Chapter 56: Jendral Angkatan Laut

39 2 0
                                    

Dengan perasaan penuh amarah, Saitama kembali ke rumahnya. Air matanya menetes dipipinya di sepanjang perjalanannya, dia tidak menyangka bahwa orang yang telah ia percayai dan ia anggap sebagai sahabat terbaik ternyata berbohong padanya.

Brak!

"!!!"

"Ada apa Saitama?" tanya Tokyo setelah melihat Saitama membanting pintu kamarnya.

"Nak? Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba marah seperti ini?"

"Aku tidak apa-apa ayah," balas Saitama dari dalam kamarnya.

Tokyo yang berdiri di depan pintu kamar Saitama menghela nafas. Suzuki yang masih kecil mendekati ayahnya.

"Kakak kenapa ayah?"

Tokyo berusaha tersenyum, "Kakakmu sedang capek Suzuki. Sebaiknya kau biarkan kakakmu beristirahat dulu."

"Baik ayah," balas Suzuki yang kemudian kembali ke kamarnya sendiri membawa sebuah buku cerita.

Di dalam kamar Saitama.

Saitama merebahkan tubuhnya, tangan kanannya menutupi wajahnya. Terlihat air mata mengalir dari wajahnya dan terdengar isak tangisnya meski dia berusaha menyembunyikannya.

Malam pun berakhir dan saat pagi telah menyapa, Saitama berangkat menuju istana lebih pagi dari biasanya.

"Ayah, kakak kemana?" tanya Suzuki.

"Dia sudah ke istana, Suzuki," jawab Tokyo yang sedang merapikan seragam prajuritnya.

"Heh? Pagi sekali?" heran Suzuki.

"Ya, mungkin karena tenaganya sudah kembali. Jadi sekarang dia lebih bersemangat, Suzuki," jawab Tokyo sambil tersenyum.

"Waaah!! Aku pengen seperti kakak!" kagum Suzuki.

Tokyo mengerutkan dahinya, "Kau itu harusnya seperti mendiang ibumu, Suzuki."

"Tapi aku pengen jadi seorang prajurit ayah," balas Suzuki.

"Kau tahu, ibumu sangat pandai memasak, dia juga wanita yang sangat lembut. Kau harusnya mencontoh dia," ucap Tokyo sambil menepuk pipi Suzuki.

"Tapi ibu pasti sangat bangga jika melihat aku menjadi seorang prajurit ayah," balas Suzuki lagi sambil mengusap kedua pipinya.

Tokyo menepuk keningnya, "Kau memang keras kepala seperti ibumu, Suzuki. Kenapa malah sifat itu yang menurun padamu?"

"Hehehe," Suzuki tertawa.

Di Istana Kerajaan, tepatnya di aula singgasana raja. Fox dan Ben terlihat baru saja masuk ke dalam istana.

Fox dan Ben berhenti setelah melihat Saitama berdiri di samping Raja Rosan.

Tatapan Saitama berbeda dengan biasanya, dia terlihat sangat serius.

"Selamat pagi Raja Rosan, Selamat pagi Saitama," sapa Ben dengan hangat.

"Selamat pagi Ben," balas Raja Rosan.

"Kau tidak perlu berpura-pura lagi Ben!" ucap Saitama dengan nada tinggi.

Fox dan Ben terlihat kaget, mereka berdua saling berpandangan.

"Saitama? Ada apa teman? Berpura-pura, maksudmu?" tanya Ben kebingungan.

"Aku sudah mendengar semua rencana busukmu itu!" seru Saitama sambil memegang pedang besarnya.

"Tenanglah Saitama," ucap Raja Rosan.

"Rencana busuk? Maksudmu Saitama?" tanya Ben lagi.

"Aku mendengar sendiri dengan kedua telinga, kau dan Fox merencanakan untuk menguasai kerajaan ini," balas Saitama.

Ben dan Fox tertawa.

"Ah maaf Raja Rosan, aku benar-benar terkejut dengan leluconmu Saitama..."

"Aku tidak bercanda Ben. Kalian berdua merencanakannya kemarin malam. Kalian bermaksud untuk menculik kedua pangeran dan meminta tebusan kepada Raja dan Ratu," potong Saitama dengan suara mengelegar.

"Kecilkan suaramu Saitama, ini semua terlihat bukan sebuah lelucon lagi," ucap Ben.

"Diam kau!" Saitama langsung melesatkan pedang besarnya ke arah Ben.

Dengan sigap, Ben menahan serangan Saitama.

"Tenangkan dirimu Saitama!" seru Raja Rosan melihat perkelahian kedua pengawal pribadi putranya tersebut.

"Aku sudah menceritakan niat busuk kalian kepada Raja, dan kalian masih berpura-pura tidak tahu?!"

"Hahaha mengasikkan sekali!!!" tawa Rey sembari berlari disamping kakaknya Key.

"Kau menikmatinya Rey? Jendral Fox dan Ben benar-benar membuat kejutan," ucap Key yang berjalan menuju aula singgasana raja.

Rey dan Key langsung terdiam melihat Saitama dan Ben saling beradu senjata.

"Kapten? Ada apa? Apa kalian sedang berlatih?" tanya Rey sembari berjalan mendekati Saitama.

Key berdiri disamping Fox dengan wajah bingung.

Saitama menurunkan pedang besarnya, kemudian meletakkannya dipunggungnya.

"Saitama, maafkan aku. Jendral Fox dan Ben sudah menceritakan niatan mereka kepadaku. Ya, seperti yang kau ceritakan, mereka memang ingin menculik kedua pangeranku dan meminta tebusan padaku. Ya, aku juga terkejut awalnya, namun ternyata mereka berdua bermaksud mengajak kedua pangeranku untuk bersenang-senang semata. Mereka berdua memang butuh hiburan diluar sana," ucap Raja Rosan sambil tersenyum.

Saitama hanya terdiam, tatapannya masih tajam ke arah Ben.

"Mereka berbohong Raja," ucap Saitama dingin.

"Saitama, kau lihat sendiri kenyataannya kan? Kedua pangeranku menyukai ide aneh Jendral Fox dan Ben," balas Raja Rosan.

"Mereka berdua adalah seorang Angkatan Laut dan Bajak Laut Raja," ucap Saitama dingin.

Suasana menjadi sepi sesaat.

"Kau... Saitama, jaga bicaramu!" seru Raja Rosan yang tiba-tiba naik pitam."Kau tahu, mengungkit masa lalu adalah perbuatan pengecut."

"Ya, jaga bicaramu Kapten, kau harusnya lebih dewasa," ucap Key menambahkan.

Saitama terlihat semakin emosi.

"Aku akan membuktikannya Raja!" seru Saitama sambil mengayunkan kembali pedang besarnya ke arah Ben.

Praang!!!

Saitama terkejut, seseorang mendorong tubuh Ben hingga terjatuh dan orang tersebut terkena serangan pedang besar Saitama hingga helmnya pecah.

Mata Saitama melebar dengan cepat dia berlari menuju orang yang terkena serangannya.

"Ayah!!" teriak Saitama sembari melepas pedang besarnya dan menangkap tubuh ayahnya tersebut.

Tokyo tak sadarkan diri dengan darah keluar dari kepalanya.

Beberapa saat kemudian.

Di dalam ruang perawatan prajurit, terlihat Saitama duduk terdiam disamping ayahnya yang berada di atas bed.

"Apa yang terjadi padamu nak? Kenapa kau berubah drastis seperti ini?" ucap Tokyo begitu siuman.

Saitama hanya menundukkan kepalanya.

"Ayah!" teriak Suzuki yang baru saja masuk ruang perawatan.

"Kakak! Ayah kenapa?!"

Saitama masih terdiam, dia kemudian berdiri dan keluar dari dalam ruang perawatan.

"Kakak...." gumam Suzuki sambil melihat kakaknya.

Di depan istana, Raja Rosan yang baru saja selesai menyampaikan pengumuman di depan rakyatnya bertemu dengan Saitama kembali. Raja Rosan yang didampingi Fox dan Ben terdiam, saat Saitama tiba-tiba melepas helm prajuritnya.

"Ada apa Saitama? Kenapa kau melepas helmmu disini?" tanya Raja Rosan.

"Aku telah melakukan sebuah kesalahan, dan untuk menebusnya..."

"Kapten?" Rey tiba-tiba muncul dan memegang tangan Saitama.

Kedua mata Saitama berkaca-kaca, dengan mulut bergetar, Saitama meneruskan ucapannya.

"Untuk menebus kesalahanku, mulai saat ini aku mengundurkan diri dari kerajaan, sebagai prajurit kerajaan dan sebagai pengawal pribadi pangeran kerajaan."

"Tidak Kapten! Aku tidak mau!" ucap Rey sembari memeluk Saitama.

"Kau tidak perlu melakukan semua ini Saitama. Aku dan Jendral Fox tidak mempermasalahkan kejadian pagi tadi," ucap Ben.

Saitama tidak menghiraukan ucapan Ben. Dia melepaskan pelukan Rey, kemudian berlalu tanpa meninggalkan kata apapun.

Kembali ke masa sekarang.

"Hiyaaaa!!!" Saitama dengan kekuatan penuh mendorong pedang besarnya yang ditahan Ben.

Salah satu kaki Ben meretakkan tanah yang dipijaknya.

"Haha... Menyedihkan bukan Saitama? Saat kenyataanya membuktikan kebenaran dan semuanya telah terlambat," ucap Ben melepas serangan Saitama dan melompat mundur.

"Kali ini, aku tidak akan memberimu kesempatan lagi, Ben," ucap Saitama memasang kuda-kuda.

"Haha, kau pikir aku ini hanya seorang mantan laksamana Angkatan Laut saja Hah?!" ucap Ben."Kekuatanku setara Jendral Angkatan Laut. Kalau saja Zeff dan si bangsat Roger itu tidak mengambil posisiku, aku sudah menjadi Jendral Angkatan Laut."

"Aku tidak peduli, mau kau jendral Angkatan Laut, Kapten Angkatan Laut, Tuhan Angkatan Laut sekalipun, aku akan mengalahkanmu!" seru Saitama menyerang Ben lagi dengan pedang besarnya.

"Dan apapun yang kau ceritakan, aku tidak akan pernah percaya lagi!"

"SHADOWW SWORDD!!" Muncul bayangan hitam dari belakang Ben mirip Saitama yang membawa pedang besarnya yang bersamaan dengan Saitama menyerang Ben.

Ben memegang pedangnya dengan kedua tangannya, "Akan ku tunjukkan kekuatanku yang sebenarnya!"

Traang!!!!!

Ledakan yang dahsyat terjadi dan terlihat dari depan istana kerajaan dimana Dragon dan Lucy melawan Fox.

"Seperti Ben sedang bersenang-senang," ucap Fox mematahkan serangan demi serangan dari Dragon dan Lucy.  

Dragon Si Pemburu Bajak Laut [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang