Berapa lamanya suatu hubungan bukan menjadi alasan kuat kalau pasangan itu akan selamanya bersama.
Sakit hati karena perbuatan diri sendiri lebih menyakitkan dibandingkan disakiti oleh orang lain.
Jimin yakin dengan kedua pernyataan itu. Walaupun hubungan seseorang sudah bertahun-tahun lamanya, itu tidak akan menjamin apa pun. Jimin merasakannya dan dia merasa bodoh karena telah menyiakan kesempatan itu.
2 tahun berpacaran dengan Kang Seulgi membuatnya tahu benar semua tentang gadis itu. Gadis cantik dengan mata kucingnya, pipinya yang tembam dan sifatnya yang menggemaskan dan baik hati. Terlalu baik hati sampai Jimin salah mengartikannya.
And he realized he was fucked up and messed everything. Jimin menghancurkan kepercayaan Seulgi yang telah gadis itu miliki padanya. Seulgi memang baik hati, tapi dia tidak mudah untuk memberikan kepercayaannya kepada orang lain.
Seulgi pernah berkata kepada Jimin, "I am lucky enough to have you. I trusted everything to you. Thank you."
Jimin selalu marah pada dirinya ketika mengingat ucapan Seulgi itu, suara Seulgi bahkan masih terngiang di telinganya ketika gadis itu mengucapkan kalimat itu. Dengan usapan lembut di kedua pipinya dan setelah itu Seulgi memeluknya dengan erat, menyenderkan kepalanya di dada Jimin. Mendengarkan detak jantung Jimin yang anehnya membuat Seulgi nyaman.
Setiap hari setelah kandasnya hubungan mereka berdua selalu Jimin gunakan untuk menyesali perbuatannya. Mengucapkan kata bodoh pada dirinya sendiri dan terkadang menangis ketika dia sudah tidak kuat lagi.
Ucapan penghibur dari teman-teman Jimin bahkan tidak ada yang membantunya sama sekali ketika hubungan Jimin dan Seulgi baru beberapa hari usai. Dan ucapan menghibur itu berubah menjadi cacian setelah mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tidak hentinya mereka mengatakan betapa bodohnya Jimin karena telah menyiakan gadis sebaik hati seperti Kang Seulgi.
Jimin tidak membantah, dia menyetujui ucapan teman-temannya yang sangat pedas itu.
Seandainya saat itu rasa bosan tidak pernah terpikirkan olehnya, pasti hubungannya dengan Seulgi masih baik-baik saja sampai hari ini. Malam minggunya Jimin pasti akan selalu ditemani oleh Seulgi. Baik itu di tempatnya atau mereka yang berkeliling mall sekedar cuci mata.
Hari-harinya Jimin pasti akan terpenuhi dengan kehadiran Seulgi yang selalu setia menunggu di sampingnya atau sebaliknya. Terkadang keheningan di antara mereka berdua adalah sesuatu yang mereka butuhkan. Tidak perlu terus menerus dipenuhi dengan obrolan penting atau tidak untuk merasa mereka ada untuk satu sama lain.
Jimin selalu menyukai Seulgi yang mengerti dirinya. Seulgi yang tidak pernah bertanya banyak ketika Jimin sedang dalam keadaan yang tidak baik. Seulgi hanya akan mendekat lalu memeluknya dengan erat dan Jimin sadar kalau bukan nasihat yang dia perlukan dari Seulgi, sebatas pelukan erat dan elusan halus di punggungnya sudah cukup dan ditambah dengan bisikan Seulgi yang mengatakan kalau Seulgi akan selalu ada di sampingnya.
Benar katanya kalau penyesalan selalu datang di akhir. Jimin menyesal telah mencampakkan Seulgi dan dengan bodohnya mencari wanita lain saat dia sadar hanya Seulgi lah tempatnya berpulang. Jimin perlu suasana baru katanya, dan itu adalah salah satu keputusan terbodoh yang pernah dia ambil.
Seulgi tidak akan pernah tergantikan untuknya.
Jimin mengusap wajahnya dengan kasar. Lagi-lagi dia melamun dan kembali memikirkan Seulgi. Gadis cantik yang sangat baik itu yang telah menjadi mantan kekasihnya. Dia menidurkan dirinya di kasur lalu menutup wajahya dengan bantal, pertanda bahwa dia kembali merasa frustasi dengan dirinya sendiri ketika Seulgi melintasi pikirannya.
"Sialan!" Teriakan Jimin teredam akibat wajahnya yang tertutupi oleh bantal. Lelaki itu kemudian menyingkirkan bantal dari atas wajahnya dan menoleh ke samping, melihat ke meja di samping lemari pakaiannya yang memajangkan banyak fotonya dengan Seulgi. Bahkan dari pertama kali saat mereka merayakan satu bulan pertama mereka. Yang mereka akui kalau itu adalah hal tercheesy yang mereka lakukan.
Dan foto terakhir mereka yang difoto menggunakan kamera polaroid milik Seulgi. Saat mereka berkendara malam hari sampai nyaris keluar kota karena saat itu Jimin sedang bosan dan banyak pikiran. Saat itu dia hanya perlu Seulgi namun gadisnya itu berinisiatif untuk berkendara malam hari untuk sekedar melepas stress di diri mereka masing-masing.
Foto itu diambil ketika mereka berhenti di pinggir jalan, kira-kira sudah di pinggir kota dan mereka hanya berdiam diri di dalam mobil sambil menatap langit malam yang sangat gelap, tidak ada bintang seperti biasanya. Kalau dihitung, mungkin tidak lebih dari 10 bintang muncul malam itu. Seakan langit tahu kalau keadaan hati kedua orang ini sedang tidak baik.
Foto itu memiliki cahaya yang kurang karena saat itu kondisi mobil Jimin gelap dan hanya terdapat cahaya dari kamera saja. Dengan Jimin yang bersandar di bahu Seulgi ketika gadis itu mengambil selfie ini. Jimin seketika merindukan ketika dia bersandar di bahu Seulgi. Entah ketika dia sedang benar-benar lelah atau hanya sekedar ingin bersandar di tempat favoritnya itu.
Jimin lagi-lagi tersenyum miris melihat semua kenangannya dengan Seulgi yang masih dia simpan dan tidak ada sedikit niat pun untuk membuangnya. Terlalu banyak kenangan manis di antara mereka berdua sampai dia tidak ingin membuangnya. Jimin tidak ingin menyesal kedepannya karena telah membuang barang yang berkaitan dengan Seulgi. Sesuatu yang bisa membawanya kembali dekat dengan gadis itu walaupun sebenarnya tidak mungkin.
Jimin mengambil ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Dengan pelan dia membuka kontak dan mencari nomor Seulgi. Beberapa menit dia terdiam selagi menimbang untuk menelfon mantan kekasihnya ini atau tidak. Karena dia yakin dia akan kembali hancur ketika mendengar suara gadis itu. Sudah cukup parah keadaannya sekarang ini, apa lagi jika ditambah ketika mendengar suara Seulgi.
Jimin yakin Seulgi akan menjawab panggilan telefonnya karena dia sudah mengganti nomornya seminggu yang lalu. Ketika ponselnya hilang saat dia berlibur bersama teman-temannya di Jeju. Hilang dengan semua foto dan pesan manisnya dengan Seulgi. Namun untunglah Jimin selalu memindahkan data-data di ponselnya setiap dua minggu sekali, setidaknya foto-fotonya dengan Seulgi masih aman di laptopnya.
Walau ragu, Jimin menekan lingkaran hijau di ponselnya dan ponselnya menunjukkan bahwa kini dia sedang menelfon Seulgi. Jimin menarik nafas dalam, menyiapkan diri agar kuat untuk mendengar suara Seulgi yang akan dia dengar sebentar lagi, kalau dia beruntung.
Nada dering ketiga, barulah sambungannya diangkat oleh Seulgi. Jimin menempelkan ponselnya ke telinganya dan mengenggam ponselnya dengan erat tanpa mengucapkan apa pun. Dia tidak berani untuk mengeluarkan suaranya karena dia yakin Seulgi pasti akan langsung menutup panggilan ini. Setidaknya biarkan Jimin menghilangkan rasa rindunya hanya dengan suara Seulgi yang terdengar bingung ini.
"Halo?"
"..."
"Halo? Ini siapa?"
"..."
"Apa ini salah sambung? Kalau iya, akan aku tutup."
"J-jangan." Bisik Jimin sangat pelan. Seulgi terdiam di sebrang sana dan Jimim yakin kalau Seulgi sadar penelfon ini adalah Jimin.
"H-halo?"
"Kang Seulgi, ini aku, Jimin." Kata Jimin setelah mengumpulkan keberaniannya. Jimin sadar suaranya terdengar sangat bergetar seakan Jimin sedang menghadapi sesuatu yang sangat menakutkan.
"Sorry. Wrong number." Said a familiar voice.
---
Ini pendek hehehe maaf yaaa
Yang puasa semangat! Jangan lupa sholat hehe❤️
![](https://img.wattpad.com/cover/94491939-288-k762745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fiksi Penggemar[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.