Chapter 07: Berita Mengemparkan

125 9 0
                                    

Bernidetta akhirnya memeluk Dragon dan Lucy. Cukup lama Bernidetta memeluk mereka yang menangisi kepergian Kakek mereka, Zeff.

Setelah Dragon dan Lucy berhenti menangis, Bernidetta menyuruh Dragon dan Lucy duduk di depannya.

"Ada hal yang ingin aku sampaikan pada kalian berdua." ucap Bernidetta yang berusaha menahan kesedihannya.

Beberapa saat yang lalu,

"Uhuk... Uhuk...." Zeff mengeluarkan darah dari mulutnya.

"Kau menahan lukamu, agar anak-anak tidak tahu kan?." tebak Bernidetta memberikan sebuah kain kepada Zeff.

"Aku tidak ingin melihat wajah sedih mereka, Detta." balas Zeff sambil mengusap mulutnya.

"Jadi, apa yang ingin kau katakan padaku Kakek tua?" tanya Bernidetta.

"Waktuku sudah tidak banyak lagi, Detta. Aku berharap masih bisa bertahan untuk menjaga mereka berdua, tapi... Uhuk... Uhuk!" ucap Zeff yang kembali mengeluarkan darah dari mulutnya.

Bernidetta mengusap mulut Zeff dengan kain yang dibawanya sendiri.

"Teruslah bicara, Zeff."

"Hah, Ya... Terima kasih, Detta. Aku ingin kau memberitahukan Lucy dan Dragon setelah kepergianku. Aku tidak yakin, mereka akan tetap bertahan di tempat ini... Jadi, beritahu Lucy bahwa aku punya sebuah gulungan. Gulungan itu aku letakkan di kamarku, suruhlah dia memberikan gulungan itu kepada seseorang di sisi barat dunia.."

"Siapa dia Zeff?." sahut Bernidetta.

"Biar mereka menemukannya sendiri, di sisi barat dunia ini, Detta." jawab Zeff.." Dan beritahu Dragon, bahwa tongkat yang dia gunakan waktu itu, adalah tongkat dari ayahnya. Jika dia ingin mencari tahu tentang jati dirinya yang sebenarnya, tongkat itu akan mengantarkannya ke sana.."

"Apa kau yakin, membiarkan anak-anak pergi menuju tempat yang sangat berbahaya itu, Zeff?" tanya Bernidetta terlihat cemas.

"Aku percaya pada mereka, Detta. Mereka sudah bisa menjaga diri mereka masing-masing. Apalagi lautan adalah rumah mereka sekarang, tidak ada satu pun yang bisa menahan mereka untuk tetap tinggal di sini." jawab Zeff tenang.

"Baiklah jika itu memang maumu, akan aku sampaikan kepada mereka. Kau istirahatlah dulu, sebentar lagi Jason akan sampai di sini.."

"Apa kau yang mengundangnya kemari, Detta?" tanya Zeff melihat Bernidetta berjalan menuju pintu keluar Pos Perawatan.

"Dia datang sendiri... Katanya dia ingin melihatmu untuk terakhir kali." jawab Bernidetta di pintu Pos Perawatan.

"Hahaha...." tawa Zeff.

Kembali ditempat Bernidetta, Dragon dan Lucy berada.

"Itu pesan terakhir Kakek kalian untuk kalian berdua." ucap Bernidetta mengakhiri ceritanya.

"Tapi kenapa Kakek tidak mengatakannya langsung kepada kami Nek?" tanya Lucy dengan wajahnya yang basah karena air mata.

Bernidetta memperhatikan Lucy dan Dragon, kemudian menghela napas.

"Seperti kataku tadi, dia tidak suka melihat wajah sedih kalian. Zeff membenci hal itu."

"Kenapa Kakek meninggalkan kami, Nek?" tanya Lucy lagi, sesekali mengusap air matanya.

"Lucy... Ada hal yang tidak kalian ketahui selama ini, yang tidak pernah sekalipun Zeff perlihatkan kepada kalian." jawab Bernidetta sambil mengeluarkan sebuah buku kecil dari dalam saku bajunya.


"Tentang apa, Nek?" tanya Dragon penasaran.

"Zeff sudah berpuluh-puluh kali melakukan operasi transplasi organ tubuh. Semua karena perjuangannya selama mengarungi lautan nan luas ini. Kakek tua itu juga sudah menyadari bahwa tidak ada cara lagi untuk dirinya tetap bertahan saat ini. Luka yang dia dapatkan sudah melebihi batas kemampuan dirinya." jawab Bernidetta sambil memberikan buku kecil itu kepada Dragon.

"Itu adalah buku catatan Zeff sewaktu menjadi Angkatan Laut pertama kali. Dulu, dia memberikannya kepada Kies, Nenekmu Lucy. Kemudian Kies memberikan kepadaku. Entah apa maksud Kies memberikan buku kecil itu padaku, tapi aku sangat berterima kasih pada akhirnya. Karena di buku itu, Kies menulis beberapa catatan tentang merawat tubuh Zeff agar bisa bertahan selama mungkin." ucap Bernidetta panjang lebar.

"Zeff adalah seorang Angkatan Laut yang gagah berani, dia bukan orang yang gegabah dalam mengambil sebuah keputusan, bahkan jika itu menyangkut tentang kalian berdua." lanjut Bernidetta.." Apa pun alasan Zeff meninggalkan pesan itu kepada kalian, dia tahu bahwa kalian bisa melakukannya.."

Lucy terlihat belum bisa menerima kepergian Kakeknya, dia menangis lagi. Sedangkan Dragon memperhatikan buku kecil yang diberikan Bernidetta padanya.

Bernidetta yang tak kuasa melihat kesedihan Lucy, memeluk Lucy kembali.

Di Markas Utama Angkatan Laut, Benteng Merah.

"Jadi kau memutuskan untuk berhenti sekarang ya, Zeff?" ucap seorang Kakek tua sambil membaca secarik kertas di tangannya.

"Jendral Besar, apa anda tidak ikut ke Kota Tua?" tanya seorang Letnan yang berdiri di depan meja Kakek tua yang ternyata seorang Jendral Besar seperti Zeff.

"Aku sudah minta Laksamana Inu untuk mewakiliku ke sana, bersama rombongan dari perwakilan PBB.."

Di sebuah pulau di sisi barat lautan biru.

"Apa dia Jendral Besar yang kau ceritakan waktu itu, Kapt?" tanya seorang perempuan yang berjalan menuju kapal mereka.

"Ya, itulah dia. Aku sudah tidak sabar bertemu dengan mereka." jawabnya, terlihat sang kapten tersenyum lebar.

"Gwen sayaaaang, makan malam kita sudah jadi~!!" seru seorang pria dari atas kapal.

"Apa Kenshin tersesat lagi?" tanya seorang perempuan yang duduk di samping tangga naik ke atas kapal sambil melihat rombongan kaptennya datang.

Di sebuah bar di kota yang cukup ramai.

"Cukup menyedihkan, seorang Jendral Besar akhirnya mati di tangan anaknya sendiri?" ucap seorang pria membaca surat kabar yang dia dapat dari seekor elang laut.

"Ya, dia sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik." balas Seven yang ternyata duduk di samping pria itu.

Di sebuah tempat yang tidak diketahui.

Seorang pria besar duduk meneduh karena hujan mengguyur tempat itu, sambil membaca secarik kertas di tangannya.

"Apa yang kau rencanakan, Zeff?" gumam pria besar itu yang kemudian melihat ke atas.

Di tengah lautan, tepatnya di atas sebuah kapal besar.

"Ada apa Ryota? Kau terlihat pucat?" tanya seorang pria besar yang duduk dengan suara paraunya.

"Maaf tuanku, Dark baru saja membawakan sebuah berita yang... Ya... Cukup membuatku terkejut tuan," jawab Ryota sambil memberikan secarik kertas kepada pria besar itu.

Dengan tangan kirinya, pria besar itu membaca berita yang tertulis di kertas.

"Hahaha... Ternyata sudah waktunya ya, Zeff? Hahaha."

Ryota terkejut melihat ekspresi pria besar yang dia panggil tuanku itu.

Di sebuah pulau yang belum diketahui namanya, sebuah kapal besar berwarna hitam bertuliskan Lonelyness Aster berlabuh. Seorang pria besar begitu senang membaca kertas yang dibawanya di atas kapal itu.

"Hahaha! Konyol sekali kau, Zeff. Sepertinya ini karma buatmu karena telah meremehkan Bajak Laut! Hahaha!"

Di sebuah istana di atas langit.

"Ya-yang mulia... Kesatria Zeff telah tiada..." ucap seorang prajurit yang berlutut di depan rajanya.

Sang raja terlihat sedih sambil mengeleng-gelengkan kepalanya.

Di sebuah kota di bawah laut.

"BRAAKK!!!"

Suara meja dipukul.

"Bodoh! Harusnya kau menerima tawaranku, Zeff! Kematianmu adalah sebuah hal yang percuma!" teriak seorang perempuan yang marah setelah membaca kertas yang berada di mejanya, terlihat air matanya menetes di atas kertas yang dibacanya.

Dragon Si Pemburu Bajak Laut [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang