Bel pulang sudah berbunyi sejak satu jam lalu, tapi tidak dari kedelapan orang yang berada dalam ruangan itu beranjak sedikit pun dari tempatnya.
Pandangan mereka tertuju pada objek yang sama.
Jimin yang duduk di samping Taehyung, dan Yoongi yang berada di atas sofa sambil merebahkan tubuhnya.
Mereka memasang telinganya baik-baik. Mencerna setiap kata yang diucapkan Jimin maupun Yoongi. Tidak ada yang mencela perkataan mereka sampai keduanya menyelesaikan cerita mereka dua menit lalu.
Jungkook menyandarkan punggungnya pada pinggiran sofa yang sedang digunakan Yoongi. Mengadahkan kepalanya ke atas. Menatap langit-langit ruangan itu yang didominasi warna putih.
"Wah, jinjja daebak, hidup kalian seperti di film-film," ucap Jungkook sebelum pukulan kecil mendarat di kepalanya. Tentu saja itu dari Yoongi.
"Pikirmu aku mau hidup serumit itu?" Yoongi menghela nafas panjang. Kedua tangannya dilipat, dan ia jadikan sebagai bantalan untuk kepalanya.
"Harusnya aku, hyung, yang bicara begitu," timpal Jimin.
Namjoon menarik kaki kanan Jin lalu menjadikannya bantal sebelum ia membaringkan tubuhnya. "Tapi sebaiknya kau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Yura, supaya dia tidak mengira kau mencampakkannya,"
"Namjoon benar, Yoongi-ya," sahut Jin membenarkan perkataan Namjoon.
"Lagi pula sepertinya dia masih menyukaimu," cetus Hoseok.
Berdasarkan apa yang ia lihat tadi, Hoseok merasa kalau Yura memang masih menyukai sahabatnya itu. Bagaimana bisa seorang Han Yura yang terkenal keras kepala mau mendengarkan perkataan Yoongi kalau dia tidak menyukainya 'kan?
"Mana mungkin?" Yoongi tertawa kecil. Itu adalah suatu hal yang lucu menurutnya. Dari sekian banyak waktu yang Yura miliki, mana mungkin gadis itu masih menyukai orang yang membuatnya jadi gadis seperti sekarang. "Dia sudah menyukai Jimin,"
"Tapi aku hanya menyukai Sungmi, hyung!" Jimin mendengus sebal.
Mendengar nama Yura saja sudah membuatnya kesal setengah mati. Apalagi kalau dia ingat tadi Yura menciumnya. Benar-benar gadis yang menyebalkan. Bagaimana kalau nanti Sungmi tau?
"Lalu bagaimana dengan Tae hyung?" kata Jungkook polos. Dan satu jitakan kembali mendarat sempurna di kepalanya. Kali ini dari Hoseok.
"Aku?" Taehyung menunjuk dirinya dengan jari telunjuk. "Aku hanya akan merebut Sungmi kalau Jimin benar-benar berani mencampakan nya, seperti apa yang dilakukan Yoongi hyung kepada Yura,"
Jimin menepuk-nepuk bahu Taehyung. "Akan ku pastikan itu tidak akan terjadi, Taehyungie,"
"Ya! Aku tidak pernah mencampakannya bodoh," sungut Yoongi. Dia langsung bangun dan duduk bersila di atas sofa. "Kau pikir saja sendiri bagaimana perasaanmu ketika orang yang kau sukai ternyata akan bertunangan,"
"Perasaanmu pasti sekacau Sungmi noona waktu itu, hyung," timpal Jihyun. Bahkan seorang Jihyun yang baru saja tau tentang masalah yang begitu rumit ini pun bisa mengambil kesimpulan seperti itu.
Yoongi mengangguk samar sebelum membuka mulutnya kembali.
"Waktu itu aku tidak sengaja mendengar percakapan Ayah Yura ditelepon, yang pasti dia bilang kalau Yura akan bertunangan nantinya. Tentu saja aku kecewa, jadi aku memutuskannya tanpa alasan," ia menoleh ke arah Jimin. "Dan gilanya lagi, ternyata Jimin lah orangnya. Aku baru sadar ternyata dunia benar-benar sempit,"
"Dunia tidak sesempit itu, hyung, kalian saja yang berputar pada lingkaran takdir yang sama," kata Taehyung yang mendapat anggukan kecil dari yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
FanfictionKehidupan Lee Sungmi yang tenang, berubah kacau sejak Park Jimin mencuri ciuman pertamanya di kantin sekolah. Sejak saat itu, Sungmi bertekad untuk membenci Jimin selama sisa hidupnya. Namun, nyatanya takdir berkata lain karena mereka menjadi dekat...