33

1.3K 58 1
                                    


Natha terbangun dari tidur pulas nya. Ia tertidur di sofa ruangan Dea mungkin ia terlalu lelah hingga tidur sangat pulas. jam menunjukan pukul sembilan pagi ,pantas saja sinar matahari masuk menyapa nya dengan hangat. Dea pun menatap Natha dengan senyum. Ternyata Dea sudah bangun sejak tadi.

"Pagi" sapa Dea dengan senyum manis nya.

"Hai, pagi juga. Sorry ya gue bangun siang" ujar Natha tak enak.

"Gapapa, maaf ya gue jadi ngerepotin lo terus-terusan"

"ngerepotin gimana?sama sekali enggak"

Seorang suster pun masuk membawakan sepiring makanan dan buah-buahan.

"selamat pagi mbak Dea mas Natha. Ini sarapannya mbak Dea saya letakan sini ya. Dimakan ya biar cepat sembuh" suster menaruh makanan tersebut di meja dan pergi meninggalkan ruangan.

Dea mencoba bergerak menggambil makanan di meja sebealah ranjangnya. Natha dengan sigap memegang tangannya. Natha berjalan mengambil piring tersebut, Dea masih dalam proses pemulihan jahitan sehingga tidak boleh banyak gerak. Jadi lebih baik tiduran bersender manis, biarkan ia yang menyuapi Dea. Toh itu juga bukan hal yang sulit.

"lo senderan aja disitu, jangan banyak gerak nanti jahitannya kebuka lagi. Gue suapin aja"

Dea hanya menatap Natha dan tersenyum, tak ada penolakan darinya. Selesai makan, Natha berjalan mengambil obat untuk Dea. Ternyata obat Dea nyaris habis, ia harus membeli obatnya lagi.

"sekarang istirahat, jangan banyak gerak ya. Gue keluar dulu beli obat"

Dea mengangguk. Natha mengambil jaket nya dan pergi keluar meninggalkan Dea sendiri di ruangan.

**************

Matahari bersinar sangat terik di siang hari. Bau aspal, dedaunan menghiasi sepanjang jalan. Musim kemarau pun sudah tiba sejak tiga bulan yang lalu. Natha mengendarai motor dengan santai menuju apotek langganannya. Jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Dira, sekalian ia ingin berkunjung kerumah Dira. Ia rindu dengan senyum manis khas Dira. Motor Nathanya melaju di tengah kemacetan Ibu Kota. Pandangan nya bermain-main menatap objek apapun yang ia temukan, motor yang lewat, ibu-ibu membawa belanjaan dari pasar hingga pedagang pinggir jalan.

Kini pandangan nya ter arah pada nenek-nenek buta di pinggir jalan yang sedang mencoba menyebrang. Natha menutar arah motor nya dan memarkir kan motor di pinggir jalan. Natha membantu nenek tersebut untuk menyebrang. Sungguh ia tak tega. Sungguh dermawan.

"Makasih ya nak" ujar nenek dengan senyum kepada Natha.

"iya sama-sama nek, hati-hati ya nek"

Natha kembali melanjutkan perjalanan nya. Akhirnya Natha sampai di apotek. Segera ia serah kan copy an resep dari rumah sakit mengenai obat-obat yang di butuh kan Dea. 10 menit sudah Natha menunggu apoteker meracik salep tersebut. Mata nya tertarik pada toko kue di sebrang jalan. Memang jalan ini di penuhi oleh ruko-ruko yang jualan. Di sepanjang jalan tersebar berbagai macam ruko dari mini market, ada pula toko kue, restaurant makanan korea dan banyak lainnya. Natha teringat pada Dira, Dira sangat suka cheese cake. Kebetulan sekali ia ingin kerumah Dira. Natha akhirnya membayar obat tersebut dan masuk ke dalam toko kue. Dipesannya satu slice cheese cake untuk Dira.

Sayup-sayup ia mendengar suara perempuan yang sangat tak asing bagi nya. Di sekitar sini memang ramai, namun Natha sangat kenal dengan suara tersebut. ia tengok sekitar nya, namun sosoknya tak kunjung terlihat, mungkin ini hanya halusinasinya akibat rindu lama tak bertemu. Natha sedang membenar kan kaca spion motor nya, terlihat seorang wanita yang sedang berbincang dengan lelaki. Itu dia, wanita yang ia cari. Mata Natha mengerjap perlahan. Mencoba memfokus kan pandangan, mungkin Natha salah lihat. Natha mengucek mata, lalu kembali menatap spion. Dilihatnya Dira sedang berbincang sambil keluar dari supermarket tak jauh dari posisinya sekarang. Lagi-lagi lelaki itu. Lelaki yang Natha benci. Kenapa sekarang mereka makin dekat? Dira pun masuk ke dalam mobil lelaki tersebut. Mobil tersebut berjalan pergi meninggalkan tempat. Natha masih terdiam di tempat memandangi mobil hitam sedan yang lama kelamaan hilang dari pandangan. Kini ia urung niatnya untuk berkunjung. Untuk apa ia berkunjung, mereka saja sedang asik berduan. Untuk apa Natha datang? Untuk melihat mereka yang sedang asik berduaan? Ia nyalakan motornya dan pergi meninggalkan toko kue tersebut.

************** 

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang