Sungmi merapikan buku pelajarannya yang berserakan di atas meja. Kelasnya sudah sepi lantaran bel pulang telah berbunyi sejak lima belas menit lalu. Hanya menyisakan ia dan orang yang menjadi teman sebangkunya di pelajaran terakhir.
"Taehyung-ah, kau tidak latihan?" tanya Sungmi setelah ia selesai memasukan seluruh buku ke dalam tas.
Pantaskan Sungmi bertanya? Karena lelaki itu masih saja menempelkan kepalanya di atas meja. Sepertinya enggan untuk sekedar bergeser. Padahal hari ini adalah jadwal latihan Bangtan yang terakhir sebelum festival satu minggu lagi. Darimana Sungmi tau? Tentu saja dari Jimin.
"Aku mengantuk," gumam Taehyung masih dalam posisi yang sama.
Sungmi mendengus pelan. Matanya tidak sengaja melirik luka kering di lengan Taehyung yang menyisakan bekas memanjang. Luka yang ia dapatkan karena telah melindunginya beberapa waktu lalu.
"Lukamu sudah sembuh?"
Pertanyaan yang Sungmi lontarkan berhasil membuat Taehyung menegakan tubuhnya. Ia menaikan tangannya ke udara. "Tentu saja," ucapnya kemudian.
Sungmi mengangguk mengerti. Ia mengulas senyum tipis. Betapa beruntungnya ia bertemu dengan lelaki sebaik Taehyung yang rela melindunginya tanpa memikirkan dirinya sendiri?
Bahkan rasanya ia belum bisa membalas kebaikan seorang Taehyung padanya. Yang ada ia malah menyakiti hati lelaki itu.
Andai saja Sungmi tau lebih awal kalau Taehyung menyukainya, mungkin ia akan menyuruh Taehyung untuk berhenti saat itu juga supaya luka yang didapat lelaki itu tidak terlalu sakit. Karena pada dasarnya, Taehyung memang bukan tercipta untuknya.
"Neo an-ga?" (Kau tidak pergi)
Ucapan Taehyung barusan membuyarkan lamunan Sungmi. Mengembalikannya ke alam sadar. Bahkan ia juga tidak sadar kalau lelaki itu sudah beranjak dari tempatnya. Menyampirkan tas di bahu kiri dan bersiap untuk pergi.
Sungmi mengerjapkan matanya beberapa kali. Sebelum pandangannya menangkap seseorang yang baru saja melewati ruang kelasnya.
Seseorang dengan hoodie abu-abu yang sangat familiar di ingatannya. Hoodie yang sama dengan orang yang mau ia temui waktu itu. Ia tau betul karena hoodie itulah yang menjadi petunjuk satu-satunya siapa orang yang menerornya selama ini.
Lantas gadis itu beringsut dari tempatnya. Hendak berlari sebelum lengannya terasa berat. Memaksanya untuk menghentikan langkah yang bahkan belum ia mulai.
"Kau ini kenapa? Seperti habis melihat hantu saja," ucap Taehyung dengan alis bertaut. Lelaki itu tidak habis pikir dengan Sungmi. Gadis itu baru saja melamun, dan tiba-tiba saja mau berlari ke luar kelas. Raut wajahnya juga berubah menjadi serius. Benar-benar aneh.
"Lepaskan aku Taehyung-ah! Aku harus mengejarnya!" kata Sungmi sembari mencoba melepaskan diri dari genggaman Taehyung. Tapi sial, ia tidak berhasil. Taehyung laki-laki, dan dia kuat.
Perkataan Sungmi semakin membuat lipatan dalam di dahi Taehyung. "Mengejar siapa?"
"Orang yang menerorku! Orang yang membuat kau harus mendapatkan luka di tanganmu itu, Kim Taehyung!"
Dan tepat setelah itu, cengkraman Taehyung mulai mengendur hingga terlepas sepenuhnya.
Kemudian gadis itu berlari keluar kelas di ikuti Taehyung yang mengekor di belakangnya. Ia melihat ke sekeliling, mencari sosok yang tadi dilihatnya. Hingga matanya melihat ke arah koridor. Orang itu baru saja berbelok di balik tembok.
"Taehyung-ah, ppalli wa! Dia di sana!"
Keduanya kembali berlari. Mengikuti arah pandang Sungmi. Dan benar saja, mereka menemukan orang itu yang sedang berjalan dengan santainya. Mungkin orang itu tidak sadar kalau sedang di kejar? Hingga akhirnya Sungmi menarik lengan orang itu secara paksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
FanfictionKehidupan Lee Sungmi yang tenang, berubah kacau sejak Park Jimin mencuri ciuman pertamanya di kantin sekolah. Sejak saat itu, Sungmi bertekad untuk membenci Jimin selama sisa hidupnya. Namun, nyatanya takdir berkata lain karena mereka menjadi dekat...