48 ● Bertahan

6.6K 864 284
                                    

Sungmi's POV

Andai saja aku bisa mengulang waktu, aku tidak akan menunda untuk memberitahu tentang kepindahanku kalau akhirnya malah seperti ini.

Sungguh aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya dari mereka.

Hanya saja, aku sedang mencari waktu yang tepat.

Dan mungkin sekarang adalah waktu yang Tuhan izinkan untuk aku memberi tau segalanya.

Belum selesai dengan urusan Jieun, tiba-tiba saja Jimin hadir di antara kami.

Dia memandangku dengan tatapan kecewanya.

Rahangnya mengeras. Mata kecilnya kini tajam menusuk tepat pada bola mataku.

Aku bersumpah kalau dia berkali-kali lipat lebih menyeramkan dari pada terakhir kali aku melihatnya marah.

"Woah kau itu benar-benar sesuatu ya," Jimin membuang nafasnya kasar.

Dari jarak kurang dari enam meter ini, aku bisa merasakan aura mencekam dari dirinya.

"A-aku mau memberitahumu, ta-tapi tidak sekarang," untuk berkata saja rasanya lidahku sangat kelu.

Aku melangkah mendekat, dan itu membuat Jimin mundur satu langkah.

Dia menatapku nanar. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuhnya. Aku tau dia menahan seluruh emosinya di sana.

"Jimin," lirihku. Kemudian kembali mengambil satu langkah maju, dan dia lagi-lagi mundur satu langkah.

"Aku tidak tau kau menganggapku apa, yang jelas aku pikir kau telah mengingkari janjimu untuk selalu terbuka padaku," lagi-lagi dia membuang nafasnya kasar sebelum berbalik dan berjalan meninggalkanku.

Baru saja hendak mengejarnya, Jieun, dan Taehyung sudah lebih dulu menahanku.

"Biarkan Jimin pergi, dia butuh waktu sendiri," kata Taehyung. Kami sama-sama menatap punggung Jimin yang perlahan menjauh.

Aku rasakan mataku yang mulai memanas. Pelupuk mataku kini sudah dipenuhi air mata yang terbendung begitu saja.

Aku sadar kalau kali ini aku sudah menyakiti perasaannya.

Air mataku jatuh begitu saja. Dadaku terasa sesak bersamaan dengan kakiku yang mulai melemas.

"Gwaenchana, dia hanya butuh waktu," Jieun menepuk-nepuk punggungku. Dia mengulas senyum tipis.

Aku hanya bisa mengangguk lemah setelah air mataku mengalir dengan cepat.

Jieun memelukku erat, sementara aku hanya bisa menangis di pundaknya.

Aku benar-benar terpuruk. Bagaimana kalau Jimin meninggalkanku begitu saja?

Bagaimana kalau dia tidak mau mengerti?

Apa aku harus pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal padanya?

Apalagi aku akan pergi akhir pekan ini.

"Pertama-tama, ayo ceritakan semuanya dari awal. Aku dan Taehyung pasti akan mengerti," ucap Jieun sembari mengelus punggungku.

Aku menghela nafas panjang. Melepaskan pelukannya, dan mulai bercerita.

***

Liburan kali ini kacau. Benar-benar kacau.

Tapi mungkin hanya bagiku saja. Tidak dengan teman-temanku yang lain. Mereka masih bisa tertawa dengan lepas tanpa beban apapun.

Berbeda denganku. Untuk tersenyum saja rasanya harus ku paksakan. Ini semua karena aku kepikiran dengan Jimin.

Ya. Dia mengabaikanku. Jimin benar-benar marah padaku.

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang