Haiii! Sekarang gue jarang bgt buka wattpad bcs jadwal di sekolah banyak bgt udh mulai ujian-ujian gt. Tapi gue bakalan tetep update JY cmn waktunya agak kelamaan gt. Sooooooo keep reading ya!
•••Selamat Tinggal.
Tidak ada yang paling menyedihkan di dunia ini, selain kelulusan sekaligus perpisahan dengan teman-teman yang tiga tahun selalu bersama-sama. Air mata haru dan duka sedari tadi terus saja berderai dari beberapa siswa dan siswi SMA Perkasa.
Nadhif, cowok itu hanya terdiam pada sofa yang sudah disediakan di dalam aula; tempat acara perpisahan berlangsung. Matanya menatap gelas berisi cairan merah yang ada di hadapannya, tanpa berkedip.
Cowok itu merindukan Namira.
Pada akhirnya ketakutan Nadhif terbukti juga. Ternyata memang benar jika malam itu adalah malam pertemuan terakhirnya dengan Namira. Hari dimana air mata Nadhif sering terjatuh.
Nadhif tidak pernah lagi melihat Namira, tidak pernah tau kabar cewek itu, bahkan Nadhif tidak pernah diterima untuk berkunjung ke rumahnya. Entah sejak kapan ada satpam di rumah Namira yang langsung mengusir Nadhif jika cowok itu datang ke rumahnya.
Yang jelas, Nadhif tau jika Namira benar-benar membencinya.
"Wey! Bengong aja lo!"
Nadhif tersentak kaget saat pundaknya ditepuk kencang oleh Fani, lalu cewek itu dengan santainya duduk di sebelah Nadhif sambil menyengir polos.
Nadhif tidak memperdulikan cewek itu dan malah mendengus keras. Ia hanya tidak suka diganggu jika sedang berperang dengan pikirannya.
"Kenapa lo, Dhif?" tanya Fani akhirnya. Mengingat akhir-akhir ini Fani sering melihat Nadhif terdiam dan mengabaikan orang lain jika ada yang mengajaknya berbicara. Persis seperti patung berjalan.
Nadhif hanya menggeleng, lalu cowok itu mengambil ponselnya dan memainkan salahsatu game yang sedang populer, membuat Fani memutar kedua bola matanya jengah.
"Gimana hubungan lo sama Dira?"
Nadhif terdiam. Hubungannya dengan Dira masih berjalan seperti biasa, namun Nadhif tidak pernah menganggap cewek itu sebagai pacarnya. Nadhif hanya mengingat kata-kata Namira bahwa ia tidak bisa seenaknya meninggalkan Dira seperti ia meninggalkan Namira.
Karena Dira juga perempuan yang lemah jika hatinya sudah disakiti.
"Berasa ngomong sama patung, anjay!" sindir Fani lalu mendengus. Di detik kemudian cewek itu beranjak dan melenggang pergi.
Baru saja Nadhif menghela napasnya dengan lega, tiba-tiba saja sosok Raja sudah duduk menggantikan posisi Fani. Membuat Nadhif seketika terdiam.
Perasaan canggung kepada sahabatnya itu masih Nadhif rasakan, semenjak ia tau jika Raja juga menyukai Namira.
"Gue minta maaf, Dhif."
Nadhif mengangkat satu alisnya, bingung. Sedangkan Raja menghela napas pelan.
"Gu-gue salah, Dhif. Nggak seharusnya gue suka sama Namira. Gara-gara gue, lo harus kehilangan Namira. Maafin gue, Dhif."
Nadhif melongo. Apakah ia tidak salah mendengar? Seorang Raja, cowok berkacamata yang tidak pernah mengubah keputusannya itu, bisa merubahnya juga?
"Gue mau kita kaya dulu, Dhif. Sumpah! Kita itu awkward banget, nggak kaya dulu. Kita kaya dua orang cowok yang nggak saling mengenal. Dan gue mau kita kaya dulu, Dhif, karena gue sadar gue nggak bisa maksain Namira buat suka sama gue." Raja memasang wajah bersalahnya, sedangkan Nadhif menyunggingkan senyum kecilnya. Hatinya tiba-tiba terasa hangat mendengar penuturan Raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DIREVISI JADI MASIH ACAK-ACAKAN] AKU AKAN BUAT SEKUELNYA KALO READERSNYA UDAH 100K:) DILARANG KERAS MENG-COPAS KARYA ORANG LAIN! TOLONG SALING MENGHARGAI. Pada awalnya hidup seorang gadis bernama Namira Kalila yang baru saja memas...