Epilog

2.4K 181 20
                                    

"Ya ampun, Key. Gue sampe laper dengerin cerita lo."

Fera beranjak ke arah kulkas lalu mengambil beberapa cemilan dan disimpannya di atas meja. Cewek itu kembali duduk menghadap Kali yang sedang menghapus air matanya dengan senyum yang terlihat dipaksakan.

"Akhirnya gue ngerti kenapa lo nggak pernah mau cerita sama gue," ucap Fera kemudian. Ia langsung menyeruput susu ultranya dengan cepat.

"Tapi sekarang lo udah tau kan, Fer? Yaa... Gue bukannya nggak percaya sama lo, tapi gue cuma nggak mau lagi nginget-nginget masalah itu."

Fera mengangguk. "Terus sekarang, lo nggak pernah tau lagi keadaan temen-temen lo di Indonesia?"

Kali menghela napas. "Tau kok, cuma Rena sama Dean aja, sih. Itu pun jarang karena mereka punya kesibukan sendiri," jawabnya.

"Terus Nadhif sama Dira?"

Ya Tuhan ... Sakit sekali.

"Gue sama sekali nggak mau tau dan nggak peduli. Lo pasti udah tau jawabannya, Fer. Mungkin mereka udah nikah dari dua tahun yang lalu. Malah udah punya anak."

Fera mengaduh dalam hati. Kenapa ia harus salah berbicara, sih?

Fera menatap Kali sendu, membuat yang ditatap mengangkat kedua alisnya bingung lalu dua detik kemudian ia terkekeh sumbang. "Apaan sih, Fer? Gue baik-baik aja. Sumpah!"

"Gue harap kaya gitu, Namira."

Yang dipanggil Namira mengernyit kaget sambil tersenyum penuh arti saat Fera menyebut dirinya dengan Namira, bukan Kali seperti biasanya. Itu seperti mengingatkan ia kepada masa lalu yang ... Begitulah.

Kali atau Namira itu mengangguk, lalu matanya melirik ke arah jam dinding apartemen Fera. Pukul satu siang! Ya ampun! Namira 'kan masih kerja part time. Ia sudah terlambat sepuluh menit.

"Ya ampun, Fer! Gue telat kerja 'kan jadinya!" Namira beranjak lalu rusuh sendiri. Ia mencium pipi Fera lalu berkata, "Nanti malem anterin gue ke bandara, ya. Byeeee!!!!"

•••

"Kenapa kau terlambat, Kalila? Untung atasan kita saat ini sedang tidak masuk," ucap Berly dengan bahasa inggris. Cewek itu sedang mengoleskan mentega pada roti-rotinya.

"Tadi aku ada keperluan sebentar. Oh, ya! Aku lupa memberi tahumu. Malam nanti aku akan pulang ke Indonesia, jaga dirimu baik-baik, ya. Sepertinya aku tidak akan lagi kembali. Mungkin?"

Wajah Berly terlihat kaget, kemudian cewek itu menekuk wajahnya. "Ya Tuhan! Tega sekali kau tidak mengingatku! Mengapa tiba-tiba sekali? Apa di sana ada masalah?"

Namira tersenyum. "Tidak, hanya saja aku akan melanjutkan kuliahku di Indonesia. Lagipula aku rindu dengan Indonesia, apalagi keluargaku. Kau tahu? Kota Bandung itu sangat indah, kapan-kapan kau coba berkunjung ke Bandung."

"Baiklah, semoga aku cepat menjadi orang kaya, ya. Supaya bisa mengunjungimu disana," jawab Berly dengan nada bergurau, membuat Namira tertawa. Berbeda dengan Namira yang kerja hanya untuk mengisi waktu luang saja, Berly memang bekerja untuk menghidupi dirinya sendiri.

Setelah obrolan mereka berakhir, keduanya kembali bekerja melayani pembeli dengan sejuta pesona yang sangat memikat.

Dan pada pukul lima sore, Namira baru bisa keluar dari Toko Roti tersebut untuk pulang. Bukannya pulang ke apartemen, cewek itu malah menyimpang untuk pergi ke alun-alun utama di Kota Paris ini. Place de la Concorde.

Jujur saja, ia sedikit tenang jika berjalan-jalan di sekitar alun-alun ini. Meskipun sebenarnya ia sedikit kasihan juga dengan dirinya sendiri yang berjalan bak tiang listrik. Sendiri, tidak ada yang menemani.

Tunggu, memangnya tiang listrik bisa berjalan?

Tiba-tiba saja seseorang menepuk pundak Namira dari belakang, membuat cewek itu langsung membalikkan badannya cepat.

"Bisakah kau memotret kami berdua?" ucap cowok berambut pirang itu dengan bahasa inggris. Namira terlihat kikuk, tetapi pada akhirnya ia mengangguk juga.

Setelah memotret pasangan itu dua kali, mereka mengucapkan terima kasih lalu melenggang pergi. Menyisakan Namira yang kembali menyendiri.

Sedih, memang. Tapi ya mau bagaimana lagi? Sebenarnya bukan tidak ada sama sekali yang mendekati Namira, malah terhitung banyak yang mencoba mendekati Namira.

Vaul teman kuliahnya, Andrea teman kerjanya, Beniq tetangga apartemennya, dan Jenha teman kuliahnya juga. Tetapi tidak ada satu pun yang berhasil memikat cewek itu. Padahal, tampang mereka sangat lebih dari sekedar tampan.

Setelah selfie sendiri, kini Namira menduduki bokongnya pada kursi putih yang disediakan di alun-alun ini. Syal merahnya ia eratkan, lalu mulai melihat-lihat hasil selfie-nya.

"Kau duduk sendirian?" ucap seseorang secara tiba-tiba dengan bahasa inggris.

"Ya," jawab Namira tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel. Mungkin orang itu berniat ingin duduk, tetapi bertanya terlebih dahulu karena takut Namira tidak sedang sendirian.

"Tempat ini indah, ya? Aku selalu berkunjung kesini setiap hari selama dua tahun. Tidak pernah absen sekali pun," ucap orang itu kembali.

Namira hanya diam, ia masih sibuk melihat-lihat hasil selfie-nya yang mencapai ratusan foto. Tidak aneh 'kan? Namanya juga cewek.

Merasa ucapannya tidak ditanggapi, orang itu kembali bersuara. "Apakah kau juga menyukai tempat ini?"

"Ya, hanya saja aku tidak terlalu sering kesini. Jika ada waktu luang saja setelah aku pulang bekerja," jawab Namira pada akhirnya.

"Kau bekerja?"

Namira memanggut, meskipun tidak menoleh. "Hanya kerja paruh waktu, untuk mengisi waktu luangku saja."

"Kau masih kuliah?"

Namira kembali mengangguk. Di dalam hatinya, Namira merutuki cowok yang ada di sampingnya saat ini. Banyak nanya, kaya wartawan aja!

"Hebat! Kau tidak merasa lelah? Setelah pulang kuliah, kau melanjutkan bekerja."

Namira mengedikkan bahunya. "Lebih baik fisikku saja yang lelah, daripada hati dan pikiranku yang lelah memikirkan orang seperti dia," ucap Namira spontan.

"Dia? Dia siapa?"

Kali ini Namira merasa kesal. Ia berdecak lalu menoleh malas. "Kau ini---" Seketika ucapannya terhenti. Bersamaan dengan darahnya yang berhenti berdesir. Bulu kuduknya terasa meremang, dan itu sukses membuat seluruh tubuhnya terasa lemas.

"Hai, Namira. Apa kabar?"

•••
Horray! Sudah mencapai epilog juga mhehe. Pendek? Emang. Kira-kira cowok itu siapa ya? Ditunggu ya ekstra chaptnya. Terimakasih. Selamat malam! Besok ujian praktek! Hu:(

IndriAR

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang