Bertemu Milan Kembali

1.5K 162 4
                                    

A.N: Hallo semua! Ada yang kangen Nadhif Namira? Kayanya nggak ada wkwwk. Akhirnya try out beres dan gue bisa update kembali! Monggo dibaca:)
•••

Bertemu Milan Kembali.

Namira menitikan air matanya untuk yang kesekian kalinya. Tetapi, kali ini air mata itu bukan karena Namira mengingat Nadhif, tapi karena rasa bersalahnya pada Milan dan bahagianya melihat buah hati sahabat kecilnya itu.

"Mi-milan ..."

Milan tersenyum lalu menarik Namira ke dalam pelukkannya. "Udah nggak usah nangis lagi, Mira. Gue gapapa, kok."

"Ta-tapi gue malah ngelupain lo gitu aja dan malah mentingin urusan gue sendiri, Lan. Gue ngerasa nggak berguna sebagai sahabat lo ..."

Milan mengendurkan pelukkannya lalu menangkup kedua pipi Namira. Cewek itu melirik sesaat kepada Marcel yang sedang menggendong anaknya, dan di detik kemudian Milan kembali menatap mata milik Namira.

"Jujur gue bingung mau bilang apa, Ra. Yang jelas gue mau ngucapin banyak-banyak terima kasih sama lo, terutama Kak Marcel yang udah ngasih gue tempat tinggal. Di saat semua orang yang gue sayang menjauh gara-gara gue kotor, tapi kalian malah ngelindungin gue dan masih peduli sama gue. Itu tuh kaya apa, ya? Kaya anugerah dari Tuhan biar gue bisa ngejaga anak gue dan nggak ngelakuin apa yang orangtua gue suruh. Ngegugurin Micel."

Tak terasa, air mata Milan ikut berderai, membuat Marcel yang melihatnya langsung menyahut. "Lo kenapa, Lan?!"

Milan menoleh ke arah Marcel lalu tersenyum, seperti berkata bahwa ia baik-baik saja dan hanya butuh Namira untuk menjadi tempat curahan hatinya. Membuat cowok itu hanya mengangguk.

"Gue senenggggg banget punya sahabat kaya lo, Ra. Lo sama Kak Marcel itu didikkannya bagus, jadi kalian terbiasa berbuat baik sama orang lain. Maka dari itu kalian disukai banyak orang. Sedangkan gue? Dari kecil gue cuma disumpal terus sama mainan dan uang, nggak pernah dikasih perhatian kaya orangtua lo kasih ke lo dan Kak Marcel."

Namira terdiam.

Milan menghela napas. "Gue janji kalo gue udah sukses dengan usaha gue sendiri, gue bakalan lunasin semua hutang-hutang gue sama kalian."

Namira menggeleng cepat. "Gue nggak butuh, Lan. Marcel juga nggak butuh. Yang kita butuhin itu cuma lo dan keselamatan anak lo. Micelan itu titipan Tuhan yang harus lo jaga, bukan lo bunuh. Jadi tolong jangan pernah mikirin masalah itu karena Marcel ikhlas nolongin lo, Marcel udah nganggap lo kaya adeknya sendiri, Lan. Lo itu kaya gue."

Lagi, Milan menitikkan air matanya kembali lalu menarik Namira ke dalam pelukkannya. "Makasih, Ra! Gue nggak tau harus ngomong apa."

"Kebahagiaan lo adalah kebahagiaan gue, Lan. Dan kesedihan lo adalah kesedihan gue juga. Kita sahabat, dari kecil. Malah dulu gue sering ngerepotin lo, Lan. Sering bikin lo sakit gara-gara gue ajakin hujan-hujanan, sering sakit gara-gara gue ajakin makan ice cream terus, bahkan lo sering sakit perut gara-gara gue paksa makan pedes. Padahal lo sama sekali nggak suka pedes."

Milan terkekeh geli.

"Tapi lo selalu mau, Lan. Seakan lo itu nggak mau ngecewain gue gara-gara nggak nurutin apa yang gue minta. Sampe-sampe lo mau minum air teh pahit dan besoknya lo sakit plus muntah-muntah. Padahal itu minuman kesukaan gue." Namira terkekeh di akhir kalimat saat mengingat masa-masa kecilnya bersama Milan.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang