Chapter 69: Ruangan Kapten

32 1 0
                                    

"Aku melihat badai tadi, tapi sepertinya sudah reda," ucap Dragon di atas tiang layar utama."Dan kenapa kau juga ikutan naik kemari?"

"Waah!! Anginnya kencang sekali!" ucap Lumina tidak menghiraukan Dragon.

Tiba-tiba pegangan Lumina lepas, dan dia terlempar jatuh ke laut. Dragon yang panik langsung mengikuti Lumina.

Byurr!!!!

Dragon berhasil menangkap Lumina meski akhirnya mereka jatuh ke laut.

"Uhuk! Uhuk!" Dragon berusaha bernafas.

"Kau harusnya menjaga dia, Dragon!" seru Lucy berusaha mengeluarkan air di dalam perut Lumina.

Dragon terlihat sangat kesal.

"Dia, pasti sangat menderita selama ini. Kehilangan kasih sayang keluarganya, sendirian, dan jauh dari sahabat ataupun teman..."

Dragon terdiam, dia memperhatikan Lucy.

Lucy tidak kuasa menahan air matanya, sembari mengeluarkan air dari tubuh Lumina, dia menangis.

"Maafkan aku Lucy, aku tidak menjaganya..."

Lucy mengusap air matanya,"Kita masih beruntung daripada dia. Dia sama sekali kehilangan segalanya... Dia bahkan hidup dalam pelarian..."

"Uhuk!" Lumina tiba-tiba memuntahkan air dari mulutnya.

Wajah Lucy berubah senang, dia mencoba membangunkan Lumina.

"Lu-Lumina, sadarlah,"

Lumina mencoba membuka matanya.

Lucy langsung memeluknya.

Dragon tiba-tiba duduk di samping Lucy dan Lumina.

"Berikan dia padaku," pinta Dragon.

Lucy menoleh ke Dragon.

"Sudah sini!" seru Dragon sambil menarik tubuh Lumina.

Lucy kemudian memberikan Lumina kepada Dragon.

Dengan hati-hati Dragon mengarahkan kepala Lumina di lehernya. Dan Lumina langsung menggigitnya.

Tidak lama kemudian, Lumina tertidur dan Dragon terlihat lemas.

Lucy mengambil kembali Lumina.

"Bawa dia ke kamarku, biar dia istirahat di sana," ucap Dragon mencoba menjaga tubuhnya agar tidak jatuh.

"Tapi Dra..."

"Sudah sana! Aku tidak apa-apa. Kau tahu sendiri, tubuhku bisa pulih dengan cepat," potong Dragon.

"Terima kasih Dragon," ucap Lucy yang bergegas membawa Lumina masuk ke dalam kabin kapal.

Brukk!!! Tubuh Dragon jatuh terlentang. Pandangannya menerawang ke atas langit.

"Green?" tiba-tiba Green berdiri di samping Dragon.

"Aku tidak apa-apa Green," ucap Dragon.

Green menarik-narik tubuh Dragon.

"Kau kenapa Green?" Dragon heran sambil berusaha duduk meskipun kepalanya masih terasa pusing.

Green berjalan menuju ke pintu kabin,"Green."

Dragon penasaran dengan Green, dia berusaha berdiri dan mengikuti Green.

Saat di dalam kabin kapal, Dragon sedikit terkejut karena Green berdiri tepat di ruangan dengan nama kapten di depannya.

"Ada apa Green? Kenapa kau tiba-tiba mengajakku kemari?" tanya Dragon.

"Ada apa Dragon?" Lucy keluar dari dalam kamar Dragon.

"Aku tidak tahu, Green mengajakku kemari," ucap Dragon.

"Green" Green membuka pintu ruangan itu.

Dragon dan Lucy terkejut.

Setelah pintu ruang terbuka, Green masuk ke dalamnya. Dragon dan Lucy masih mematung di depan pintu ruangan bertuliskan kapten tersebut.

Green menoleh,"Green!"

Dragon dan Lucy terkejut lagi lalu berjalan masuk ke dalam ruangan itu.

Ruangannya luas, dengan sebuah lemari besar, meja, lemari kecil, lemari hias, dan tempat tidur. Semua benda di dalam ruangan tersebut terlihat bersih dan terawat.

"Apa kau selalu membersihkan tempat ini Green?" tanya Dragon melihat-lihat isi lemari.

"Green," jawab Green.

Saat Dragon sedang memperhatikan meja yang terdapat di ruangan tersebut, Dragon melihat Lucy mematung di depan lemari hias.

"Kau kenapa Lucy?" tanya Dragon.

Lucy tetap diam mematung.

Dragon kemudian berjalan mendekati Lucy. Sambil menepuk pundak Lucy,"Hei, kau kenapa?"

Lucy ternyata masih mematung, dia memegang sebuah name tag seseorang.

Dragon bisa melihat sebuah nama di sana meski sebagian tertutup tangan Lucy.

"Scarlet?"

"Kau kenal dengan dia, Lucy?"

Lucy kembali menangis, air matanya menetes.

"Hei? Kau itu kenapa?" Dragon semakin penasaran dengan sikap Lucy.

Lucy memperlihatkan keseluruhan name tag yang dipegangnya kepada Dragon.

Dragon terkejut.

"Scarlet Danger?!!!!"

"Di-dia?"

"Dia ibuku," ucap Lucy sembari menangis lebih kencang.

Dragon langsung terdiam, wajahnya pucat.

Sementara itu di lautan lepas, di kapal Angkatan Laut.

Karasu dan Gabriel sedang membicarakan tentang pertemuannya dengan Rosinante.

"Ya, bagaimanapun Black Dragon memiliki anak yang luar biasa semua. Pantas saja dia berbeda dengan ras naga lainnya."

Gabriel tersenyum, "Aku dengar Dragon yang baru juga memiliki perbedaan dengan ras naga lainnya, aku penasaran seperti apa."

"Jadi itu alasanmu ikut dengan kapalku ya?" tanya Karasu.

"Bukan itu orang tua,"

"Setiap kali aku tanya, kau selalu menjawab bukan itu, bukan itu... Kenapa tidak kau katakan alasanmu, bodoh!" seru Karasu kesal.

Gabriel malah tertawa.

"Kau memang tidak punya yang ditakuti ya? Sialan," ucap Karasu menyerah dengan sifat Gabriel.

"Haha memang apa yang harus aku takuti..."

Karasu bingung melihat Gabriel tiba-tiba berhenti bicara. Raut wajahnya pun terlihat berbeda. Dari raut senang menjadi raut ketakutan.

Karasu sedikit sumringah,"Akhirnya aku bisa melihat raut wajah takutmu juga El."

Gabriel semakin terlihat ketakutan, dan saat dia berusaha berlari, seseorang melesat ke arahnya dan langsung menjatuhkan tubuhnya.

"Argh!!! " teriak Gabriel ketakutan.

Karasu yang awalnya senang menjadi kaget. Dia tidak menyangka ternyata Gabriel bisa sangat ketakutan.

"Halo Ga-bri-el," ucap orang yang berdiri di atas tubuh Gabriel dengan senyum menyeringai.

"A-apa yang kau cari... Silva?!!"

Ya, orang yang membuat Gabriel ketakutan adalah Silva, agen rahasia Angkatan Laut dan kakak kandung Rosinante dan Dragon.

"Aku kangen denganmu, Ga-bri-el," ucap Silva dengan nada manja.

Wajah Gabriel semakin pucat.

"AAAAARRRRGHH!!!!!"  

Dragon Si Pemburu Bajak Laut [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang