Masalah Dira dan Milan

2.4K 271 36
                                    

Masalah Dira dan Milan.

Dira menghempaskan tubuhnya pada sofa ruang keluarga, rambutnya ia ikat dengan asal lalu mulai membuka dasi seragamnya yang terasa mencekik.

"Udah pulang?"

Dira menoleh, memperlihatkan Ibunya; Feli, yang sedang berjalan menghampiri Dira sambil membawa segelas es jeruk, minuman kesukaan Dira.

"Belum," jawab Dira santai.

"Eh?"

Dira berdecak. "Abis nanyanya gitu sih, keliatan Mama gimana? Apa aku udah pulang?"

Feli menghela napas. "Kamu masih marah ya, sama Mama?"

Dira diam tidak menjawab, ia malah mengambil es jeruknya lalu diteguknya sampai habis.

"Emang kenapa sih nggak mau dijodohin? Davin ganteng loh, Na. Pasti kamu suka deh," ucap Feli mulai membahas kembali penyebab marahnya Dira.

"Emang Mama udah tahu Davin?" tanya Dira sarkastik.

Feli menyengir. "Ya belum sih, tapi kamu harus percaya deh sama Mama, mana mungkin Mama jodohin kamu sama sembarang orang. Lagian Davin juga masih SMA kok, cuman sekarang dia udah kelas tiga. Ah, cuman beda dua tahun. Nggak masalah 'kan?" Feli menaik turunkan kedua alisnya membuat Dira memutar kedua bola matanya.

Ibunya Dira dan Ibunya Namira sama-sama mempunyai kesamaan. Apalagi untuk urusan cowok. Mereka pasti akan ribut sendiri, berasa merekalah yang menjadi pacarnya. Bukan Dira atau pun Namira.

"Bukan karena umur, Mama! Namira aja sama pacarnya beda tiga tahun juga lempeng-lempeng aja. Masalahnya, aku nggak mau dijodohin, aku punya pilihan sendiri."

Feli menatap Dira lelah. "Anak batu."

Dira mendengus kesal. "Aku 'kan masih sekolah, masih mau belajar, mau kuliah, dan kerja." Dira menyenderkan punggungnya ke sofa lalu kedua tangannya ia lipat di depan dada.

"Lagian kenapa harus aku? Kenapa nggak Kak Meli aja? Kak Meli juga belum punya pacar 'kan?" ucap Dira bersungut-sungut.

"Emang kamu sendiri udah punya pacar?"

Mampus!

Dira merutuki dirinya dalam hati. Kenapa mulutnya tidak bisa direm sih? Kenapa Dira harus berkata begitu sih? Dira yakin, kali ini Feli pasti akan terus saja mendesak Dira.

"Ih kok diem? Kamu sendiri punya pacar nggak?" tanya Feli sekali lagi karena pertanyaannya tidak digubris Dira.

Dira gelagapan. "E-emang kalo aku punya pacar kenapa? Mama nggak jadi ngejodohin aku, gitu?"

"Hm.... Kalo Mama ngerasa cocok, kenapa nggak?"

Ucapan Feli sukses membuat mata Dira terbelalak. Tentu saja ini adalah sebuah kesempatan emas. Dira tidak akan jadi dijodohkan jika ia mempunyai pacar. Dira hanya harus membawa pacarnya ke rumah dan memperkenalkannya kepada Feli dan Andi. Ah, benarkah begitu?

"Se-serius Ma?" tanya Dira tidak percaya.

Feli mengernyit aneh sebentar melihat ekspresi anaknya yang kelewat kaget. Tapi di detik kemudian, Feli mengangguk.

Dira berteriak senang sambil melompat-lompat di atas sofa membuat tubuh Feli sedikit terapung-apung.

Dira senang. Sungguh, ia merasa senang. Ada kemungkinan untuk ia tidak jadi dijodohkan. Dira benar-benar tidak mau jika harus dijodohkan. Apalagi ia belum tahu rupa calon jodohnya itu.

Seketika Dira berhenti melompat-lompat, ada sesuatu yang Dira lupakan. Dira mempunyai kemungkinan untuk tidak jadi dijodohkan asalkan ia mempunyai pacar.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang