Happy Birthday, Seul.

2.5K 227 11
                                    

Sekarang jam 9 pagi dan Jimin sudah siap di dapur untuk membuat kue untuk sang kekasih, Seulgi. Gadis yang lebih tua darinya setahun itu berulang tahun ke 24 tahun ini. Walaupun umurnya yang sudah lumayan banyak, wajah gadisnya tetap terlihat seperti bocah dan tidak seperti seusianya.

Semalam setelah berguru di rumah temannya si Seokjin, Jimin sudah paham cara membuat cupcakes. Bahkan Seokjin meminjamkan alat-alat membuat kue dan menemani Jimin untuk memilih bahan-bahannya.

Alasan Seokjin sangat bersemangat karena Seulgi merupakan sepupunya. Dan Seokjin yang mengenalkan Jimin kepada Seulgi sekitar 1 tahun yang lalu. Jadi dapat dikatakan kalau ini ulang tahun pertama Seulgi dengan Jimin.

Jimin ingin memastikan semuanya sempurna tanpa ada hambatan sedikitpun. Dimulai dari membuat kue dan menghias rumah Seulgi nanti.

"Duh." Jimin menghela nafas dengan berat dan kemudian memulai kegiatannya. Dia membaca resepnya dengan teliti dari awal sampai akhir, kemudian menyiapkan mangkok untuk adonan kering dan adonan basah.

Dengan perlahan dan rapi Jimin melakukannya. Dia menimbang bahan-bahan sesuai dengan resep dan mencampurnya dengan baik. Dicicipinya adonan yang sudah jadi dan ketika rasanya pas, Jimin tersenyum dengan girang.

Dia menyiapkan loyang dan menata mangkok kertas untuk adonannya. Dengan sendok cekung, Jimin memasukkan adonan cupcakesnya ke dalam mangkok kertas tersebut.

Jimin memasukkan loyang yang berisikan 12 cupcakes ke dalam oven yang sudah dia panaskan. Selagi menunggu matang, Jimin kembali ke kamarnya dan meniup balon-balon angka dan huruf yang akan dia tempel di rumah Seulgi.

Dengan sabar dia meniup balon-balon yang menyusun kata "HBD SEULGI" dengan sedotan. Pipinya terasa kebas dan dia menepuk-nepuknya beberapa kali setelah selesai meniup semua balonnya. Jimin memasukkan balon-balon tersebut ke dalam dua paperbag besar lalu membawanya ke dalam mobilnya agar tidak tertinggal.

Dia masuk lagi ke dalam rumahnya dan menonton televisi selagi menunggu cupcake buatannya matang. Namun baru sekitar 5 menit Jimin menonton, dia mematikan televisinya dan kembali ke dapur untuk membereskan barang-barang yang tidak tersusun rapi.

Tepat setelah dia membereskan dapur, ponselnya berdering dan menampilkan nama Seokjin di layar ponselnya. Jimin mengangkat panggilan Seokjin dengan semangat.

"Bagaimana?" Tanya Seokjin tanpa basa-basi.

"Aku rasa berhasil. Cupcakenya sedang berada di oven." Jawab Jimin sambil memandang ovennya yang menyala dan memperlihatkan cupcakenya yang mulai mengembang.

"Sudah kau cicipi adonannya?" Tanya Seokjin lagi.

"Sudah. Terasa enak." Jawab Jimin bangga. Di sebrang, Seokjin tertawa pelan.

"Bagus. Yerim pergi dengan Seulgi nanti siang untuk beli peralatan sekolahnya. Jadi kau bisa masuk ke dalam rumah Seulgi untuk mengaturnya." Kata Seokjin. Tanpa bisa menahannya, senyuman Jimin merekah dan dia mengangguk-angguk dengan semangat walaupun Seokjin tidak dapat melihatnya.

"Terima kasih, hyung! Kau memang pahlawanku."

"I know. Sudah dulu, ya. Good luck, Jim."

***

Seulgi mengekor di belakang Yerim. Sepupunya itu sedang membeli alat tulis sekolah. Padahal awal semester satu akan dimulai awal Maret dan sekarang masih awal Februari. Seulgi tidak ambil repot, dia juga suka pergi ke toko buku untuk sekedar beli novel atau membeli alat tulis yang lucu-lucu.

"Bagus yang biru atau hijau?" Tanya Yerim sambil menunjukkan buku seperti agenda yang bersampul biru dan hijau pastel.

"Aku suka hijaunya." Jawab Seulgi sambil menunjuk buku itu dengan dagunya.

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang