Chapter 08: Keyakinan

115 8 0
                                    

Malam hari, di depan Pos Penjagaan Markas Angkatan Laut Divisi 120 Kota Tua.

Jenazah Zeff diletakkan di atas tumpukan kayu. Beberapa perwakilan PBB terlihat sudah datang, di samping perwakilan PBB, berdiri juga beberapa Laksamana Angkatan Laut.

Dragon dan Lucy duduk dan memperhatikan dari jauh saat tumpukkan kayu di mana jenazah Zeff berada, mulai dibakar.

Lucy masih belum bisa menahan kesedihannya, dia masih menangis. Dragon yang duduk di sampingnya, bergegas pergi.

Tak begitu lama, Lucy kaget karena ada seseorang yang mengenakan sebuah jaket kepadanya.

"Kau ingat pesan Kakek untuk kita, Lucy?" tanya Dragon, orang yang mengenakan jaket ke Lucy.

Lucy berusaha menahan tangisannya, dan mengangguk-angguk. Dragon kembali duduk di samping Lucy, kemudian Lucy bersandar dibahunya.

Pagi hari di sebelah utara dermaga Markas Angkatan Laut Divisi 120 Kota Tua,

Kapal milik Dragon mengembangkan layarnya.

BRUUUK!!! BRUKK!!! BRUUUK!!

Beberapa tas dilempar ke geladak kapal milik Dragon.

"Siapa yang menyuruhmu ikut ke kapalku?" tanya Dragon melihat Lucy yang melempar beberapa tas ke dalam kapalnya.

"Kau tidak tahu kemana tujuanmu kan?" tanya Lucy yang kemudian membereskan tasnya.

"Aku hanya perlu mengikuti kemana tongkat ini ingin pergi, seperti yang Kakek pesankan kepadaku." jawab Dragon berusaha melempar beberapa tas Lucy keluar kapal.

"Kau pikir tongkatmu bisa berjalan, bodoh!" ucap Lucy menahan tasnya yang akan dilempar Dragon.

"Ya, paling tidak aku bisa berlayar." ucap Dragon tidak mau kalah.

"Memangnya siapa yang akan mengurusmu, jika kau sendirian? Hah?" ucap Lucy mendekatkan wajahnya ke wajah Dragon.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri!" seru Dragon.

"Kau!!!" ucap Lucy geram. Wajahnya dan wajah Dragon saling mendorong, sampai akhirnya Lucy mundur. Dia berjalan ke sisi lain kapal milik Dragon.

"Kakek pasti sangat sedih, melihat kita tidak pernah bisa akur..." ucap Lucy sedih.." Aku sebenarnya juga bisa menjaga diriku sendiri, berlayar sendiri dan menyelesaikan pesan yang Kakek tinggalkan, sendirian. Tapi aku berpikir bahwa hanya tinggal kaulah, satu-satunya keluargaku yang masih ada, Dragon... Karena itulah aku lebih memilih berlayar bersamamu." lanjut Lucy menoleh ke Dragon.

Dragon terdiam, memandang Lucy yang kembali membereskan tas-tasnya lagi.

"Jadi kau mau kita kemana?" tanya Dragon.

"Kakek memintaku memberikan gulungan ini kepada seseorang di sisi barat dunia." jawab Lucy sambil memperhatikan sebuah gulungan kertas yang dibawanya. Lucy meletakkannya di samping pedangnya.

"Yah, daripada tidak punya tujuan, sisi barat dunia boleh juga." ucap Dragon sambil mengepalkan kedua tangannya.

"Jadi kalian mau pergi sekarang?!!" teriak Bernidetta dari pinggir dermaga.


Dragon dan Lucy melihatnya,

"Iya, Nek!" jawab Lucy." Jika kami kembali nanti, Nenek jangan pergi dulu ya!"

"Hahaha, aku selalu menunggu kalian di sini, cucu-cucu nakalku!" balas Bernidetta dengan mata berkaca-kaca.

"Dragon! Aku punya sesuatu untukmu!" lanjut Bernidetta sambil melempar sebuah karung yang berada di sampingnya berdiri.

Dragon Si Pemburu Bajak Laut [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang