34

1.4K 60 0
                                    

Motor Natha melaju diantara sepi nya jalan raya. Tumben sekali jalanan lenggang padahal saat berangkat tadi sangat macet. Mungkin karena sebentar lagi akan turun hujan. Langit pun berubah menjadi mendung. Padahal tadi sangat cerah, seakan ikut merasakan kesedihan nya. siang ini tidak seperti siang-siang sebelumnya. Rintik air mulai berjatuhan ke bumi, di temani angin yang bertiup kencang. Langit pun berubah menjadi gelap. Petir mulai menggema, tangisan alam akan jatuh tak lama lagi. Seperti jatuh nya harapan nya tadi. Padahal ini masih musim kemarau, mungkin sekarang sedang peralihan menuju musim hujan.

Natha pun basah di guyur air hujan. ia tidak mungkin menepi, terlalu membuang waktu. Udara dingin hujan semakin menusuk kulit nya yang di basuh dengan kaos tipis. Apalagi mengingat Dira. Seharusnya, motor nya melaju ke rumah Dira saat ini. Seharus nya saat ini ia sedang berbincang dan Dira tertawa karena nya. Namun nyatanya Dira sedang bersama laki-laki lain.

seampainya di rumah sakit ia berjalan menuju kamar inap Dea dan membuka pintu. Dea sedang asik dengan majalah yang di sediakan rumah sakit. Ia pun meletakan cheese cake tersebut di sebelah Dea.

"Ini apa?" tanya Dea.

"Cheese cake buat lo" Natha duduk di sofa yang tak jauh dari dirinya.

"Hmm.... Makasih. Lo kehujanan, mending mandi nanti lo sakit kalau kedinginan" ujarnya

Natha mengambil handuk yang memang ia sediakan di lemari dan berjalan menuju kamar mandi. ia melepas kaos yang masih menutupi tubuhnya. Natha menyalakan shower dan membiar kan tubuhnya di guyur dinginnya air. Ia termenung mengingat kejadiaan tadi. Ia tak tahu harus bersikap bagaimana. Dira adalah sahabat baik nya. Seharusnya ia rela membiar kan Dira menemukan kebahagiaanya. Bukan kah seharusnya begitu? Sebagaimana Dira ingin melihatnya bahagia. Mungkin Natha hanya kecewa Dira sudah mendapat kebahagiaannya tidak seperti ia yang masih mencari dan terus mencari.

Natha keluar kamar mandi dengan kaos polos, celana pendek dan handuk di leher nya. Ia lihat Dea sedang asik menyantap cheese cake dan tersenyum ke arah nya. Ternyata hujan mulai reda. Natha pun berjalan membuka jendela.

"cheese cake nya enak Nath" ujar Dea sambil terus menyantap cheese cake darinya.

"Keluarga lo gak nyariin lo? kan lo sering banget tidur disini."

"Gue bilang, gue tinggal di apartement, jadi mereka santai aja"

"Kalau pacar lo? Maksud gue, dia gapapa lo jagain gue disini"

Pertanyaan Dea pun sontak menghentikan Natha yang sedang mengering kan rambut dengan handuk kecil. Dea tak berani menatap Natha. Mungkin ia takut salah bicara atau mungkin Ia tak sanggup melihat ekspresi Natha ?

"Gue ga punya pacar"

Dea mengangguk lehernya yang tak gatal dan kembali menyantap cheese cake nya. Kini ia bisa bernafas lega. Dea jadi teringat kembali saat ia pertama kali bertemu Natha. Bukan, bukan saat ia bersama penculik. Namun saat pertama kali ia membuka mata, kalian tidak lupa kan kalau Dira

lupa ingatan? Natha adalah Hero untuknya.

**************************************************

Bel berdering kencang, menandakan wakatunya pulang sekolah. Bu Iyam akhirnya menyudahi pelajaran hari ini dan meminta Revan untuk menyiapkan anak-anak mambaca doa. Bu iyam berjalan meninggalkan ruangan. Suasana kelas yang awalnya sunyi kini kembali ramai. Mereka kembali menjadi diri mereka masing-masing. Tak perlu menjadi sosok pendiam yang di dambakan oleh guru-guru.

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang