Sungmi POV
Pagi ini aku terbangun dengan senyum yang menghiasi bibirku. Entah mengapa rasanya aku baru saja bermimpi indah. Aku bermimpi kalau semalam Jimin menyatakan perasaannya padaku.
Tunggu.
Sepertinya itu bukan mimpi! Aku ingat betul bagaimana gugupnya Jimin saat dia menyatakan perasaannya. Aku juga masih ingat bagaimana rasanya jari-jari hangat Jimin menelusup di antara jari-jari tanganku, dan yang paling penting, aku masih hafal betul bagaimana detak jantungku yang berada di atas rata-rata semalam.
"AAAAAAAAAAA!!!"
Tiba-tiba saja aku berteriak. Sungguh, aku benar-benar reflek. Aku senang. Bahkan terlalu senang sampai-sampai rasanya hatiku akan meledak sekarang juga.
"Wae?! Wae?! Musun iri isseo Sungmi-ya?!" Jieun bangun dari tidurnya dan langsung duduk di sampingku. (Kenapa // Apa yang terjadi)
Sepertinya teriakanku tadi sampai membangunkan Jieun dari tidurnya. Wajahnya langsung panik saat mendengar aku berteriak.
Aku menoleh. "Jieun-ah, apa aku bermimpi kalau aku dan Jimin sekarang sudah berpacaran?"
Jieun mendengus sebal, dan dia malah kembali terlentang di sampingku. Hey! Aku hanya ingin memastikannya. Kalau saja itu hanya mimpi. Aku benar-benar tidak mau bangun dari mimpi yang indah itu.
"Eoh! Kau hanya bermimpi!" jawab Jieun sambil menutup kembali matanya.
Aku langsung lemas seketika. Mimpi? Sungguh kejadian yang semalam itu hanya mimpi? Apa karena aku sangat menyukai Jimin makanya aku sampai bermimpi seperti itu? Memalukan.
"Hanya mimpi ya?" gumamku sambil memeluk kedua kakiku.
Jieun kembali bangun. "Aish pabo-ya!" ia mengacak-acak rambutnya. "Tentu saja semua itu nyata! Apa kau lupa semalam kita bercerita panjang lebar?"
Ah aku ingat! Semalam kami baru kembali dari daerah Gwangan sekitar pukul sebelas belas malam karena memutuskan untuk jalan-jalan dulu disekitaran situ.
Dan setelah kembali dari Gwangan, aku dan Jieun baru tidur sekitar pukul satu pagi karena keasikan mengobrol. Bahkan aku saja tidak tahu siapa yang tidur lebih dulu.
Aku tersenyum sambil mengingat-ngingat kejadian semalam. "Aa jadi semua ini benar-benar nyata?"
"Wah! Kau benar-benar mencintai Jimin ya sampai senyum-senyum seperti itu?"
Aku tersenyum lalu mengangguk sebagai jawaban.
"Geundae, apa kau tidak takut si peneror itu kembali lagi? Aku masih tidak bisa membayangkan betapa marahnya orang itu kalau dia tahu, kau sudah berpacaran dengan Jimin," kata Jieun sambil menopang dagu dengan tangannya yang ia tumpu di atas lutut. (Tapi)
Aku menghela nafas panjang.
Si peneror itu ya? Benar juga perkataan Jieun. Aku tidak berpikiran sampai ke sana. Aku lupa kalau ada orang yang tidak menyukaiku gara-gara aku dekat dengan Jimin. Ditambah lagi fans Jimin di sekolah itu sangat sangat banyak.
"Majja, pasti orang itu akan marah dan semakin membenciku. Geundae.. aku yakin lambat laun orang itu pasti bisa menerima semua ini. Lagi pula sekarang aku tidak sendiri. Ada Jimin. Dia pasti akan melindungiku," kataku sambil mengulas senyum tipis. (Benar // Tapi)
Aku hanya berharap kalau orang itu akan sadar dan berhenti menerorku.
Jieun mengerucutkan bibirnya. Lalu dia memelukku dari samping. "Kau tidak hanya memiliki Jimin, Sungmi-ya. Ada aku dan Taehyung. Apa kau tidak menganggap kami?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Troublemaker
FanfictionKehidupan Lee Sungmi yang tenang, berubah kacau sejak Park Jimin mencuri ciuman pertamanya di kantin sekolah. Sejak saat itu, Sungmi bertekad untuk membenci Jimin selama sisa hidupnya. Namun, nyatanya takdir berkata lain karena mereka menjadi dekat...