Besok harinya Irene benar-benar datang ke cafè Seulgi dengan membawa paperbag cukup besar berisikan hadiah untuk Jisung. Mainan, pakaian, bahkan sedikit cemilan ada di dalam paperbag itu. Seulgi merasa tidak enak dengan sahabatnya ini.
"Kau boleh pesan apa saja. Hitung-hitung terima kasih karena membawakan hadiah yang banyak untuk Jisung." Kata Seulgi kepada Irene yang sedang main bersama Jisung di ruangannya.
"Tenang. Aku belum lapar." Jawab Irene.
Seulgi mengangguk sekilas dan kemudian kembali menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Well, sebenarnya Seulgi hanya berusaha untuk sibuk. Pikirannya terus kembali kepada pertemuannya dengan Jimin semalam. Apa lagi ketika lelaki itu menanyakan tentang anaknya. Anak yang saat itu tidak dipedulikan sama sekali oleh Jimin.
Seulgi merasa kesal karena pertanyaan Jimin. Apa lelaki itu baru menyesal karena telah mentelantarkan Seulgi?
"Aku ingin keluar. Kalau ada apa-apa, panggil saja gadis berambut pirang di kasir." Seulgi akhirnya memutuskan untuk keluar dan membantu para pelayan lagi. Karena jujur saja, melihat para pengunjungnya dapat memperbaiki suasana hatinya.
"Namanya?" Tanya Irene.
"Yerim."
"Okay."
Seulgi keluar dan menghampiri Yerim yang sedang melayani pengunjung di kasir. Kemudian dia berdiri di samping Yerim dan memperhatikan cafènya yang ramai hari ini. Ramai oleh anak muda dengan laptop di hadapan mereka.
"Jongin di mana, ya?" Tanya Seulgi setelah celingak-celinguk mencari keberadaan barista terhebatnya itu.
"Lagi ke toilet. Kenapa?" Jawab Yerim.
"Tolong bilang ke Jongin untuk membuat Thai Tea untuk temanku. Kau antarkan ke ruanganku, ya?"
"Baik, unnie. Itu saja?"
"Ada pesanan yang harus aku antar?"
"Unnie tenang saja. Mark dan Lisa tidak begitu sibuk, kok." Jawab Yerim dan menyebutkan kedua pelayan ini.
"Aku bosan harus di dalam ruanganku terus, Yerim. Biar aku bantu."
"Baiklah." Yerim menghela nafas dan setelah itu Seulgi mengambil alih untuk mengantarkan pesanan para pengungjung dibantu dengan Lisa dan Mark yang juga mengantar ke pengunjung lain.
Hampir 15 menit Seulgi di sini, akhirnya dia memilih untuk kembali ke ruangannya untuk menemani Irene dan Jisung. Kasihan sekali Irene datang kemari untuknya tapi Seulgi malah menyibukkan diri dengan alasan agar lupa dengan Park Jimin sialan itu.
"Seulgi," Panggil Irene saat mereka sudah duduk bersebelahan dengan masing-masing sibuk dengan ponselnya. Jisung sedang bermain dengan PSP-nya di kursi kerja Seulgi yang nyaman.
"Hm?"
"Jisung talked about father."
"Kau jawab apa?" Seulgi bahkan tidak kaget sama sekali saat mendengar pernyataan dari Irene. Jisung berulang kali bertanya kepada Seulgi tentang hal yang sama dan Seulgi berulang kali juga menjawab dengan sama, bahwa ayah Jisung telah meninggal beberapa bulan setelah Jisung lahir.
"Aku jawab sama seperti yang selalu kau katakan kepadanya. Aku rasa dia ingin punya ayah baru." Kata Irene.
"Belum saatnya." Seulgi menjawab dengan dingin. Gadis yang biasanya terlihat ceria itu berbanding balik ketika disinggung tentang hal ini. Bahaya. Jangan pernah berbicara kepada Seulgi dengan membawa topik ini.
"Seul-"
Suara ketukan pintu ruang kerja Seulgi membuat Irene membatalkan ucapannya. Seulgi segera berdiri untuk menyapa entah siapa yang ada di balik pintu itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/94491939-288-k762745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfiction[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.