Nadhif Pergi, Dean Kembali

1.7K 178 14
                                    

Nadhif Pergi, Dean Kembali.

Teruntuk Namira, seseorang yang sudah mewarnai hidupku.

Aku merasakan getaran itu, saat pertama kali aku melihatmu. Pernah kukira itu adalah perasaan tidak suka, namun nyatanya bukan.

Aku merasakan getaran itu, saat pertama kali aku mengajarimu tentang matematika. Kamu tidak memperhatikanku dan malah memandangiku.

Aku tau, namun aku diam. Karena getaran itu, membuatku kaku untuk bertingkah laku.

Aku merasakan getaran itu, saat pertama kali menatap mata sipitmu. Indah dan selalu membuatku kehilangan arah.

Itu adalah sebuah perasaan suka yang bermetamorfosa menjadi cinta. Perasaan yang tidak pernah aku miliki sebelumnya. Aku selalu mencintai orang lain dengan semauku, tanpa mempedulikan hatiku.

Dan kamu, kamu membuatku menjadi peduli dengan hatiku.

Dan kamu, kamu bisa membuatku tidak mengenali diriku sendiri. Aku yang masa bodo dengan cinta, menjadi aku yang tidak mau bodo soal cinta.

Namira ...

Kamu benar, ini semua terjadi secara cepat layaknya kilat pada langit kelabu.

Terakhir kali saat aku merasakan getaran kembali, getaran itu langsung bisa kutebak apa artinya.

Rasa penyesalan yang mengikat kuat.

Rasa sakit yang membelit kuat.

Dan rasa tidak mau kehilanganmu.

Pada akhirnya, rasa benci yang kuat bisa mengalahkan rasa cinta yang kuat.

Mungkin jika hati, masih dapat dibenahi. Sedangkan kepercayaan? Sangat sulit untuk dibenahi.

Salam rindu, Nadhif si beruang kutub :)

Namira menutup mulutnya dengan telapak tangan, air matanya kembali merembes karena Nadhif. Ingin sekali Namira berkata bahwa ia masih sangat mencintai Nadhif, tapi nyatanya hal itu tidak akan pernah dilakukannya lagi.

Namira harus bisa melupakan Nadhif.

Rena yang ada di sebelahnya langsung mengusap bahu Namira pelan, melihat cewek itu yang sedang menangis, membuat hati Rena juga ikut sesak. Betapa rumitnya masalah Namira dengan Nadhif sampai-sampai mereka harus rela berpisah.

"Sini peluk gue."

Namira langsung memeluk Rena erat, air matanya semakin deras, juga suara tangisannya yang semakin kencang. Saat ini, mereka berdua memang sedang berada di dalam ruang musik. Meski pun ruang musik di SMA Perkasa tidak kedap suara, setidaknya tidak terlalu sering murid-murid melintas ke arah sini.

"Gue cinta sama Nadhif, Ren! Tapi gue nggak bisa. Nadhif udah milik Dira, dan gue nggak mungkin ngehancurin kebahagiaan Dira gitu aja ..."

Rena mendengus keras. Hatinya benar-benar sudah diselimuti oleh amarah. Ia benar-benar muak dengan Dira yang sudah merebut kebahagiaan Namira. Rena tidak habis pikir kenapa Dira memaksakan Nadhif yang jelas-jelas tidak pernah mencintainya.

Semua orang juga tau kalo Nadhif cuma cinta sama Namira.

"Lo itu terlalu baik, Mir." Rena melepaskan pelukkannya lalu menatap teduh mata sembab milik Namira.

"Lo inget pas gue cerita tentang temen SMP gue yang cuma manfaatin gue?"

Namira mengangguk, membuat Rena menghela napas kasar.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang