13 Oct

1.2K 160 12
                                    

Hari ini hari ulang tahun pertama Jimin tanpa kehadiran gadis itu. Selama 22 tahun dia hidup, tidak pernah sekalipun gadis itu meninggalkannya. Namun sepertinya tahun ini pengecualian.

Gadis yang lebih tua darinya satu tahun memutuskan untuk pergi. Kang Seulgi pergi tanpa menjelaskan apapun. Membuat Jimin bingung setengah mati dengan tingkah aneh gadis itu.

Jimin tidak tahu kemana perginya Kang Seulgi dan ini sudah terhitung 4 bulan sejak kepergiannya. Awal musim panas, Kang Seulgi langsung menghilang bersamaan dengan perginya musim semi.

Jimin rindu Seulgi.

Jimin rindu kejutan yang diberikan Seulgi setiap hari ulang tahunnya walaupun Seulgi bukan tipikal orang yang senang merayakan bertambahnya umur seseorang. Dapat diingat dengan jelas kata-kata Seulgi setiap Jimin dengan gembiranya memberitahukan kalau sebentar lagi hari ulang tahunnya.

"Kenapa kau bahagia sekali, Jim? Umurmu semakin berkurang setiap tahunnya, bukan bertambah. Lagipula, hari ulang tahun atau tidak, itu sama aja." Begitu kata Seulgi setiap tahunnya. Jimin sampai hafal. Dia selalu kesal saat mendengar Seulgi berkata seperti itu. Tapi kini dia rindu sekali dengan rentetan kata menyebalkan itu.

Biasanya, keesokan harinya Seulgi sudah berdiri di depan rumah Jimin membawa kue dan lilin yang menyala. Menyambut Jimin yang senang bukan main karena Seulgi akhirnya tetap merayakan ulang tahunnya itu, sendiri tanpa ada yang menemani. Walaupun begitu, Jimin menyukainya.

Seulgi ini walaupun terkesan cuek dengan sekitar, dia suka sekali memberikan kejutan manis untuk Jimin. Dan lagi, Jimin menyukainya.

"Happy birthday, bro!" Kini pintu kamarnya terbuka dengan kencang dan keenam sahabatnya itu menerobos masuk dengan heboh. Kue cokelat dengan angka 23 menyala dan mereka bernyanyi dengan nada yang sumbang.

Lagi-lagi Jimin teringat dengan Seulgi. Gadis itu suka sekali ketika keenam sahabat Jimin datang. Katanya, persahabatan mereka terlihat sangat asli dan menyenangkan untuk dilihat. Apa lagi ketika mereka sudah melempar lelucon satu sama lain, Seulgi tertawa paling bahagia di ruangan itu. Dan dalam benaknya, dia berharap bisa mendapat sahabat yang semacan itu.

"Hentikan. Suara kalian jelek." Protes Jimin.

"Kita pulang saja, lah." Hoseok mengajak temannya berbalik hendak keluar dari kamar Jimin. Namun Jimin hanya tertawa kencang sebagai balasan. Yoongi yang berdiri di paling belakang tersenyum kecil mendengar suara tawa Jimin yang terdengar sangat bahagia ini. Sudah lama dia tidak mendengar suara tawa yang tulus itu.

"Dia harus meniup lilinnya lalu menraktir kita makanan. Setelah itu baru kita pulang." Siapa lagi kalau bukan Kim Seokjin? Lelaki itu selalu menomor satukan makanan dan kini dengan seenaknya meminta makanan gratis dari Jimin yang sedang berulang tahun. Dan juga sedang sakit hati.

"Ayo, tiup lilinmu." Namjoon berjalan mendekati Jimin dan menyuruh lelaki itu untuk meniup lilinnya, dan sebelum itu lagi-lagi mereka kembali bernyanyi.

"Make a wish!" Taehyung berucap dengan gembira selagi menepuk tangannya tidak sabaran.

Jimin mengaitkan kedua tangannya dan memejamkan matanya dengan rapat. Dengan suaranya yang pelan dan terdengar lirih, dia mengucapkan kemauannya.

"Aku hanya ingin noona kembali.."

Setelah itu Jimin meniup lilinnya dan menyadari kalau senyuman di wajah sahabatnya tergantikan dengan raut wajah sedih mereka. Mereka tahu seberapa pentingnya seorang Kang Seulgi di kehidupan Jimin. Gadis itu selalu membuat Jimin bahagia, lebih dari apapun.

Kepergian Kang Seulgi juga membuat keenam sahabat Jimin sedih. Mereka sering bertanya kepada satu sama lain, kemana perginya Kang Seulgi? Kenapa dia meninggalkan Jimin tanpa mengucapkan apapun?

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang