Buku Milik Nadhif

1.9K 232 22
                                    

Buku Milik Nadhif.

Namira kembali menuliskan jawaban yang menurutnya sudah tepat. Ia mulai merangkai guratan demi guratan hitam pada bukunya.

"Nadhif, yang tadi maaf ya. Aku cuma becanda," ucap Namira sambil memunggungi Nadhif karena dirinya yang sedang duduk di atas karpet ruang keluarga, sedangkan Nadhif duduk di belakangnya; di atas sofa ruang keluarga.

Nadhif yang diam-diam sedang memperhatikan Namira dari belakang, langsung gelagapan. "Ya-yang mana?"

Namira tersenyum menahan tawa tanpa berbalik. "Yang di motor tadi."

Nadhif terlihat mengingat-ngingat kembali lalu lima detik kemudian wajahnya berubah menjadi kaku. Otaknya sudah mengingat apa maksud dari ucapan Namira tadi.

Sebenarnya tanpa Namira tahu, saat ia bertanya seperti itu kepada Nadhif, hampir saja motornya oleng karena jantung Nadhif yang kelewat kaget. Ia benar-benar tidak mengerti dengan cewek yang ada di hadapannya sekarang.

Dan ia juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Nadhif?"

"Hm?"

Kali ini Namira berbalik badan. "Dimaafin, nggak?" tanyanya.

Nadhif mengernyit. "Maafin apa?

"Yang di motor tadi. Abisnya, kamu jawab iya terus, sih. Jadinya aku iseng," ucap Namira menggerutu.

Nadhif mengangguk kikuk. "Iya, gapapa," jawabnya.

Namira sedikit mengernyitkan dahinya. Kenapa cowok beruang kutub ini berubah menjadi aneh? Apa mungkin dia lapar?

Suara derapan langkah kaki kini mulai terdengar di telinga Nadhif dan juga Namira. Membuat kedua orang itu menoleh ke arah tangga yang langsung memperlihatkan Marcel yang sedang menuruni anak tangga.

"Yaampun, Marcel! Lo baru bangun tidur?" pekik Namira kaget. Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul lima sore dan kakaknya itu baru saja turun tangga dengan muka bantalnya.

Marcel; yang baru menyadari ada cowok di belakang Namira, langsung mengusap wajahnya kasar. Ia sedikit malu karena tidak menyadari ada orang lain yang juga melihat wajah bantalnya.

"Mira, lo kalo ada tamu bilang dulu, kek. Maen masuk-masukkin aja," gerutu Marcel lalu menghampiri adik perempuannya itu.

Namira mendecih. "Gue udah bilang kali, sama Mama. Lo-nya aja yang nggak ada, gue tebak dari selesai sarapan pagi lo langsung tidur lagi dan baru bangun sekarang, 'kan?"

Marcel memutar kedua bola matanya. "Heem."

Namira menggeleng-gelengkan kepalanya, heran. Kenapa ia bisa mempunyai Kakak yang hobi tidur seperti Marcel, sih? Bangun tidur aja susah, bagaimana nanti jika bangun keluarga?

Seakan tersadar sesuatu, Namira menoleh ke arah Nadhif yang sedari tampak diam menyimak itu. "Marcel, kenalin ini Nadhif."

Marcel refleks membentuk mulutnya seperti huruf o karena tidak menyangka jika yang ada di hadapannya saat ini adalah Nadhif.

Cowok yang selalu membuat adiknya itu kelimpungan.

Marcel membalas jabatan tangan Nadhif yang sudah terulur lebih dulu. "Gue Marcel. Kakaknya dia," ucap Marcel lalu melirik Namira saat ia mengatakan dia.

Nadhif hanya tersenyum tipis lalu kembali duduk, membuat Namira juga ikut duduk di samping Nadhif.

"Mama kemana?" tanya Marcel kemudian.

"Mama lagi ke rumah sakit, ngejenguk neneknya Dean."

"Kok lo nggak ikut?"

Namira mendengus. "Gue 'kan lagi belajar, lagian kata Mama nanti lusa juga mau ke rumah sakit lagi."

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang