44 ● Something Good

6.7K 890 54
                                    

Sungmi mengaduk teh panasnya sekali lagi, sebelum membawa gelas itu meninggalkan pantry.

Dengan wajah ditekuk, ia mendaratkan bokongnya di atas sofa. Tepat di sebelah laki-laki yang menatapnya intens.

"Cepat minum ini," Sungmi menyodorkan gelas itu yang langsung di sambar oleh kekasihnya.

Mantan kekasihnya, mungkin?

Entahlah, Sungmi sendiri tidak tahu.

Lelaki itu menurut. Lantas mendekatkan bibirnya pada pinggiran gelas. Baru saja teh itu mengenai ujung bibirnya, ia malah memekik.

"Akh! Panas!" Jimin menjauhkan gelas itu. Mengulum bibir bawahnya yang terasa melepuh.

Terdengar dengusan sebal dari gadis di sebelahnya sebelum gelas di tangannya berpindah tempat.

Gadis itu membawa kembali gelas tadi ke pantry yang berada di belakang mereka.

"Kau harus meniupnya dulu! Kenapa kau bodoh sekali, hah?!" Sungmi menggerutu sembari mengambil gelas lain.

Meletakan dua sendok gula ke dalam gelas itu sebelum menambahkan air panas dari teko kecil yang berisi teh hingga setengah gelas, lalu mengaduknya perlahan.

"Kenapa kau bodoh sekali? Kenapa malah menyakiti dirimu sendiri?!" lagi-lagi gadis itu menggerutu. Ia menuang air biasa ke dalam gelas itu lalu kembali mengaduknya. "Dasar bodoh! Dimana otakmu? Kenapa kau bisa melakukan hal ini sampai membuat orang-orang di sekitarmu khawatir?"

Oke. Sepertinya Sungmi mulai melantur. Ini bukanlah tentang Jimin yang langsung meminum teh panasnya tadi, tapi tentang apa yang dilakukan lelaki itu belakangan ini.

Membangkang kepada orang tuanya. Melukai Jihyun. Menghilang tanpa kabar. Berdiam diri di bawah naungan salju, dan membuat orang-orang di sekitarnya khawatir.

Sungmi terus mengaduk teh itu dengan sedikit kasar. Melampiaskan amarah yang harusnya di terima Jimin.

"Mianhe," (Maafkan aku)

Entah sejak kapan, yang pasti Jimin sudah berdiri di belakangnya sambil menundukan kepala. Layaknya anak kecil yang baru saja di marahi Ibunya.

Sungmi menghela nafas panjang sebelum menghentikan aktivitasnya mengaduk teh. Ia membalikan tubuhnya. Bersender pada meja pantry sembari menatap Jimin yang berjarak satu meter darinya.

"Kau tidak seharusnya meminta maaf padaku," kata Sungmi pelan. "Ayahmu, Ibumu, dan Jihyun. Mereka yang pantas menerima permintaan maafmu itu."

Jimin mengangkat wajahnya. Manik gelapnya bertubrukan dengan mata Sungmi yang menatapnya dengan hangat.

"Harusnya dari awal aku juga mendengarkan penjelasamu, maafkan aku, ya?" Sungmi mengulas senyum tipis. Berharap-harap cemas kalau lelaki itu mau mengabulkan permintaannya.

Dan di detik berikutnya, Jimin malah menarik tubuh Sungmi hingga membentur dada lelaki itu.

"Aigoo.. kau sadar juga ternyata," ucap Jimin yang mendapat pukulan kecil di dadanya.

Jimin terkekeh pelan. Kemudian mengecup rambut halus Sungmi sembari mendekapnya erat.

"Ya! Tapi kau yang paling parah tau! Cepat minta maaf kepada mereka," ucap Sungmi setelah melepaskan pelukannya. Memberi sedikit jarak di antara keduanya.

Jimin memanyunkan bibirnya. Kemudian kembali memeluk gadis itu. "Arraseo, arraseo, besok pasti aku akan meminta maaf." (Oke.)

"Aniya! Jigeum! Kau harus meminta maaf sekarang." Lagi-lagi Sungmi melepaskan pelukannya. (Tidak! Sekarang!)

TroublemakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang