisa melakukan apa yang aku mau," ia menarik dagu gadis itu sampai wajahnya terangkat, "kalau tidak bisa juga, bukan hanya ayahmu yang kehilangan pekerjaannya, tapi wajahmu yang akan menjadi gantinya," lanjutnya sambil membuang kembali wajah gadis di depannya dengan kasar.

Kali ini kau boleh beruntung Sungmi, tapi nanti akan kupastikan wajahmu itu menjadi buruk rupa sampai mereka tidak mau melihatmu lagi. Batinnya berbicara.

Ia melangkah pergi meninggalkan gadis tadi yang sedang menangis sesegukan di dalam ruangan gelap di pinggiran Kota Seoul-tempat yang mereka jadikan untuk pertemuan rahasia ini.

***

"Mianhe, jinjja mianhe," (Maaf, aku benar-benar minta maaf)

Entah sudah berapa kali Sungmi mengatakan hal itu kepada namja di sampingnya sejak mereka kembali dari klinik dua puluh empat jam yang tiadak jauh dari apartemen Sungmi. Bahkan Sungmi sendiri tidak berani melihat namja itu-yang kini menatapnya dengan senyumnya yang tulus.

"Gwaenchana, ini hanya luka kecil Sungmi," kata Taehyung sambil merangkul pundak Sungmi. Mengusapnya pelan, meyakinkan gadis itu kalau dirinya baik-baik saja. (Tidak apa-apa)

Untungnya tadi Taehyung berhasil menangkis serangan dari orang yang ingin menikamnya dengan lengan kirinya, tapi itu menyebabkan ia harus mendapat luka goresan yang cukup dalam. Walaupun tidak terlalu parah, tetapi ia tetap medapat jahitan untuk lukanya itu.

"Kau seharusnya menceritakannya kepada kami, Sungmi-ya!" sungut Jimin. Namja itu sejak tadi berdiri di depan jendela yang terbuka, membiarkan angin malam masuk ke dalam ruang tengah apartemennya.

"Mianhe, aku tidak ingin kalian terkena imbasnya. Cukup Jieun saja yang terlibat dengan si peneror itu," ucap Sungmi. Gadis itu memang sudah menceritakan tentang sticky notes pink yang tertempel di dalam lokernya. (Aku minta maaf)

"Kau ini bodoh atau apa huh? Orang itu ingin melukaimu! Dan kau malah mengantarkan nyawamu sendiri!" bentak Jimin sambil berbalik menghadap gadis itu.

Kali ini Jimin benar-benar marah. Ada kekecewaan di hatinya mengingat Sungmi sudah menyembunyikan masalah ini darinya, karena menurut Jimin bagaimanapun juga permasalahan ini gara-gara dirinya dan Taehyung. Lagi pula ia marah karena sangat khawatir dengan gadis itu.

Akhirnya, emosi Sungmi ikut tersulut mendengar bentakan Jimin barusan. Ia bangun dari duduknya. "Aku tau Jimin!" suaranya meninggi. "Maka dari itu aku tidak mau kalian semua disakiti juga!"

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang