19

1.8K 75 3
                                    


Dira pun berlari-lari menuju arah taman, ia merasa tidak enak dengan teman-temannya. Benar saja sesampainya di taman teman-temannya langsung melemparkannya pertanyaan. "ya Allah Diraaa dari mana aja sih luu?? Kita kan ga punya waktu banyak buat latihan" Deny langsung mengajukan pertanyaan.

"sorrryyyyy bangettt Den. Gue lupa tadi maaf yaaa" ujarnya sambil kedua tangan terlipat di depan mukanya.

"yaudah buruan baca naskah 10 menit trus langsung latihan actingnya"

"iya-iya sorry ya"

Dira pun membaca naskah teks drama membuatnya terkejut ia baru ingat dramanya mengenai princess dan pangeran yang membuatnya harus beradegan dansa dan di cium oleh sang pangeran yaitu Rama.

"oke guys udah 10 menit, pemain siap ya kita latihan sekarang" ujar Deny sang ketua kelas dan penanggung jawab.

"oke Den" balas anak kelas.

Dira pun kita beradu acting dengan Rama, dirinya tampak gelisah dan salah-salah. Ia gugup harus terus bertatapan dengan Rama. menatap Rama bukanlah hal baru untuk Dira, ia sering menatap wajah lelaki tersebut tetapi itu dahulu.

"and action!" ujar Deny sambil

"wahai tuan putri mau kah anda berdansa bersama ku sebentar saja" Rama setengah jongkok dan mengulurkan satu tangannya kepada Dira.

Dira hanya menatap Rama dan raut wajahnya malas, ia terngat kejadian itu saat Rama menggengam tangan wanita di taman.

"aduuuhhh Diraaa kok malah benggong sih!! Dir lo tuh kenapa sihhh, udah telat sekarang malah bengongari kemarin juga gini. Ayolah Dirrr demi kelas kita, gue yakin lo pasti bisa dapetin chemistry sama Rama " Deny pun tampak kesal. Pentas drama tinggal 7 hari lagi namun Dira pun masih terlihat belum siap dan belum terjalin chemistry diantaranya membuat Deny pusing. Ia lah yang akan bertanggung jawab kepada Bu Diyah.

"aduuhh maaf-maaf kayaknya gue pusing kecapean maaf yaa kawan" ujarnya. Lagi-lagi ia merasa tidak enak dengan kawannya ia tidak bisa bersikap profesional.

"udah besok kita lanjut lagi latihannya, plis kaawan cemmon minggu depan kita tampil bawa nama sekolah dan kelas, gue minta pengertiannya ya. Yaudah kita sampe sini dulu besok kita lanjut di rumah Tara ya jam 1." Ujar Deny.

Tari, Mawadah, dan Khansa pun menghampiri Dira. Mereka mengerti dengan keadaan Dira. Mereka pun memeluk Dira. "kita ngerti kok kenapa lo kaya gini, tapi lo gak bisa kaya gini terus Dir. Lo membawa nama sekolah" ujar Tari.

"gue ngerti, tapi sulit rasanya" Dira pun melepas pelukan kawan-kawannya. Kini ia duduk di lantai, ia bingung apa yang harus ia lakukan. "gue harus gimana??" tanyanya.

"lo harus singkirin perasaan benci lo, lo harus maafin dia. Itu satu-satunya cara biar lo dapet chemistry sama dia Dir, gimana lo bisa dapet chemistry kalau lo liat mukanya aja udah kesel" saran Mawadah.

Dira terdiam memikirkan perkataan Mawadah. Benar apa yang di bilang Mawadah, bagaimana bisa ada chemistry liat muka Rama saja ia sudah kesal terbayang kejadian dahulu. Mungkin memang ia harus mencoba memaafkan Rama, toh Rama juga manusia yang memiliki banyak kesalahan seperti dirinya.

"hufttt gue coba deh. Makasih ya kalian, gue sayang banget deh sama kalian" ujarnya.

"aihh utuk utuk utukkk.. sayang kita apa sayang Natha" Khansa pun menyenggol badan Dira.

Pipi Dira pun memerah ia pun hanya bisa membalas perkataan Khansa dengan senyuman. Mereka pun siap-siap mengambil tas dan pergi ke rumah masing-masing.

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang