39

1.1K 50 1
                                    


Sudah tepat tiga bulan Dira dan Natha saling mengasing kan. Natha tidak pernah lagi mengunjungi Dira entah di sekolah maupun di luar sekolah. Sering kali saat mereka bertemu pandangan mereka jatuh untuk menghindar. Dira telah menghilang. Tidak pernah lagi menatapnya, mencarinya bahkan tidak lagi peduli dengannya. Ia benar-benar mengikuti apa yang telah Natha perintah. Entah Natha harus bahagia atau tidak, karena Natha sadar dirinya tak bisa jauh dari Dira. Dira bagaikan candu, dan ia butuh Dira disisinya.

Natha berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia baru saja selesai membersihkan tubuhnya meendinginkan kepalanya yang akhir-akhir ini terasa panas. Sebuah notif pesan muncul di layar handphone miliknya. Tangannya mengambil benda elektronik tersebut yang terletak di kasur single bad.

From: Dea

Good morning, NatJ

Pesan dari wanita tersebut baru saja sampai. Tak butuh waktu lama, tangannya segera bergerak mengetik balasan untuk kekasih barunya tersebut.

To: Dea

MorningJ

From: Dea

Kita jadi kerumah sakit kan? Aku tebak pasti kamu baru selesai mandi

To: Dea

Iya haha

From: Dea

Yaudah aku tunggu dirumah yah, mama juga udah masakin buat kamu ni yeay.

From: Dea

Miss you NatL

To: Dea

OkeeJ

Natha menghela napasnya setelah membaca pesan terakhir dari kekasih barunya. Selalu begitu, Dea selalu mengungkap kan rasa sayangnya namun dirinya lebih memilih tidak menanggapi. Sudah sebulan semenjak mereka menjalin kekasih. Ia tidak ingin membuat Dea semakin jatuh cinta kepadanya, karena ibarat kapal sesungguhnya dea hanyalah tempat singgah dan Dira adalah tempat wisata tujuannya.

******************************

Bau obat-obatan pun menyeruak di hidung mancung Natha. Matanya menatap dinding dengan cat warna putih yang mendominasi di hadapannya. Dirinya kembali lagi mengunjungi tempatdimana biasanya ia menunggu Dilla maupun, namun kali ini berbeda, bukanlah Dilla ataupun Dea yang ia antar untuk cek up di rumah sakit melainkan dirinya.

Dua bulan yang lalu, Natha begitu kacau, keputusannya menjauhi Dira ternyata memberikan Dampak yang begitu besar bagi hidupnya. Perlahan demi perlahan hidupnya berantakan. Club malam selalu menjadi tempat tujuannya untuk melepaskan penat. Tiada hari tanpa menghabiskan minuman berakohol. Hanya alkohol yang dapat mengerti ia. Menghadirkan sosok wanita yang sangat ia rindu meskipun hanya hayalan fana, setidaknya dengan alkohol ia bisa melepas rindu dengan sosok wajah wanita yang selalu mengusik otaknya. Bahkan bukan hanya alkohol, rokoknya pun sudah tak terkendali dalam sehari ia bisa menghabiskan 3 bungkus rokok. Pernah sesekali Dimas membuang bungkus rokok Natha dan berakhir Dimas habis babak belur di hajar oleh lelaki tersebut. Bersyukur Natha tidak sampai menggunakan obat terlarang. Natha kembali menjadi Natha si anak club, Natha yang begitu rapuh dan hanya Dira lah obatnya.

Malam itu Natha datang kerumah Dea dengan keadaan dirinya yang telah mabuk berat. Tubuhnya berjalan sempoyongan. Matanya menyorotkan kesedihan yang mendalam. Senyumnya hanya fana. Tubuhnya memeluk erat Dea, bibir manisnya tiada henti menyebutkan nama Dira. Pelukanya makin mengerat, seakan ia tidak ingin kehilangan wanita yang berada di dekapnya tersebut. Dea hanya terdiam kaku dalam hangatnya pelukan Natha. Matanya terpejamkan, Napasnya sesak. ia menghancurkan hidup lelaki tersebut Ia tidak tahu harus merasa bagaimana. Natha bahkan tidak pernah memintanya menjadi pacar, karena dirinya yang meminta terlebih dahulu. Ia yang memintanya menjadi sepasang kekasih, memanfaatkan janji yang telah Natha berikan kepadanya. ia tidak ingin melepas Natha. Ia mungkin memiliki tubuh Natha, namun tidak dengan Hatinya. Namun rasanya tidak peduli, asal Natha selalu bersamanya.

Tak lama, pelukannya mengendur. Berkali-kali ia mendengar Natha mencoba menghirup nafas. Tangannya memeras sweater tepat di depan dadanya dengan keras, seakan merasaka sakit yang luar biasa dan tak lama tubuh Natha hilang kendali dan terjatuh. Dea panik, ia segera mengecek denyut jantung kekasihnya tersebut. Detak jantungnya pun tak beraturan, tangan dan kakinya terlihat bengkak dan hidungnya mengeluarkan darah.

Malam itu ia membawa Natha kerumah sakit dengan bantuan bibi yang berkerja di rumah untuk mengotong Natha kedalam mobil honda jazz miliknya. Dokter menjatuhkan fonis bahwa jantung Natha bocor. Satu kata yang mampu membalikan perasaannya. Tubuhnya seketika lemas tak berdaya

"apalagi hidup dengan satu ginjal dengan gaya hidup tak sehat seperti ini makin membuat kinerja ginjal melemah, makan makanan sehat dan hindari alkohol, kalau tidak saya tidak bisa menjamin. Belum lagi jantung pasien bocor yang memberat kinerja ginjal dan harus rutin cuci darah karena sudah sebulan pasien membolos cuci darah"

Dea memejamkan matanya, dadanya semakin sesak. Penjelasan dokter tersebut sangat menghantam tubuhnya ke dinding. Air matanya menetes membahasi pipi chubby nya. Dea membuka mata perlahan, tangannya dengan lembut menarik telapak tangan Natha dan menggenggamnya.

Dea benci hidupnya. Ia benci kenyataan bahwa lelaki yang ia cinta ternyata terkapar menderita penyakit parah. Natha tak pernah memintanya menjadi seorang pacar. Dea yang memintanya terlebih dahulu. Dea yang menggungkapkan lebih dulu dan ia sadar, Ia memiliki Natha namun tidak dengan hatinya, hanya sekedar bayangan Natha. Tak bisa kah Natha berbagi dengannya? Layaknya sepasang kekasih yang saling mencoba melengkapi. Mensupport satu sama lain, dalam duka maupun suka. Tak bisa kah Natha mencoba belajar mencintainya? Bukan kah cinta datang karena terbiasa? Ia juga ingin mendengar keluh kesah Natha, mensupportnya sembuh, membantunya melewati masa sulit, namun yang terpenting saat ini adalah natha sembuh.

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang