Perpustakaan.
"Nilai balik fungsi itu terbagi menjadi dua, yaitu nilai minimum dan nilai maksimum." Namira menghela napas lalu memijat pelipisnya pelan. Kali ini, pelajaran Bu Tia sedang berlangsung di kelasnya. Namira sudah mencoba untuk memperhatikan Bu Tia yang sedang menerangkan rumus-rumus matematika, tapi, tetap saja. Tidak bisa.
Mungkin sudah menjadi takdirnya bahwa Namira dan matematika itu tidak bisa bersahabat.
"Ra, jangan tidur, nanti Bu Tia marah lagi," ucap Dira setengah berbisik karena takut suaranya terdengar oleh Bu Tia.
Namira hanya menggumam, ia masih menelungkupkan kepalanya pada tas gendongnya sebagai bantal. Yasudahlah, Namira tidak peduli. Mau dipanggil lagi, mau dimarahin lagi, bahkan disuruh keluar kelas pun Namira tidak peduli. Yang jelas, ia benar-benar sudah pusing.
"Assalamualaikum."
Semua murid langsung menoleh ke arah pintu saat mendengar suara seseorang. Kecuali Namira yang sama sekali tidak bergerak, sedangkan Dira sendiri sudah menatap seseorang itu tanpa berkedip.
"Ra, bangun, Ra," ucap Dira.
"Ngantuk," jawab Namira seenaknya.
"Bangun Ra!" ucap Dira kembali yang kini nadanya mulai menyentak.
Namira berdecak seraya terbangun dengan kesal. "Ap---" ucapan Namira tiba-tiba terhenti saat matanya langsung menatap mata seseorang yang sangat ia kenali. Jantungnya mulai berdegup kencang dan kakinya mulai gemeteran. Orang itu, sedang berdiri tepat di samping bangku Namira.
"Namira, saya tahu sedari tadi kamu tidak memperhatikan pelajaran saya." Namira langsung menoleh cepat ke arah depan saat suara Bu Tia terdengar menyebutkan namanya.
Namira hanya bisa terdiam.
"Saya sengaja nyuruh Nadhif ke sini, sekarang silahkan kalian pergi ke perpustakaan supaya kamu bisa fokus belajar matematika," ucap Bu Tia.
Namira membelalakkan matanya. Yang benar saja? Belajar berdua bersama Nadhif di perpustakaan? Bukannya fokus, malahan Namira bisa-bisa pingsan jika lama-lama berdekatan dengan Nadhif. Bu Tia ini apa-apaan sih?
Namira menoleh ke arah Dira seperti berkata lewat tatapan matanya bahwa Namira sedang butuh bantuan Dira. Tapi, sepertinya kesempatan ini digunakan Dira sebaik mungkin.
"Bantuin gue, lo bisa 'kan bilang sama Kak Nadhif buat jadi pacar pura-pura gue?" ucap Dira berbisik. Sama sekali tidak akan ada yang mendengarnya kecuali Namira dan Tuhan.
"Dan juga lo hutang cerita sama gue, Namira."
Seketika, napas Namira seakan terhenti. Jelas ia tahu maksud dari hutang cerita yang baru saja Dira katakan. Namira menghela napas, ia lupa memberi tahu Dira bahwa Nadhif sekarang adalah guru les matematikanya.
Namira menganggukkan kepalanya lalu bangkit dan berjalan keluar kelas untuk menuju perpustakaan.
Berjalan di koridor dengan Nadhif yang ada di belakang Namira, membuat Namira merasa bahwa ia sedang diikuti oleh seorang penjahat yang akan menculiknya. Keadaan ini sangat canggung, menyebalkan.
Tiba-tiba Namira berhenti mendadak, membuat Nadhif yang ada di belakangnya menabrak punggung Namira tidak sengaja. Hampir saja Namira tersungkur jika tangan Nadhif tidak memeluk perut Namira dari belakang.
Nadhif langsung melepas tangannya bersamaan Namira yang langsung berbalik menghadap ke arahnya.
"Gue nggak sengaja," ucap Nadhif langsung yang sepertinya sudah mengira jika Namira akan langsung memarahinya, bahkan mungkin menamparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You
Teen Fiction[COMPLETED] [BELUM DIREVISI JADI MASIH ACAK-ACAKAN] AKU AKAN BUAT SEKUELNYA KALO READERSNYA UDAH 100K:) DILARANG KERAS MENG-COPAS KARYA ORANG LAIN! TOLONG SALING MENGHARGAI. Pada awalnya hidup seorang gadis bernama Namira Kalila yang baru saja memas...