Air Mata (2)

1.9K 177 16
                                    

Air Mata (2).

Tak terasa, ujian kenaikan kelas itu sudah datang. Sekaligus ujian yang menentukan kelulusan kelas dua belas untuk melanjutkannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Ujian dimana Namira harus berpisah dengan Nadhif. Bahkan tidak akan bertemu setiap hari lagi.

Selama ini, keadaan Namira masih belum dibilang baik-baik saja. Ditambah bukan lagi Dira yang menjadi teman sebangkunya, dan juga masih belum percaya jika ia kehilangan Nadhif.

Setiap hari Namira selalu ditemani oleh Rena, kemana pun dia pergi. Rena yang selalu menenangkan Namira di saat cewek itu menangis karena tiba-tiba teringat dengan Nadhif atau pun Dira.

Satu hal lagi, Dean berubah.

Ya, Namira juga tidak tahu kenapa Dean tiba-tiba menghindarinya dan malah begabung bersama Dira. Setiap kali berpas-pasan, Dean selalu menunjukkan kilatan marah pada matanya. Dan Namira tidak tahu itu kenapa.

Berbeda dengan Namira yang masih merasa sedih, Nadhif terlihat sudah kembali bersama dengan teman-temannya. Namira sering memperhatikan cowok itu yang sesekali tertawa jika temannya sedang mengumbar lelucon. Dan entah kenapa, hati Namira terasa menghangat sekaligus sakit.

Apa mungkin alasan Nadhif meninggalkan Namira itu karena ia lebih memilih sahabatnya?

"Baik anak-anak, waktu kalian sudah habis. Silahkan kumpulkan lembar jawaban kalian ke depan!"

Namira beranjak, melangkah, lalu menyimpan lembar jawabannya pada meja pengawas. Cewek itu langsung keluar ruangan dan mendapati Rena yang sudah berada di luar karena mereka berbeda ruangan.

"Gimana, Mir? Susah nggak?"

Namira tersenyum tipis. "Gue rasa enggak. Gue yakin kalo jawabannya bener semua," ucap cewek itu optimis.

"Wuih, seorang Namira bisa mengerjakan soal matematika dengan mudah! Siapa dulu dong gurunya? Na---" Seakan tersadar sesuatu, Rena langsung menutup mulutnya.

"Eh, sorry, Mir?"

Lagi-lagi Namira tersenyum sambil menggeleng. "Gapapa, yuk pulang!"

"Yuk!"

Kedua cewek itu langsung berjalan di sepanjang koridor yang sudah dipenuhi oleh murid-murid. Suasananya sangat ramai, persis seperti di pasar. Tetapi, keramaian ini tidak ada artinya bagi Namira. Rasanya masih tetap sama. Sepi dan hampa.

"Mau makan dulu nggak, Mir? Mampir ke mana, gitu?" tawar Rena. Jujur saja Rena hanya ingin mengajak Namira untuk bersenang-senang agar cewek itu tidak merasa sedih karena masih memikirkan Nadhif dan Dira.

"Gue nggak laper."

"Tapi, Ra---"

"Namira!"

Yang dipanggil langsung menoleh kala suara seseorang terdengar memanggilnya dari belakang. Rena, yang ada di sampingnya pun ikut menoleh dan mendapati Fani yang berlari kecil menghampiri keduanya.

"Gue mau ngomong sama lo!"

Namira dan Rena mengernyit secara bersamaan kala kedua telinganya menangkap nada bicara Fani yang terdengar ketus. Tidak ramah seperti biasanya.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang