26

1.6K 65 2
                                    


Semenjak kejadian di lapangan sekolah saat Natha menolongnya itu, Natha makin dekat dengan Dira hingga terlihat seperti pacaran. Bahkan beberapa dari murid sekolah sudah mengira mereka berpacaran. Ya wajar saja mereka berfikiran seperti ini, Natha hampir setiap hari mengantarkan Dira pulang dan mereka pun sering berduaan saat disekolah, makan bareng pulang bareng , tertawa bareng, dan Natha suka merangkul Dira. Jelas gossip mereka pacaran sudah beredar dimana-mana namun Dira selalu menepisnya. Berbeda dengan Natha yang terlihat sangat santai dan tak peduli dengan gosip tersebut. Bahkan ia senang sehingga lelaki sekolah jadi tidak ada yang mendekati Dira. Ia bisa melindungi Dira.

Langit masih bisa menampilkan kemilaunya walaupun malam semakin larut. Ada sabit dan bintang disana, seakan mereka tersenyum kepada Dira untuk memberi hiburan sedikit atas dirinya yang kini sedang galau.

Dira berada di teras kamarnya, ia duduk di teras sambil menatap langit atas. Sungguh malam yang membosannya, ingin sekali ia menghubungi Natha dan pergi keluar menghabiskan waktu malam minggu layaknya orang-orang. Namun apa daya ia teringat Natha bukanlah miliknya meskipun hal tersebut sering Natha lakukan padanya namun tidak untuk dirinya. egoisnya terlalu tinggi, ia tak suka menghubungi Natha terlebih dahulu. Biarlah cukup ia dan tuhan yang tau mengenai perasaannya, tak perlu Natha tau. Biarkan waktu yang menuntun Natha tau mengenai perasaannya. Dirinya terlalu takut akan semua pemikiran yang melanda otaknya. Bagaimana kalau Natha akan menjauh jika ia tau perasaannya?bagaimana jika Natha malah memainkan perasaannya? Ah sudahlah diam bersama sepi jauh lebih baik.

********************

Adira POV

"eh dateng ya ke acara ultah gue" suara Gina sangat jelas terdengar di kuping ku, ia memberhentikan setiap orang yang berjalan di dekatnya. Aku pun tetap asyik berjalan menyusuri jalanan depan perpustakaan dan tak acuh dengan segerombolan Gina dan teman-teman di depan sana. Ya, Gina itu merupakan cucu pemilik sekolah ku, banyak yang takut pada dia namun tidak dengan ku. Toh aku gak melakukan kesalahan apa-apa ngapain harus takut. Sejujurnya aku tak ada masalah apa-apa dengan Gina namun entah kenapa muka dia selalu jutek setiap bertemu dengan ku. Kata orang sih dulu Gina pernah nembak Natha pas sd namun Natha nolak Gina mentah-mentah di depan umum. Mungkin itu alesan dia jutek dengan ku, karena aku dekat dengan Natha. Natha memang terkenal playboy. Katanya sih dulu Gina dekat banget sama Natha, ya kaya Natha ke aku gitu deh makanya Gina jadi baper sama Natha dan nembak Natha. Jangankan Gina aku juga baper dengan Natha, cewe mana yang gak baper dengan sikap lembut dia. He treats everygirl very well.

"eh cewe di kuncir, siapa nama lo? Oiya Adira" panggilan Gina pun sontak memberhentikan langkah ku dan membuat ku berbalik badan ke arahnya. Gina pun berjalan menghampiri ku. Ah.. mau apa sih dia, pengen pamer? aku gak peduli dia mau ngadain pesta toh aku juga gak tertarik.

"ini undangan sweet seventeen gue, cuman orang tertentu yang gue ajak. Jadi lo harus dateng" ia pun memberikan kartu undangan tersebut pada ku. Sejujurnya aku males menghampiri acara pesta ulang tahun seperti ini. Mana bajunya pake dress code sangat meribetkan, disana juga pada asik sendiri joget menikmati musik sangat buang-buang tenaga belum lagi pada pake heels. Lebih enak menghabis kan waktu mencari novel baru atau gak melanjutkan novel buatan ku, jauh lebih bermanfaat. Aku pun mengambil kartu undangan yang di serahkan Gina kepada ku. Baru saja aku pegang kartu itu, belum sempat aku tolak undangannya, Gina dan teman-teman pun langsung pergi meninggalkan ku. Ah.. sial!!! Aku kan gak mau dateng. Ya biarin saja lah toh kalau aku ga dateng Gina juga gak tahu. Aku pun kembali melanjutka perjalanan ku ke kelas.

****************

Hari ini suasana kelas riuh dengan kicauan para siswa. Siang ini, jam pelajaran kosong. Para guru sedang rapat ditambah tidak ada tugas. Jadilah kelas ajang keonaran dan kejahilan. Ada yang bergossip ria, ada yang duduk nongkrong di belakang, ada yang pergi ke kantin, ada yang tidur, ada juga yang sibuk dengan gadget-nya dan ada juga yang nyanyi-nyanyi main gitar. Ya kalian dah bisa tebak lah, itu si jajang yang suka di katain dangdut, ya memang gitu dia suka banget nyanyi. Mungkin 5 tahun kedepan dia bakal jadi penyanyi terkenal, ya semoga aja. Aamiin.

Hinggar binggar itu tak membuat ku larut di dalamnya. Aku lebih memilih membuka laptop ku dan melanjutkan mengetik naskah novel ku. Apalagi Khansa Mawadah dan Tari sedang asyik bergossip, ya meskipun mereka sahabat ku mereka tak hanya bermain dengan ku, kami berbaur juga dengan yang lain. Namun soal gossip, ah itu bukan selera ku. Sedang asyik mengetik novel, aku merasakan sebuah benda meluncur di jidat ku. "aww..." aku pun berhenti mengetik novel ku dan mengelus jidat ku. Benar saja di depan ku Rama sedang asyik mentertawai ku. Ia melempari ku dengan potongan penghapus yang sukses mendarat di jidat ku. Ya hubungan ku dengan Rama sudah membaik sejak kejadiin itu, kami sekarang menjadi berteman apalagi ia sekelas dan sebangku dengan ku makin membuat hubungan ku membaik. Aku pun sudah melupakan yang dahulu.

"sibuk amat sih mbak" Rama pun berjalan menghampiri ku. Ia duduk di bangku depan ku menatap ku yang kembali melanjutkan mengetik novel.

Aku hanya membalas dengan senyuman. Otak ku sedang berimajinasi kemana-mana membuat ku asyik dengan mengetik, sungguh mencari ide dan menuangkan nya dalam kata-katan itu tak mudah makanya aku tak mau menyiakan ide yang sedang bersarang di otak ku.

Asyik menulis hingga membuat ku lupa ada Rama duduk menghadap ku, benar saja ia masih duduk menatap ku. Ah rama, aku benci tatapan itu. Mukanya makin terlihat manis dan polos belum lagi rambutnya yang berantakan makin menambah tingakt ke gantengannya. Tatapan nya pun sukses membuat ku meleleh. Ia masih sama seperti Rama 3 tahun yang lalu.

Aku pun menyenggol tangannya yang ia buat untuk menumpu pipinya. Kepalanya pun sukses jatuh dan kaget. Aku pun tertawa melihat tingkahnya.

"hahaha liatin gue biasa aja dong " ujar ku sambil masih tertawa. Aku pun kemali melanjutkan mengetik. ia pun memanyunkan mulutnya.

"Dir lo di undang ulang tahun Gina gak?" tanya.

"di undang tapi gue males dateng. Buang-buang waktu, mending gue lanjutin novel gue btw novel gue udah mau selesai loh bentar lagi, doain ya semoga nanti di lirik sama penerbit" balasku. Ya memang aku tak tertarik.

"yah Dir, dateng dong. Parah banget kan ga semua orang tau di undang, sekalian please temenin gue dong please banget" Rama pun memohon. Ah sungguh aku benar-benar tak ada minat untuk datang.

"ah Ram, lo kan tau gue gimana, gue males banget. maaf ya" aku pun memelas kepadanya. Ya itu senjata ku ke Rama dahulu kala, maaf ya Ram aku kembali menggunakan senjata itu. Sungguh aku benar-benar tak ingin datang. Ya benar saja, Rama pun luluh seketika, ia pun tersenyum dan mengangguk kepada ku. Ia pun mengusap kepala ku dan pergi meninggalkan ku. Lagi-lagi sikapnya itu masih sama, padahal hubungan kami sudah berakhir. Dasar Rama.

**********************

heheheh jangan lupa di vote sama comment yaaaaa

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang