another night we spend together

1.5K 186 4
                                    

Ini hanya Jumat malam biasa yang sudah Jimin dan Seulgi lalui. Setelah berkutat dengan pekerjaan mereka yang selalu menumpuk, akhirnya mereka dihadapkan kembali dengan akhir pekan yang cukup mengatasi penat mereka selama bekerja 5 hari.

Dan seperti biasanya, Jimin mengendarai mobil sedan hitamnya dari kantornya menuju kantor Seulgi yang berjarak 15 menit dari kantornya. Menjemput kekasihnya itu dan bersiap untuk menghabiskan sisa hari ini bersama. Entah itu makan di kedai pinggiran langganan mereka atau sekedar movie marathon di tempat Seulgi atau Jimin.

"Halo." Sapa Seulgi ceria begitu membuka pintu depan bagian penumpang.

"Sabuk pengaman, nona." Ucap Jimin seperti biasanya. Seulgi mengangguk sambil memasang sabuk pengamannya dan kini mobil berjalan kembali entah kemana.

"Kita mau kemana?" Tanya Jimin. Tangan kirinya bertopang di pintu mobil dan tangan kanannya tetap memegang setir. Jalanan cukup padat karena orang-orang baru pulang kerja.

"I kinda want to cook something for our dinner." Jawab Seulgi. Dia memainkan rambutnya yang terurai dan agak berantakan sehabis beraktivitas.

"The last time you cooked it was a big fail." Jawaban Jimin mendapatkan tatapan mematikan dari Seulgi.

"Itu karena aku sedang tidak mood untuk masak. Sekarang aku sedang ingin memasak. Lagi pula kita jangan terlalu sering makan di luar, terlalu mahal dan kita tidak tahu itu sehat atau tidak." Kata Seulgi membela dirinya. Mendengarnya Jimin hanya bisa tertawa.

"Baiklah. Tempatmu atau aku?"

"Tempatku, tapi sebelumnya ke supermarket dulu, ya?"

"Iya."

***

Jimin dan Seulgi memasuki supermarket dengan Jimin yang mendorong trolinya. Mereka langsung menuju rak bagian makanan dan Seulgi memilih bahan makanan apa saja yang akan dia beli.

Seulgi mengambil pasta dan berbagai macam bumbu lainnya. Tidak lupa dengan keju yang akan menambah rasa di pasta buatannya. Sedangkan Jimin hanya memainkan ponselnya sambil mendorong trolinya dengan pelan. Mengikuti kemana pun Seulgi pergi.

"Jim, bisa ambilkan itu?" Tanya Seulgi sambil menunjuk cemilan yang berada di rak cukup atas.

Jimin berjinjit sedikit dan mengambil cemilan itu untuk Seulgi dan langsung meletakkannya ke dalam troli.

"Dasar pendek." Ejek Seulgi.

"Kau juga."

"Aku tinggi, lho." Elak Seulgi.

"Dalam mimpi."

Seulgi memukul lengan Jimin dengan keras dan setelahnya berjalan dengan cepat mendahului Jimin. Melihat Seulgi yang ngambek, Jimin hanya tertawa dan menyusul Seulgi yang sudah berada di depan sana.

"Cepat sedikit bisa tidak, sih?" Omel Seulgi di depan sana. Jimin yang berjalan seperti biasa menjahili Seulgi dengan berjalan lambat sekali membuat Seulgi melotot kepadanya.

"Jimiiiin, aku sudah lapar! Ayo cepat sedikit!" Rengek Seulgi. Mendengar gadisnya sudah lapar, Jimin segera menghampiri Seulgi dan berjalan beriringan menuju kasir dan melanjutkan kembali perjalanan ke tempat Seulgi.

***

Sesampainya di tempat Seulgi mereka langsung mengeluarkan belanjaan dan meletakannya di atas meja makan. Seulgi terlebih dahulu mengganti pakaian kerjanya dengan yang lebih santai dan Jimin memutuskan untuk mandi. Well, pakaiannya banyak yang tertinggal di sini.

Seulgi memulai kegiatan memasaknya dengan menyiapkan bahan yang akan dia tumis untuk pastanya dan juga air rebusannya. Setelah itu dia memotong bawang bombai untuk membuat onion ring, kesukaannya dan Jimin.

"Apa yang harus aku kerjakan?" Tanya Jimin sudah dengan pakaian gantinya. Rambutnya setengah basah sehabis mandi.

"Mau salad?" Seulgi balik bertanya.

"Hm, boleh juga."

"Alright, kalau begitu cuci sayuran tadi dan potong dengan ukuran sedang dan tambahkan sausnya. Sausnya ada di kulkas, ya."

"Iya, Bu." Jawab Jimin sambil mengikuti apa yang Seulgi suruh. Dia melakukannya dengan rapi karena tidak ingin mendapatkan omelan dari Seulgi kalau-kalau terdapat air di lantai.

Sekitar setengah jam kemudian mereka telah selesai memasak dan membawa masakan mereka ke ruang tengah. Meletakannya di atas meja dan setelah itu Jimin duduk manis di sofa sambil mencari acara yang biasa mereka tonton.

"Tidak ada soda?" Tanya Jimin ketika melihat Seulgi hanya meletakkan dua botol air mineral dingin.

"Tidak." Jawab Seulgi tegas.

"Ayo, lah."

"Kalau aku bilang tidak, maka tidak."

"Sekali saja." Rayu Jimin. Dia mendekat ke Seulgi yang sudah duduk di ujung sofa. Menyenggol pelan lengan Seulgi dengan lengannya.

"No, please. Soda tidak baik, Jim. Kau mau sakit karena terlalu banyak mengkonsumsi soda?" Omel Seulgi. Dengan patuh Jimin menggeleng dengan kepala yang tertunduk. Demi Tuhan, saat ini Jimin terlihat seperti anak kecil yang sedan dimarahi oleh ibunya.

"Memangnya kalau kau sakit, siapa yang mengurusmu?" Tanya Seulgi.

"Kau."

"Nah, itu tahu. Jangan merepotkan." Kata Seulgi.

"Tapi kalau aku sakit, kau menginap di tempatku sampai aku sembuh. Kapan lagi kesempatan seperti itu datang?" Jimin tersenyum usil dan mampu membuat kedua pipi Seulgi bersemu merah. Tapi Seulgi tetaplah Seulgi, gadis itu tetap menampilkan wajah galaknya untuk kekasihnya itu.

"Pokoknya tidak ada soda. Makan sekarang." Suruh Seulgi dengan galak.

"Ambilkan punyaku."

"Jimin!" Teriakan tertahan Seulgi membuat Jimin tertawa keras. Apa lagi melihat wajah Seulgi yang sangat annoyed dengan tingkahnya malam ini.

"Park Seulgi, please." Mohon Jimin dengan mengatupkan tangannya di depan wajahnya. Seulgi meringis kesal dan ingin sekali memukul kepala Jimin agar tingkah laku menyebalkan Jimin malam ini segera lenyap.

"It's Kang!" Omel Seulgi.

"Soon to be Park." Jimin mengedipkan satu matanya dengan genit dan rasanya Seulgi ingin meleleh saat itu juga.

---

Post yang santai2 aja dulu...

Makasih yg udah baca! Jangan lupa komen tentang chapter ini ya!😆

btw, red velvet cantik2 bgt dan kecil imut gitu😭❤️

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang