Penuh Pertanyaan

2K 236 18
                                    

Penuh Pertanyaan.

"Besok, gue udah mulai masuk sekolah di SMA Perkasa!"

Namira memasang tampang kagetnya, lalu sedetik kemudian ia tersenyum semringah. "Serius lo, De?"

Dean mengangguk semangat. "Serius dong, jadi mulai besok kita bisa berangkat bareng," ucapnya.

Namira terkekeh. "Bagus deh, kalo gitu nanti gue nggak akan jomblo lagi dong, kalo berangkat sekolah."

Dean tertawa. "Bisa aja lo. Lo 'kan emang nggak jomblo, cuma lo-nya sendiri yang gitu."

Namira mengangkat satu alisnya. "Yang apa? Yang pengen jomblo, gitu?" ucapnya dengan nada yang dibuat-buat. Membuat Dean melemparnya dengan bantal.

"Ih, lo nggak pantes kalo mau acting sok-sokan gitu. Nggak berbakat," ucapnya menohok.

Namira terkekeh. "Sialan," gumamnya nyaris tidak terdengar.

"Eh, btw di sekolah lo banyak cogan-cogan nggak, sih?" tanya Dean sedikit berbisik, takut jika tiba-tiba saja Nada mendengarnya karena posisi mereka saat ini yang berada di ruang keluarga.

Namira menahan tawanya. "Apaan sih, sekolah yang bener! Jangan nyari cogan," jawabnya.

Dean memutar kedua bola matanya. "Yee... 'Kan gue cuma nanya, Mir. Lagian adanya populasi cogan di sekolah itu wajib tau! Lumayan, buat cuci mata," ucap Dean sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Namira tertawa lalu melempar Dean kembali dengan bantal. "Katanya masih suka sama Davin, masih sayang sama Davin, bakalan setia sama Davin, tapi kok belum masuk sekolah aja udah nanyain cogan, sih?" sindir Namira.

Dean menyengir lebar. "Ya pastilah. Kalo masalah Davin mah nggak usah dipertanyakan lagi, Mir. Udah pasti gue bakalan setia nungguin Davin. 'Kan gue udah bilang, cogan-cogan di sekolah lo mah buat cuci mata aja," ucap Dean menegaskan.

Namira hanya tersenyum sedikit menahan tawa mendengar balasan Dean. Lalu entah kenapa nama Nadhif tiba-tiba melintas dengan seenaknya di pikiran Namira. Membuat senyumnya tiba-tiba memudar.

Namira menghela napas. Jika sudah terpikirkan Nadhif, maka nama Kezia pun mulai kembali terpikirkan oleh Namira, juga masalah menjadi pacar pura-pura itu.

Hati Namira kembali berdenyut sakit saat mengingat kembali masalah Nadhif dengan Kezia. Ia masih tidak percaya jika perempuan yang akan dijodohkan dengan Nadhif itu adalah Kezia. Sungguh, Namira merasa... Iri?

Ya, Namira mengakui itu. Ia merasa sedikit iri karena Kezia adalah cewek beruntung yang akan dijodohkan dengan Nadhif. Cewek berkacamata bulat dengan dua kucir kuda di samping kanan dan kiri rambutnya akan dijodohkan dengan cowok beruang kutub genius itu! Dan juga tampan.

Namira menghela napas lalu menggeleng. Nggak, Namira tidak mungkin iri kepada Kezia. Cinta itu tidak dilihat dari bagaimana penampilannya, tapi cinta itu dilihat dari cara seseorang itu untuk membuat pasangannya merasa nyaman.

Mungkin memang benar Kezia sudah membuat Nadhif nyaman. Buktinya saat di cafe waktu itu, Nadhif terlihat tertawa lepas di hadapan Kezia. Apalagi yang harus diragukan?

Tapi, kenapa Nadhif tidak mau dijodohkan dengan Kezia sedangkan ia sendiri berkata di hadapan Namira bahwa ia menyukai Kezia? Namira berdecak, beruang kutub itu benar-benar sulit untuk ditebak.

Satu lemparan bantal mendarat mulus di depan wajah Namira, membuat semua lamunannya seketika buyar. Ia menatap tajam ke arah Dean yang kini sedang tertawa-tawa jahat dengan mulut yang dipenuhi cemilan.

"Ngelamun ya, lo?" tanya Dean di sela-sela tawanya.

Namira mendengus kesal. "Nyebelin banget sih! Kalo gue jantungan gimana?" omelnya berapi-api.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang