42

1.6K 60 0
                                    

"mas ice cream yang strawberry sama vanila cookies ukuran reguler pake cone ya"

Tak lama ice cream pesananya pun siap. " totalnya 35.000 rupiah mbak"

Dira segera membayar dan berjalan memilih tempat duduk dekat jendela yang tak jauh dari tempat untuk mengorder. Suasana kafe tersebut tampak sunyi, tidak terlalu ramai seperti biasanya. Ia mengeluarkan novel baru nya dan memulai membaca sambil menikmati ice cream kesukaannya mencoba berdamai dengan hatinya.

Tidaklah sulit untuk membuatnya tenang sejenak, cukup dengan ice cream dan cheese cake dapat merubah suasana hatinya menjadi lebih tenang. Namun hal itu tak bertahan lama, ketenangan tersebut hanyalah sejenak hingga ice cream dan cheese cake tersebut habis maka semuanya akan kembali terasa menyedihkan, kepedihannya kembali datang namun setidaknya ice cream dapat menjadi penghiburnya disaat semuanya terasa gelap.

Minggu lalu Natha sudah diizinkan oleh dokter untuk kembali kerumah dan menjalani pengobatan berjalan, sehingga ia akan lebih sering bolak balik rumah sakit namun tak apalah, Dilla dan bunda masih membutuhkannya, satu hal yang menjadi penguatnya kini.

Natha memarkirkan mobilnya dan tak lama keluar dari mobil. Dea yang berjalan di sampingnya memasuki sebuah tempat yang cukup cozy. Kakinya pun berjalan hingga memasuki tempat tersebut. Hari ini ia menemani Dea memenuhi keinginan kekasihnya tersebut, lagi pula sudah lama ia tak jalan-jalan keluar, 2 bulan di rumah sakit membuatnya sangat bosan.

Dea dan Natha pun fokus pada berbagai macam es cream yang di sajikan di depannya dengan berbagai rasa dan warna yang menarik, cukup membuat mereka bingung menentukan pilihan.

"Aku mau yang ini Nat pake cone" ujar Dea sambil menunjuk rasa Matcha.

" Matcha pake cone ukuran tall satu sama vanila di cup satu ya mas"

" totalnya 90.000 ribu rupiah mas"

Natha segera membayar dan menggambil ice cream tersebut, dan kemudian matanya mencari sosok Dea yang sudah menghilang dari pandangan matanya, hingga akhirnya matanya tertuju pada Dea yang sedang menghampiri wanita yang telah lama hilang dari dunianya.

"Adira?" sapa Dea sambil berdiri di depan kursi yang Dira tempati.

Kepalanya yang masih menunduk menikmati novel kesukaannya pun akhirnya terangkat akibat suara yang menyebutkan namanya. Sorot mata Dira pun bertemu dengan mata Dea. Dari kejauhan sosok yang membuatnya menjadi uring-uringan akhir-akhir ini datang berjalan dengan santainya menghampiri Dea.

DEG......

Jantungnya terasa berhenti sejenak, nafasnya tercekat dan kakinya pun bergetar gugup. Dira menghela napasnya perlahan lalu kembali mencoba menetralkan reaksi tubuhnya. Lelaki tersebut kini berjalan menuju tempatnya dengan tatapannya yang beku dan dingin. Dira seperti tidak mengenal sosok didepannya, padahal orang di depannya yang membuat air matanya terus menerus mengalir tanpa mengenal lelah.

"Udah lama ya kita ga ketemu, lo sendiri disini? " tanya Dea dengan muka cerianya. "gue sama Natha boleh duduk sini?"

Dira hanya mengangguk dan tersenyum masam. Dira tidak mengerti mengapa mereka harus bertemu disaat seperti ini. Terlalu banyak pertanyaan yang ada di otaknya saat ini. Mengapa mereka harus bertemu disaat seperti ini, disaat ia datang untuk mengistrahatkan fikirannya. Bukan hanya itu, kenapa juga dirinya harus bertemu dimana saat mereka sedang berduaan sedangkan ia sudah mencoba melupakan sampai sejauh ini.

Suasana canggung antara keduanya sangat terasa kental. Tidak ada pembicaraan antara Dira dan Natha selama mereka duduk semeja, Dira hanya menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Dea.

Adira [ COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang