"Hei, hei, bukannya itu Yura?" Namjoon berhenti melangkah kala pandangannya tidak sengaja menangkap objek yang tidak asing baginya.
Kedelapan temannya menoleh. Mengikuti arah telunjuk Namjoon yang menunjuk seorang gadis dengan seragam sekolah sama seperti mereka, berjalan ke arah pintu keluar dengan wajah tertunduk.
"Ah! Majja!" seru Taehyung.
"Oh tidak, perasaanku tiba-tiba saja tidak enak," celetuk Jieun setelah beradu pandang dengan Taehyung untuk dua detik.
Sedangkan Jimin, dia langsung menancap gas pada kakinya. Membelah keramaian di koridor rumah sakit itu. Melesat secepat mungkin ke ruangan dimana gadisnya dirawat. Disusul dengan teman-temannya yang lain.
"Selamat malam, eommonim," Jimin mengatur nafasnya lebih dulu. Membungkuk sopan ketika tiba di sana. Baru saja hendak menggeser pintu sebelum kedatangannya di sambut oleh wanita paruh baya yang tak lain adalah Ibu Sungmi.
"Jimin?" Ibu Sungmi tersenyum ramah. Ia melangkah keluar setelah menutup pintu. "Wah kalian semua juga datang?" matanya tertuju pada teman-teman Jimin yang lain.
"Ne," ucap mereka serempak.
"Ah, sayang sekali, Sungmi baru saja tidur, sepertinya dia lelah habis mengobrol dengan temannya tadi."
"Teman?" gumam Jieun.
Ibu Sungmi mengangguk. "Kalau tidak salah namanya, Yura," lanjutnya setelah mengingat-ngingat nama gadis yang baru ia temui tadi.
Rahang Jimin mengatup rapat. Pikirannya langsung menjalar kemana-mana.
Jimin yakin kalau sesuatu yang buruk baru saja terjadi. Setidaknya, Yura pasti sudah berkata yang macam-macam pada Sungmi, dan mungkin saja itu tentang kejadian di sekoah tadi.
Atau yang terburuk, Yura sudah memberitahu semuanya. Sesuatu yang Jimin sendiri tidak berani bayangkan. Pertunangan mereka.
"Kalau begitu kami pergi dulu, eommonim. Tolong sampaikan salam kami kepada Sungmi nanti," ucap Jimin pada akhirnya. Dia membungkuk sebelum melangkah pergi.
Sedangkan yang lain hanya bisa mengernyit. Kemudian mengikuti apa yang Jimin lakukan, kecuali Jieun. Gadis itu bertahan di sana. Menunggu sahabatnya untuk meminta penjelasan apa yang sudah terjadi.
Lagi-lagi Jimin berlari. Pikirannya hanya terfokus pada Yura. Jimin harus menghentikan gadis itu, sebelum dia berbuat yang lebih jauh lagi.
"Ya! Jimin-ah, eodiga?"
Jimin terpaksa menghentikan langkahnya ketika seseorang menarik lengannya dengan kuat. Ia menoleh. Mendapati Jin dengan alis bertaut.
"Kemana lagi kalau bukan mencari gadis itu, hah?!" Dia memaki. Nafasnya memburu. Emosinya sudah naik sampai ke ubun-ubun. Walau nyatanya dia meluapkan emosi kepada orang yang salah.
"Biar aku yang mengurusnya," sela Yoongi. Ia melangkah mendekat. Menggapai lengan Jimin yang hendak meronta.
Bahkan mereka menjadi pusat perhatian di sana. Bagaimana tidak? Mereka beradu mulut di loby rumah sakit.
"Tidak, hyung!" sargah Jimin. Menarik lengannya kuat-kuat hingga terlepas dari cekraman Jin dan Yoongi.
Yoongi menahan nafasnya sebentar. Melangkah lebih dekat sebelum berbisik tepat di telinga Jimin.
"Percaya padaku," dia menepuk bahu Jimin dua kali, dan melangkah cepat hingga menghilang di balik pintu keluar.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
FanfictionKehidupan Lee Sungmi yang tenang, berubah kacau sejak Park Jimin mencuri ciuman pertamanya di kantin sekolah. Sejak saat itu, Sungmi bertekad untuk membenci Jimin selama sisa hidupnya. Namun, nyatanya takdir berkata lain karena mereka menjadi dekat...