"Fuck you, Jimin!" Gadis berambut panjang dengan perutnya yang sedikit membunci berteriak dengan penuh kebencian kepada lelaki yang berdiri di hadapannya ini. Wajah Seulgi bahkan sudah memerah karena berteriak terlalu keras.
"Kau harus tanggung jawab, bodoh!" Seulgi kembali berteriak bersamaan dengan gerakan tangannya yang melempar bantalan sofa kepada Jimin yang masih berdiri di depannya tanpa merasa bersalah sedikit pun.
"Aku sudah katakan padamu untuk gugurkan bayi itu." Jawab Jimin dengan santai. Kedua tangannya terlipat di depan dada dan menatap Seulgi dengan tatapan menyebalkannya.
"Shit, mana mungkin?!" Seulgi kembali berteriak.
"Then, jangan harap aku akan bertanggung jawab. Aku masih terlalu mudah untuk menjadi seorang ayah." Alasan bodoh Jimin membuat Seulgi berdecak kesal dan merutuki lelaki itu setelahnya. Demi Tuhan, kenapa Seulgi harus melakukan seks dengan lelaki seperti Jimin?
"Aku harap kau akan menyesal nantinya. Sekarang keluar dan jangan pernah temui aku lagi. Terima kasih untuk 4 bulannya yang penuh dengan kata-kata manismu itu." Seulgi berucap dengan angkuh dan membukakan pintu unit apartemen kecilnya untuk Jimin, menyuruh lelaki itu agar segera keluar dari tempat tinggalnya.
"Aku tidak akan menyesal. Good luck for you." Jimin dengan brengseknya melingkarkan tangan kekarnya di pinggang Seulgi dan mencium bibir Seulgi sekilas.
"What a jerk."
***
Seulgi bersender di kursi yang dia duduki. Pekerjaannya hari ini sungguh banyak dan cukup membuatnya lelah.
Maklum, cafè kecil miliknya baru buka sekitar 4 bulan yang lalu dan sangat tidak disangka pelanggannya terus bertambah setiap harinya. Apa lagi harganya tidak terlalu mahal dan desainnya sangat modern membuat banyak anak sekolahan atau pun kalangan lainnya datang kemari.
Namun kesibukan seperti ini membuat Seulgi senang dan merasa tidak terbebani sama sekali karena dia merasa kerja kerasnya selama 2 tahun belakangan ini memberikan hasil yang sangat memuaskan.
Setelah terpuruk dengan kesedihannya 5 tahun yang lalu setelah ditinggalkan lelaki yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab itu, akhirnya Seulgi kembali bangkit setelah anak lelakinya lahir.
Saat itu yang ada di pikiran Seulgi hanyalah dia tidak ingin anaknya merasakan kerasnya dunia hanya karena ibunya yang tidak bisa menjalani hidupnya dengan benar hanya karena ditinggalkan oleh lelaki semacam Park Jimin.
Seulgi keluar dari ruangannya dan memilih untuk membantu para pelayan untuk melayani pelanggan yang datang. Hitung-hitung membantu Seulgi untuk meredakan lelahnya karena melihat orang-orang yang terlihat bahagia bersama teman-teman mereka di sini.
"Ada yang bisa aku bantu?" Seulgi menghampiri pelayan termudanya, Kim Yerim. Yerim terkejut ketika menyadari Seulgi berada di sini.
"Oh, unnie." Kata Yerim.
"Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Seulgi lagi dan tetap ramah.
"Unnie bisa antarkan panna cotta ini untuk meja nomor 12." Kata Yerim dan menyerahkan nampan yang sudah ada makanan di atasnya.
"Baik."
"Terima kasih, unnie."
"Anytime." Kata Seulgi santai sambil berjalan menuju meja nomor 12. Sembari berjalan dia memperhatikan pelanggannya malam ini. Karena ini malam sabtu, cafènya lebih ramai dari hari sebelumnya dan dipenuhi dengan murid yang baru pulang sekolah.
Setelah mengantar pesanan dan menanyakan rasa hidangannya kepada pengunjung lain, Seulgi kembali ke ruangannya untuk bersiap pulang. Sekarang sudah jam 7 malam dan Seulgi sudah tidak sabar bertemu dengan anaknya dan mendengarkan cerita tentang keseharian anaknya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/94491939-288-k762745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfiction[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.