Karena Nadhif

2.1K 229 15
                                    

Karena Nadhif.

Pagi ini terasa begitu hangat karena adanya Marcel yang ikut menambahkan keramaian di meja makan. Kakak laki-lakinya itu baru pulang jam dua belas malam saat Namira ketiduran di sofa ruang keluarga. Untung saja Aldi sedang lembur dan baru bisa pulang jam empat subuh. Kalau tidak, bisa-bisa Marcel digantung habis-habisan oleh Aldi di balkon kamar.

"Mulai sekarang kamu dianterin abang ya, daripada dia nganggur," ucap Aldi yang tertuju kepada Namira.

Namira menoleh ke arah Marcel yang dibalas cowok itu dengan mengedikkan bahu. Seperti berkata; Gue sih, terserah.

"Aku sih, iya aja. Tapi bareng sama Dean ya, Pah. Soalnya mulai hari ini Dean udah pindah sekolah ke sekolahan Mira," jawabnya.

Nada terkejut. "Oh ya? Kok kamu nggak bilang Mama, sih?"

Namira meneguk teh panasnya terlebih dahulu. "Emangnya Mama mau ikutan sekolah juga?"

"Sembarangan," guman Nada lalu terkekeh.

"NAMIRAAAAA." Semua yang ada di meja makan langsung menoleh ke arah pintu kala mendengar suara Dean berteriak dari luar. Menandakan cewek itu sudah menunggu Namira di luar untuk berangkat bersama.

"Yaudah Mah, Pah, Dean udah ada di luar tuh. Namira berangkat dulu ya," ucapnya lalu menyalami tangan Nada dan juga Aldi.

"Sana anterin, Bang," perintah Nada pada Marcel yang masih terlihat sedang menikmati sarapannya. Marcel beranjak, menyambar kunci mobilnya yang tergeletak di meja lalu berjalan terlebih dahulu.

"Assalamualaikum!" pamit mereka bersamaan.

"Waalaikumsallam."

Raut wajah Dean seketika berubah kala melihat cowok asing yang pertama kali keluar dari rumah Namira. Dean menatap cowok itu dari ujung rambut sampai ujung kaki yang masih terlihat berantakkan. Jelas saja Dean tahu kalo cowok ini pasti belum mandi. Tapi masih tetap terlihat tampan.

"Hai!" Tubuh Namira tiba-tiba sudah muncul dari belakang, membuat Dean langsung menoleh ke arahnya.

Namira menautkan kedua alisnya, lalu sedetik kemudian ia tersadar sesuatu kala mata Dean menunjuk-nunjuk Marcel kepadanya. Seperti menunggu Namira untuk memberi tahu siapa cowok jangkung yang ada di sebelahnya saat ini.

"Oh iya gue lupa. Dean, kenalin ini Kakak gue, Marcel. Dan Marcel, kenalin ini Dean tetangga plus sahabat gue," ucap Namira memperkenalkan.

Marcel terlebih dahulu mengulurkan tangannya dan dibalas kikuk oleh Dean. "Dean, Kak."

"Marcel."

Namira tak kuasa menahan tawanya. Dasar Dean! Pasti Marcel ini sudah dikategorikan cogan oleh Dean. Terlihat dari raut wajah Dean yang terkesima oleh ketampanan Marcel. Meski pun kakak laki-lakinya itu belum mandi.

"Belum juga masuk sekolah udah ketemu cogan. Ya nggak, De?" goda Namira, yang tentu saja membuat pipi Dean bersemu merah. Sedangkan Marcel hanya memasang tampang biasanya saja. Tipikal Marcel jika di hadapan orang yang belum dia kenal.

"Yaudah ayo, Cel."

•••

Duapuluh menit kemudian, Namira dan Dean sudah sampai di sekolah mereka. Itu pun karena Marcel yang mengemudikan mobilnya dengan gesit, menerobos jalanan Bandung yang begitu padat oleh kendaraan lain.

Setelah menemui wali kelas Dean yang tak lain dan tak bukan adalah Bu Tia; wali kelas 10-IPA 5 plus guru matematika, Bu Tia mengantarkan Dean ke dalam kelasnya sedangkan Namira sudah terlebih dahulu memasuki kelasnya yang hanya terpaut dua kelas dari kelas Dean.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang