Di Warung Bu En

2K 236 24
                                    

Di Warung Bu En.

Matahari tampak bersinar begitu cerah, cuaca terlihat mendukung, begitu pun dengan gerombolan burung yang terlihat berterbangan mulai mencari makan.

Tak terasa, hari sabtu pun sudah tiba sekaligus hari masalah itu dimulai. Hari dimana malam nanti, Dira akan membawa Nadhif ke rumahnya untuk diperkenalkan sebagai pacarnya.

Namira menghela napas, lalu menyumbat kedua telingannya dengan earphone. Suasana kelas saat ini begitu sepi karena jam memang masih menunjukkan pukul enam pagi. Tapi, entah dibisikkan oleh jin apa, setelah selesai sholat subuh Namira membangunkan Marcel untuk minta diantarkan ke sekolah. Jelas saja, awalnya Marcel menolak tetapi lagi-lagi Marcel gagal karena tidak bisa melihat wajah Namira jika sedang memelas.

Meski Marcel menawar untuk mengantarkan Namira jam enam pagi saja, dan akhirnya Namira pun menyetujuinya. Tak lupa, Namira berpesan kepada Marcel untuk mengatakan kepada Dean bahwa ia sudah pergi ke sekolah lebih pagi karena ada jadwal piket.

Tentu itu hanyalah alibi untuk menutupi kegelisahannya. Boro-boro piket, meski pun sudah diomeli habis-habisan oleh seksi kebersihan kelas, Namira tetap tidak mau piket.

Alasannya; Nanti juga kotor lagi ah.

Dan besoknya, pada hari minggu giliran Namira yang menjadi pacar pura-pura Nadhif. Bisakah Namira melakukan itu? Sungguh, untuk sekedar bertemu dengan Nadhif pun Namira tidak mau. Ia harus bisa menyangkal bahwa ia memang tidak menyukai Nadhif. Hanya kagum.

"Heh."

Namira terlonjak kaget kala suara bass seseorang terdengar di telinganya. Ia langsung menoleh ke arah pintu, dan betapa terkejutnya ia saat melihat Nadhif yang sedang berdiri dengan tatapan tajamnya.

Kenapa saat Namira berdoa agar ia tidak dipertemukan dengan Nadhif, malah langsung didatangkan orangnya, sih?

Dan lagi, sapaan Nadhif sungguh tidak mengenakkan.

"Apa?" tanya Namira.

Nadhif melangkahkan kakinya untuk menghampiri Namira, dan seketika jantung Namira pun kembali berdegup kencang.

Nadhif duduk di kursi Rena dengan posisi menghadap ke arah Namira. "Kenapa lo nggak ada kabar?"

"Hah?" ucap Namira spontan karena kaget dengan pertanyaan Nadhif.

Sungguh, pertanyaan Nadhif seolah-olah Namira ini pacarnya yang sudah menghilang dan tidak memberi kabar kepada Nadhif.

"Maksud gue, kapan gue harus ketemu orangtua temen lo?" ralat Nadhif.

Namira menghela napas. Hampir saja ia lupa memberi tahu Nadhif tentang yang satu itu.

"Kata Dira sekarang, Kak. Nanti malam. Maaf saya lupa ngasih tau," kata Namira.

Nadhif hanya memanggut sekilat. "Kayanya gue harus ketemu sama temen lo dulu. Nggak mungkin kalo gue langsung ke rumahnya gitu aja. Lagian gue nggak tau rumahnya."

Namira dibuat melongo oleh perkataan Nadhif. Benarkah ini Nadhif? Atau jangan-jangan ini jin yang menyerupai Nadhif? Apalagi ini masih pagi-pagi sekali dan sepertinya tidak mungkin seorang Nadhif datang pagi-pagi buta seperti ini ke sekolah.

Pasalnya, Nadhif mengatakan itu dengan ekspresinya yang menggemaskan. Namira seperti melihat diri Nadhif yang sebenarnya.

Emang ya, kalo cowok dingin itu pas ngomong panjang lebar keliatan lucu. Saking jarangnya ngomong kaya gini.

"Namira?"

Yang dipanggil mengerjapkan matanya beberapa kali. Duh, Namira terlalu dibuat excited sampai-sampai ia melupakan cowok beruang kutub yang ada di hadapannya ini.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang