Dijemput dan Diantarkan Pulang

2K 228 31
                                    

Dijemput dan Diantarkan Pulang.

"Hari ini gue nggak akan nganterin lo sekolah ya, Ra."

Namira langsung menoleh ke arah Marcel yang sedang mengunyah roti selai coklatnya itu. Ia langsung menunjukkan wajah bingungnya.

"Loh, kenapa? Terus gue naek angkot lagi, gitu?" tanya Namira.

Marcel mengedikkan bahunya lalu matanya menunjuk ke arah daun pintu. "Dari jam setengah enam tadi, udah ada yang jemput lo."

"Hahhhhh?!"

Marcel meringis mendengar suara Namira yang sangat nyaring. "Biasa aja, kali," gerutunya.

Nada dan Aldi langsung bersitatap lalu kembali menoleh kepada dua anaknya ini. "Iya bener tuh, kata Abang. Tadi Mama udah suruh masuk tapi dia nggak mau," ucap Nada.

Namira masih terlihat kaget. "Siapa? Dira? Atau Dean bawa mobil sendiri?" tanyanya beruntun.

Marcel menghela napas. "Bukan, yang kemarin pagi ngejemput lo."

Seketika mata Namira terbelalak. "Kak Nadhif?!" pekiknya.

Marcel lagi-lagi meringis. "Jangan teriak-teriak kenapa, sih? Kebiasaan banget, deh."

Namira berdecak kesal. "Kenapa lo nggak kasih tau gue dari tadi? Berarti dia udah nunggu lebih dari setengah jam, Marcel!"

Namira langsung beranjak lalu menghampiri Namira dan Aldi untuk berpamitan. "Aku berangkat sekarang ya, Mah, Pah."

"Santai aja kenapa sih, Ra? Dia juga gak keliatan keberatan kok," ucap Marcel karena gerah melihat tingkah Namira yang tergesa-gesa.

Namira langsung mencium pipi Marcel lalu mengacak-acak rambutnya yang berantakkan. "Kak Nadhif juga manusia, Marcel. Pasti dia juga kesel kalo disuruh nunggu lama-lama. Udah ah, gue berangkat dulu ya. Oh iya! Jangan lupa bilangin ke Dean kalo gue berangkat duluan, bye."

"Hati-hati!" teriak Nada.

"Iya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsallam."

Setelah kaki Namira menginjak ubin depan rumahnya, benar saja cowok beruang kutub itu sudah terduduk manis di atas jok motornya sambil memainkan handphone.

Hati Namira bertanya-tanya, untuk apa cowok itu menjemputnya? Bukan kah masalah mereka sudah selesai? Padahal hari ini Namira berniat untuk mengatakan kalau ia sudah tidak mau berurusan lagi dengan Nadhif, di sekolah nanti.

Namira menghela napas lalu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Nadhif. Cowok itu menengadah kala menyadari Namira sudah berdiri di hadapannya.

"Kak Nadhif kok jemput saya?" tanya Namira akhirnya.

Terlihat Nadhif mengangkat satu alisnya. "Kakak? Saya?" ucapnya, seperti mengingatkan Namira bahwa kata itu sudah tidak lagi diperbolehkan.

Namira mendengus gusar. "Ini bukan di rumah Kakak, jadi kembali lagi ke semula, deh."

Jujur saja, perasaan Namira seringkali berubah-ubah. Kemarin, ia merasa senang. Namun malam tadi ia kembali teringat dengan kejadian Nadhif dan Kezia saat pelukkan itu, sehingga membuat mood dia menjadi sedikit berantakkan.

Nadhif menatap Namira dengan tatapan datarnya, padahal jauh di dalam hatinya ia bertanya-tanya mengapa Namira berubah menjadi ketus seperti ini.

"Kak Nadhif kenapa jemput saya?" tanya Namira kembali karena pertanyaan semula belum dijawab juga oleh Nadhif.

"Gue disuruh Mama, lagian kalo gak disuruh juga males banget, gue," jawab Nadhif akhirnya. Seperti biasa, nada ketusnya kembali terdengar membuat Namira mendengus kesal.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang