41

1.2K 50 0
                                    



 Dua bulan sudah Natha berada di rumah sakit, kondisinya yang makin hari makin memburuk membuatnya harus bertahan selama ini di kamar yang sempit, penggap dan super tak nyaman ini. Matanya menatap bosan dinding berwarna putih di depannya, sedangkan wanita yang mencintainya berada di sofa sebelah kasurnya membereskan kamar rumah sakit yang menjadi berantakan setelah kepergian teman-temannya.

Kini imaginasinya melayang membuana kemana-mana. Sudah dua bulan ia tak berjumpa dengan Dira, entah apa kabar wanita tersebut disana? Bagaimana Dira melewati hari-hari tanpa ada Natha disampingnya? Kembali teringat saat kejadian malam itu ditaman, ia yakin Dira pasti sangat tersakiti. Dari sorot matanya sangat terlihat bahwa apa yang Natha lakukan sungguh membuat luka sangat dalam. Sejujurnya ini bukan keinginanya, namun nasi sudah menjadi bubur. Takdir berkata lain, dengan bersama Dira saat ini bukan hanya menyakiti perasaan Dira lebih dalam namun juga perasaan Dea. wanita yang selalu ada merawatnya saat ia jatuh terpuruk kini. Dea dan bunda yang bergantian tiap hari datang kerumah sakit mengurusnya. Dari mulai membawakan masakan dari rumah hingga membantunya keliling area rumah sakit. Berada di dalam kamar hanya membuatnya semakin jenuh dan tak baik bukan apabila seorang yang sedang sakit memiliki banyak fikiran?

"udah waktunya makan nih. Tadi pagi aku pulang buatin kamu soup jamur kesukaan kamu loh. Aku suapin ya?"

Bagaimana bisa ia harus pergi meninggalkan Dea untuk kembali dengan Dira. Dea terlalu baik untuk di sakiti, dengan sikap dea yang seperti ini yang membuat Natha selalu mencoba membuang jauh-jauh perasaannya pada Dira. Bukan kah menyakitkan untuk seorang wanita apabila kekasihnya masih mencintai wanita lain? Ia percaya cinta akan tumbuh dengan seiring jalannya waktu. Dan mulai detik ini, tekad nya sudah bulat untuk membuka hatinya untuk Dea wanita yang sudah bersamanya dua bulan ini.

"aku bisa makan sendiri kok, lihat nih otot-otot di tangan aku udah kembali" ujarnya sambil menunjukan otot-ototnya yang kekar. " aku udah ga sakit Deaa, kamu gausah kawatir aku baik-baik aja" tangannya mengelus rambut halus Dea mencoba menenangkan wanita di depannya.

Senyum merekah terlukis di wajah manisnya Dea, ini merupakan perlakuan hangat pertama Natha kepadanya semenjak mereka berpacaran, sikap yang sudah Dea rindukan sedari dulu. Dea meletakan telapak tangannya di jidat Natha, mencoba mengecek suhu badan kekasihnya tersebut. "beneran ga panas" dirinya kembali tersenyum.

" aku seneng kamu yang begini Nat" Dea mengambil tangan Natha yang berada di puncak kepalanya dan meletakan tangan tersebut di pipi mulusnya. " asal kamu tau Nat, i really love you so much Nat" kemudian Dea mencium tangan kekar Natha dan kembali meletakan tangan tersebut di pipinya seakan takut kehilangan lelaki dambaanya.

Natha pun membawa Dea kedalam pelukannya, seakan mengerti sejauh ini Dea tersiksa dengan sikap dinginnya. Mulutnya belum sanggup untuk membalas penyataan kekasihnya tersebut, ia tidak ingin menuai banyak kebohongan yang malah semakin menyakiti Dea nantinya. Dea pun dengan kuat membalas pelukan Natha dan meletakan dagunya dipundak kekasihnya tersebut hingga tak terasa baju kekasihnya sudah basah oleh air matanya.

" jangan tinggalin aku ya Nat" suara Dea terdengar parau.

"aku ga peduli meskipun kamu ga cinta aku, tapi aku mohon jangan tinggalin aku. Setidaknya kamu tetap sama aku, buat aku itu udah lebih dari cukup" dan kini tangisannya makin tak terbendung. Natha mengelus punggung rambut Dea, menenangkan wanita tersebut.

"aku ga akan pergi kok, aku akan terus disini sama kamu" ujarnya menenagkan wanita tersebut. Bukankah tadi dia sudah bertekad akan mencoba membuka hatinya untuk Dea? sepertinya bukan masalah memulai dengan selalu bersama, seiring berjalannya waktu ia yakin perasaannya ke Dira akan hilang begitu saja. Iya, natha sangat yakin itu.

"udah jangan nangis, makin jelek nanti" tangannya mengusap air mata yang masih menggenang di bola mata cokelat Dea.

"mending kita nonton film, aku bosen kalau cuman hanya tiduran istirahat"

***************************

Sejujurnya Dira ga tau apa yang harus ia lakukan agar mood nya kembali lagi, ia merindukan dirinya dahulu sebelum mengenal apa itu artinya "cinta". Semua baik-baik saja, berjalan seperti layaknya manusia normal namun semua berubah setelah lelaki mulai masuk kedalam kehidupannya dan menabur benih dan meninggalkan setelah benih tersebut tumbuh berkembang hingga mati. Semuanya jadi berantakan, moodnya bagaikan roller coaster, jatwal makannya pun terganggu dan lebih banyak mengurung diri di kamar. Ia tak mau di kasihani itulah sebabnya ia lebih memilih mengurung diri dari pada harus terus-terusan tampak tegar. Bukan kah setiap manusia memiliki rasa lelah? Mungkin ia sudah sampai di titik dimana ia lelah dengan ini semua.

Sekarang Natha hanya akan menjadi sepenggal kisah masa lalu Dira. sepenggal kisah yang pahit yang sangat lihay membungkusnya dengan tampak manis. Rasanya begitu menyiksa dan rasanya ingin mencabik-cabik lelaki tersebut. Air matanya terus-menerus mengalir, di dalam pikirannya hanya ada satu kalimat 'Natha hanyalah cowo brengsek, yang harus ia lupakan dan kembali menjalani hidup normal' namun hatinya menolak untuk pergi, mungkin karena Natha terlalu dalam meninggalkan kenangan manis yang tak mudah dalam sekejap Dira lupakan. Dira masih sangat mencintai Natha.

Mengingat tentang Natha membuatnya makin terus-terusan bersedih, bahkan hanya dengan melihat jendela kamar, air matanya terus-terusan mengalir bahkan semakin deras. Mengapa Natha memberikan harapan kepadanya? Membuatnya percaya bahwa semua cowo itu berbeda, memberikan harapan bahwa bersamanya akan terasa sempurna, bahkan sering kali Natha mengatakan ialah jodohnya yang selalu di balas dengan kata kata "aamiin" dalam hati Dira.

Lagu Ed Sheeran melantun dengan indahnya memecahkan suasana sunyi yang sangat menusuk. Dengan cepat Dira mengambil hp nya tersebut dan menetralkan suaranya yang terdengar serak lalu menjawab telpon masuk.

"halo mba, saya dari pihak gojek saya sudah sampai di depan rumah mbak"

Kaki Dira pun melangkah menuju jendela kamarnya, benar saja di depan pagar rumahnya terdapat bapak-bapak dengan sepeda motor merah dan punggungnya di balut dengan jaket berwarna hijau.

"oh iya pak, sebentar saya turun kebawah" lalu Dira memutuskan sambungan telpon tersebut.

Dira mengusap air matanya yang masih mengenang dan menambahkan bedak tipis agar tidak terlalu terlihat bengkak. Tapi, tetap saja siapapun yang melihat pasti tau bahwa dirinya habis menangis. Dira mengambil tas sling bag kecil berwarna cokelat dan berjalan keluar kamarnya.

" Mbok ijah, Dira keluar sebentar ya. Assalamualaikum"

Ia pun berjalan membuka pager rumahnya.

"caffe gellato di jalan mandarin kan mba?" tanya bapak gojek sambil memberikannya helm.

"iya pak" balasnya sambil memasang helm.

*********************************

FINALLY AKU BALIK LAGI HEHEHEHEHEH. info baiknya... Aku udah tamatin adira!!!! yeayyy selamat bacaa jangan lupa vote dan comment yaaaaa

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang