Tahun ajaran baru (2).
Pak Genta kini tengah berdiri di samping gerbang sekolah sambil berkacak pinggang dan sesekali melirik arloji silver khas bapak-bapaknya, yang sudah menunjukan pukul tujuh kurang lima belas menit.
"Ayo cepat, lari secepat mungkin," ucap Pak Genta sambil mengibas-ibaskan tangannya bak menggiring gerombolan itik.
Namira datang dengan nafas yang terengah-engah sambil membungkukkan badannya di hadapan Pak Genta.
"Kenapa malah berhenti disini? sana masuk, upacara udah mau mulai," tegur Pak Genta, keras. Membuat Namira mendengus kesal sambil menyumpah serapah di dalam hatinya untuk satpam berkumis lele itu.
Namira kembali berlari menuju kelasnya. Dan sesampainya di depan pintu kelas, ia sama sekali tidak menemukan satu orang pun. Namira menghela nafas dan melemparkan tasnya ke arah meja yang Namira yakini sudah dipilih Dira, karena tepat di atas meja sudah tergeletak tas milik Dira.
"Ayo cepet lari kelapangan, kenapa masih disini?!" Namira menoleh, mendapati wajah Santi wakil ketua osis, yang sedang menatapnya tajam. Namira mengangguk dan kembali berlari menuju lapangan.
Cuaca kali ini memang sangat tidak mendukung, matahari tampak terhalangi oleh awan yang menghitam. Rintikan hujan mulai turun, membuat seluruh peserta upacara berseru untuk cepat-cepat di bubarkan saja. Padahal pelaksanaan upacara baru setengah nya di laksanakan.
Kecuali Namira, ia sangat senang tahu rintikan air mulai turun dari langit. Namira memejamkan matanya seraya menghirup dalam-dalam bau hujan, menurutnya bau hujan sangat menenangkan. Sebab itu, Namira sangat menyukai hujan.
"Tuhkan gampang banget gue nemuin lo" Namira membuka matanya dan menoleh ke arah sampingnya dengan cepat. Dira sudah berdiri sambil menatap Namira gemas, Namira menyengir "udah bubar ya?"
Dira menghela nafas, ia menarik tangan Namira untuk cepat-cepat menghindari hujan dan kembali memasuki kelasnya.
Suasana kelas 10-IPA 3 kini tampak ricuh dan berisik. Maklum, anak-anak SMA memang sudah tidak malu-malu berkenalan seperti anak SD.
"Hai, gue Rena. Kalian siapa?" Rena, yang duduk di hadapan bangku Namira dan Dira berbalik badan seraya menjulurkan tangannya.
"Kita orang, dan nama gue Namira," ucap Namira tersenyum tipis dan membalas jabatan tangannya, sedangkan Rena mengerjap dan sejurus kemudian ia tertawa.
Kini Rena beralih menjabat tangan Dira "gue Dira, maafin kelakuan temen gue dia emang suka gitu orang nya," ucap Dira tersenyum minta maaf. Rena mengangguk dan terkekeh "gak apa-apa kok"
Suara berisik yang ditimbulkan semua murid kini seketika hening. Mereka berhamburan kembali ke mejanya masing-masing saat melihat guru yang tengah memasuki kelas mereka.
"Selamat pagi anak-anak.."
"Pagi...."
"Baik, perkenalkan nama bapak Roni Darmawan, dan untuk satu tahun kedepan kalian adalah anak didik saya."
Semua murid menganggukan kepalanya. Beberapa murid menatap pak Roni dengan intens menebak-nebak apakah pak Roni adalah guru yang killer atau tidak.
"Saya juga mengajar Bahasa Indonesia, jadi sekarang silahkan berdiri dan dimulai perkenalan dari sana," ucap Pak Roni menunjuk meja paling depan di sisi kanan.
Dan 35 murid pun mulai memperkenalkan diri dengan gayanya masing-masing.
•••
Namira dan Dira kini tengah berada di kantin. Jam istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu, dan kalian pasti sudah tau siapa yang pertama kali ribut mengajak makan ke kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DIREVISI JADI MASIH ACAK-ACAKAN] AKU AKAN BUAT SEKUELNYA KALO READERSNYA UDAH 100K:) DILARANG KERAS MENG-COPAS KARYA ORANG LAIN! TOLONG SALING MENGHARGAI. Pada awalnya hidup seorang gadis bernama Namira Kalila yang baru saja memas...