Sunday

1.9K 238 21
                                    

Sunday.

Marcel kembali mengernyitkan dahinya dengan posisi telungkup di atas kasur sambil menatap adik satu-satunya itu dengan bingung.

Pasalnya, sejak tadi Namira terus saja berkaca dan bertanya kepada Marcel, apakah penampilannya saat ini sudah terlihat baik? Atau mungkin terlihat alay?

Dan Marcel pun dengan senang hati menjawab; Iya udah, lo udah cantik kok. Tulus, sesuai dengan apa yang ia lihat.

"Cel, menurut---"

"Berisik!" potong Marcel langsung, karena sudah tahu bahwa Namira akan kembali bertanya soal penampilannya saat ini.

Namira mengerucutkan bibirnya. "Gue belum selesai ngomong, Marcel."

"Tapi lo nanya terus, gue udah cantik atau belum? Dan jawaban gue sama aja, Ra. Lo udah cantiiiiiik banget," ucap Marcel sedikit gemas.

Namira menyengir, lalu untuk kesekian kalinya ia menatap dirinya di dalam cermin. Tentu saja Namira harus terlihat cantik di hadapan Nadhif agar tidak membuat cowok itu merasa ilfeel.

"Mau kemana, lo?" Akhirnya, pertanyaan itu kembali keluar dari kerongkongan Marcel karena sedari tadi belum juga Namira jawab.

Namira terdiam sesaat. Apa ia harus menceritakan soal menjadi pacar pura-pura itu, kepada Marcel?

Namira melangkah menghampiri Marcel lalu duduk di tepi ranjang. "Kayanya gue harus nyeritain ini deh, Cel."

"Iyalah, harus," sahut Marcel cepat meski cowok itu tidak tahu apa yang akan diceritakan oleh Namira. Ia langsung terbangun dan mengubah posisinya menjadi duduk bersila.

"Cowok yang gue suk---maksud gue, gue juga masih ragu kalau gue suka sama dia. Dan sekarang, dia bakalan jemput gue, Cel."

Marcel tergelak. "Gila lo, Ra. Belajar dari mana lo udah maen jempat-jemput kaya gitu?"

Namira memutar kedua bola matanya. "Dengerin dulu!" perintahnya yang langsung dianggukki Marcel sambil terkekeh.

"Masalahnya lumayan ribet sih, Cel. Awalnya si Dira ngasih tau ke gue kalo dia mau dijodohin---"

"Si Dira mau dijodohin?!" pekik Marcel memotong perkataan Namira. Hal itu tentu mendapat cubitan kencang pada pahanya.

Marcel meringis. "Gak usah nyubit paha bisa gak sih? Sakit tau!" omelnya.

Namira mendengus kesal. "Makanya jangan potong-potong cerita gue! Gue paling gak suka kalo lagi ngomong terus dipotong," gerutu Namira.

"Iya-iya, sok lanjutin."

"Terus, Tante Feli bilang kalo Dira nggak mau dijodohin, ya dia harus punya pacar dan harus dikenalin ke Tante Feli dan Om Andi. Nah, begonya si Dira ini malah bilang kalo pacarnya dia itu Kak Nadhif. Ujung-ujungnya gue juga yang ribet, Cel. Berhubung gue kenal sama Kak Nadhif, jadi Dira minta gue buat bantuin ngomong ke Kak Nadhif supaya dia mau jadi pacar pura-puranya Dira." Namira mendengus kesal saat mengakhiri ceritanya.

"Terus lo udah bilang?" tanya Marcel sarkastik, yang dianggukki oleh Namira.

"Dan Nadhif mau?"

Namira kembali mengangguk. Tetapi kali ini terlihat sedikit lemas.

"Tunggu-tunggu, gue heran deh. Kenapa si Dira nyebutin Nadhif? Emangnya dia juga kenal sama Nadhif?" tanya Marcel mulai mengorek sesuatu.

Namira mengedikkan bahunya. "Nah, gue juga awalnya heran, Cel kenapa si Dira itu bisa nyebutin Kak Nadhif. Kenal sih, mungkin iya. Soalnya Kak Nadhif itu pernah bikin si Dira jatoh."

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang