Sungmi POV
Sore ini, langit terasa begitu indah. Berwarna oranye akibat dari pantulan sinar matahari yang sudah siap tenggelam di ujung barat.
Angin yang berhembus masih cukup kencang sampai membuat helaian rambutku seakan menari terbawa angin.
Jalan yang aku lalui lumayan ramai, banyak pegawai kantoran yang berlalu lalang. Kebanyakan dari mereka berwajah kusut--mungkin terlalu lelah bekerja. Tidak jarang juga murid sekolah yang masih memakai seragam sepertiku berkeliaran. Mereka berbincang, lalu sesekali tertawa lepas dengan sesamanya.
Lampu-lampu di sudut kota sudah mulai menyala untuk menyinari jalanan yang mulai gelap karena matahari sebentar lagi akan benar-benar menghilang.
Aku mengeratkan pelukanku terhadap jaket yang aku pakai. Sesekali aku menggosokkan kedua telapak tanganku untuk membuat tanganku sedikit hangat.
"Chuwo?" tanya namja di sebelaku. Ia sedikit menunduk karena melihatku yang tingginya hanya sebatas telinganya.
Aku menoleh, lebih tepatnya mendongkak sedikit, lalu pandangan kami bertemu. Mata kecilnya menatap tepat di manik mataku, aku menggangguk sebagai jawaban.
Dia tersenyum sampai-sampai matanya hanya membentuk sebuah lengkungan. Tangan kanannya terarah untuk meraih tangan kiriku, kemudian ia menggenggamnya erat.
Aku mengernyit, sedetik kemudian aku langsung melepaskannya, karena rasanya seperti ada sengatan listrik yang mengalir saat tanganku bersentuhan dengan tangan Jimin. Aneh sekali.
"Ya! Mwo hae?!" teriakku sampai membuat beberapa orang menoleh ke arah kami. Aku tau itu berlebihan, tapi jinjja rasanya aku gugup sekali.
Jimin mendengus. "Tadi kau bilang dingin! Jadi aku berusaha membuatmu hangat," balasnya sambil meraih kembali tanganku.
Aku mengerjap beberapa kali. Aneh sekali dia tiba-tiba jadi baik begini padaku?
Kali ini aku membiarkan Jimin menggenggam tanganku. Dia memasukkan tangan kami ke dalam saku autumn coatnya, rasanya memang lumayan hangat.
Tetapi tunggu! Kenapa jantungku terasa berdetak lebih cepat dari biasanya? Rasanya seperti ingin keluar dari tempatnya! Aku juga yakin kalau pipiku memerah sekarang. Aish! Memalukan sekali!
Kami berjalan beriringan, menelusuri jalan setapak yang masih ramai dengan orang yang berlalu lalang.
Suara bising dari kendaraan yang lewat menemani langkah kami, ditambah dengan suara orang yang berbincang-bincang di sekelilingku dan Jimin. Tidak ada satu katapun yang keluar dari mulutku, begitu juga dengan Jimin.
Aku menunduk, memerhatikan langkahku sendiri. Lucunya, langkahku seirama dengan Jimin. Aku rasa Jimin yang mencoba mengecilkan langkah lebarnya, supaya aku tidak kewalahan berjalan beriringan dengannya.
Aku hanya mencoba untuk menikmati sore ini, lelah rasanya selalu berdebat dengan Jimin setiap kali kami bertemu.
Sore ini aku memang pulang bersamanya. Dia mengajakku untuk pergi ke cafè sebelum pulang ke apartemen. Entahlah, aku juga tidak tahu kenapa Jimin tiba-tiba mengajakku. Kebetulan, aku juga sedang bosan jadi aku memilih ikut dengannya.
Tadi kami juga mengajak Taehyung dan Jungkook, tetapi sayangnya Tae tidak bisa, katanya ada urusan dengan appanya. Sedangkan Jungkook, ia sibuk malam ini.
Jadilah kami hanya pergi berdua.
"Kau benar-benar kedinginan ya?" tanya Jimin setelah kami melewati pintu masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
FanfictionKehidupan Lee Sungmi yang tenang, berubah kacau sejak Park Jimin mencuri ciuman pertamanya di kantin sekolah. Sejak saat itu, Sungmi bertekad untuk membenci Jimin selama sisa hidupnya. Namun, nyatanya takdir berkata lain karena mereka menjadi dekat...