Lagi-lagi hujan. Jimin menghela nafasnya dan mengurungkan niatnya untuk keluar dari coffee shop ini. Dia mencari tempat duduk yang kosong, kemudian duduk disana sambil memperhatikan keadaan diluar yang semakin sepi karena hujan tiba.
Jimin meletakkan gelas kertas hot cappuccino di atas meja lalu mengeluarkan ponselnya untuk sekedar mengecek segala sosial medianya. Nyaris 10 menit berada di instagram dan mengupload satu foto untuk snapgramnya, dia meletakkan ponselnya di atas meja.
Pandangannya beralih keluar, hujan semakin deras dan coffee shop ini semakin ramai pengunjung yang datang untuk sekedar meneduh atau menghangatkan diri dengan secangkir kopi hangat.
Jimin meraih gelasnya, lalu menyesapnya perlahan agar lidahnya tidak terbakar. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat ini semakin ramai dan Jimin ingin sekali pergi dari tempet ini karena dia tidak menyukai suasana ramai karena dia bisa saja merasakan pusing dan panik karena terlalu ramai.
"Permisi, boleh aku duduk disini?" Jimin mendongak dan mendapatkan gadis berdiri dihadapannya dengan senyuman canggung terlukis diwajah cantiknya. Jimin memperhatikan sekitarnya yang ramai, semua tempat terisi oleh pengunjung. Jimin lalu mengangguk dan tersenyum sopan kepada gadis tadi.
"Terima kasih. Karena hujan semua meja diisi oleh para pengunjung." Gadis tadi mengakhiri ucapannya dengan tertawa kecil. Tidak mau bersikap tidak sopan, Jimin balas tertawa.
Mereka terdiam cukup lama. Bukan karena bingung untuk mencari topik pembicaraan. Hanya saja Jimin merasa mereka adalah orang asing yang tidak perlu berbicara satu sama lain. Biarlah mereka mengurus urusan masing-masing walaupun mereka duduk berhadapan seperti ini. Gadis di hadapannya juga nampak sibuk dengan kameranya.
Dia memperhatikan gadis di hadapannya dengan cukup lama. Rambutnya cokelat gelap dengan potongan rambut yang tidak terlalu panjang, sedikit dibawah bahu. Matanya kecil tapi terlihat lucu bagi Jimin, bibirnya tipis dan berwarna merah karena olesan lipstick. Oke, Jimin akui gadis dihadapannya cantik. Bahkan cantik sekali. Beruntung juga dia duduk bersama dengan gadis ini.
Beberapa pria bahkan menoleh sekilas ke tempat mereka karena terpesona dengan rupa gadis dihadapannya.
"Kenapa? Ada yang salah denganku?" Tiba-tiba gadis itu bertanya dengan kikuk karena mendapati Jimin mengamatinya. Jimin menggeleng dan wajahnya berubah panik.
"T-tidak. Kau baik-baik saja." Jawab Jimin sambil mengusap belakang lehernya dengan gugup.
"Serius?"
Jimin mengangguk. Lalu gadis itu tersenyum ragu kepada Jimin. Gadis itu mengarahkan kameranya ke luar jendela, mengatur fokus kameranya sebelum suara jepretan kamera terdengar diantara kebisingan di coffee shop ini.
"Jadi, siapa namamu? Tidak lucu kita duduk berhadapan seperti ini tanpa tahu nama masing-masing." Ucap Jimin setelah beberapa menit mereka terdiam. Gadis itu mendongak dari kameranya.
"Ah, ya. Aku sampai lupa kita belum berkenalan. Namaku Kang Seulgi, senang bertemu denganmu." Gadis itu, yang bernama Seulgi mengulurkan tangan kanannya ke arah Jimin untuk bersalaman.
"Park Jimin." Jawab Jimin dan membalas jabatan tangan Kang Seulgi.
"Sepertinya kau suka sesuatu yang berhubungan dengan fotografi?" Tanya Jimin sekedar basa-basi. Entah kenapa, dia merubah pikirannya dan ingin mengajak gadis di hadapannya untuk berbincang. Seulgi terlihat seperti gadis yang dapat berbaur dengan baik dan tidak canggung dengan orang asing sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfiction[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.