Mama

1.1K 139 24
                                    

mainstream storyline!

—-

Hari itu hari Kamis, kelas terakhir Seulgi baru selesai 10 menit yang lalu. Jam menunjukkan pukul 3.10 saat Seulgi menuruni eskalator dari lantai 4 gedung kampusnya. Kuliah hari ini cukup santai dan besok adalah jadwal liburnya. Jadi dia bisa bersantai hingga Senin nanti.

"Lo langsung pulang?" Rosè bertanya kepada Seulgi saat mereka menuruni eskalator dari lantai 3 ke lantai 2.

"Gue mau ke PIM dulu, deh. Mau beli barang." Jawab Seulgi.

"Oke. Gue ga bisa nemenin, ya. Tugas dari Pa Theo belom selesai, jadi harus gue selesain hari ini juga." Kata Rosè sambil tertawa kikuk setelah melihat tatapan galak Seulgi.

"Makanya tugas langsung dikelarin, neng."

"Iya, Bu."

"Gue duluan, deh. Ojol gue udah di basement." Kata Seulgi dan setelah melambaikan tangan kepada Rosè, Seulgi langsung berjalan cepat ke basement kampusnya.

***

Seulgi keluar dari Gramedia sambil sibuk dengan dompet dan duit kembaliannya. Barang bawaannya cukup banyak, dia baru saja memborong novel untuk persiapan liburannya nanti. Teman-temannya balik kampung semua, jadi dapat dipastikan Seulgi tidak akan banyak keluar rumah saat liburan semester nanti.

Setelah memasukkan dompet ke dalam tasnya, Seulgi kini fokus dengan pandangan di depannya. Dia berjalan entah kemana, yang penting dia bisa cuci mata.

Baru saja dia keluar toko yang dekat dari tempat bermain, dia melihat anak kecil nangis kejer tanpa ada orang lain yang berusaha menenangkannya. Sifatnya yang sangat penyayang itu segera menghampiri anak kecil itu.

"Dek-" baru saja Seulgi memanggil, anak kecil itu menatapnya dengan berbinar.

"Mama!" Dia bersuara cukup keras dan memeluk kaki Seulgi ketika gadis itu sudah mendekat. Tatapan dari orang lain sangat tajam ke arahnya, seakan menyalahkan Seulgi yang menelantarkan anaknya dan malah sibuk berbelanja.

"Demi Tuhan saya bukan Ibunya!" Seulgi berujar pelan namun cukup tegas kepada orang-orang yang masih menatap mereka berdua.

Seulgi dengan perlahan melepas pelukan anak itu dari kakinya dan membawanya untuk duduk.

"Orangtua kamu di mana, dek?" Seulgi bertanya dengan lembut setelah menyeka air mata bocah lelaki ini.

Sebagai respon, bocah itu hanya menggeleng. Seulgi mengira-ngira umurnya baru menginjak 3 atau 4 tahun. Apa anak umur segitu sudah bisa diajak berbicara dengan benar?

"Nama kamu siapa?" Tanya Seulgi.

"Delon." Jawab bocah itu setelah beberapa detik menenangkan diri.

"Ayo, cari orangtua kamu." Seulgi berdiri dan menggenggam tangan mungil Delon. Mereka berkeliling mal hampir 10 menit hingga akhirnya suara pemberitahuan dari speaker terdengar.

Suara perempuan yang menyebutkan identitas Delon. Seulgi dengan cepat mengangkat Delon dan berjalan super cepat ke lobby mal ini. Akhirnya masalah 'kecilnya' terselesaikan.

"Kamu berat juga." Seulgi berucap sambil mengatur nafasnya begitu Delon sudah berdiri sendiri.

"Nah, orangtua kamu yang mana?" Delon melihat sekeliling dan kedua matanya membulat senang begitu melihat seseorang yang dia cari. Dengan cepat Delon berlari menuju ayahnya.

"Wow, ayahnya muda banget. Ganteng juga." Seulgi bergumam selagi menatap mereka berdua yang berjarak tidak begitu dekat dengannya.

Setelah memastikan Delon sudah bersama ayahnya, Seulgi berbalik untuk segera pergi.

"Permisi," seseorang menepuk bahunya lembut. Seulgi berbalik dan menemukan ayah Delon di belakangnya sambil tersenyum manis.

Tahan, dia sudah beristri, Gi..

"Ya?" Seulgi menjawab sambil tersenyum sedikit.

"Ma, mau kemana? Ayo pulang!" Delon mengajaknya disertai dengan senyuman menggemaskan anak itu.

"Hee?" Seulgi mengernyit aneh. Apa-apaan? Dia pikir saat tadi Delon memanggilnya dengan sebutan 'mama' itu karena ketidaksengajaan. Tapi panggilan itu terulang lagi.

"Please just say yes. After that, I promise I will take you home." Pria itu memelas. Seulgi lagi-lagi menatap mereka berdua dengan tatapan anehnya itu. Ini sangat tidak masuk akal menurutnya.

"Promise?"

Pria itu mengangguk dan kemudian mereka berjalan beriringan. Seulgi tidak tahu kemana, tapi dia hanya mengikuti langkah pria di sampingnya ini.

"Nama kamu?" Pria itu bertanya. Sedangkan Delon nyaris terlelap di gendongannya. Mungkin lelah karena sedari tadi Delon menangis sambil mencari ayahnya.

"Seulgi. Kalau Anda sendiri?"

"Saya Jimin. Maaf ngerepotin, ya. Saya bakal bawa kamu ke rumah saya agar Delon ngga rewel. Setelah itu kamu boleh pulang. Anggap aja kejadian hari ini bukan apa-apa, oke? Maaf kalau kelakuan Delon bikin kamu ngga nyaman." Jimin berkata cukup panjang dan Seulgi hanya mengangguk pasrah.

"Is it okay? I mean.." Seulgi ingin melanjutkan ucapannya, namun dia seketika merasa canggung. Dia hanya ingin bertanya apakah istrinya Jimin baik-baik saja dengan ini.

"No, no. It's okay. You don't have to worry about anything." Jimin menjawab cepat dan menekankan kata anything.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai di parkiran. Jimin hendak meletakkan Delon di jok belakang, namun anaknya itu enggan untuk melepaskan pelukannya.

"Delon, Papa ga bisa nyetir kalau kamu maunya digendong, nak." Jimin berucap pelan, tidak ingin menganggu tidur anaknya.

Delon mengerang kesal, kemudian matanya terbuka sedikit dan melihat Seulgi. Tangannya tanpa sadar sepenuhnya terulur ke arah gadis itu.

Tanpa ragu, Seulgi menggendong Delon dan mengusap kepala bocah itu dengan halus.

"Aduh, maaf lagi-lagi ngerepotin kamu. Ayo masuk, nanti kamu pegel." Jimin buru-buru membuka pintu untuk Seulgi, sebelumnya belanjaan gadis itu dia ambil dan dimasukkan ke dalam mobil.

Selama perjalan menuju rumah Jimin, tidak ada percakapan. Sedikit sekali. Hanya Seulgi yang sibuk memangku Delon yang tertidur sambil mengusap kepala bocah itu. Terkadang Seulgi meletakkan pipinya di puncak kepala Delon.

Jimin yang melirik moment manis itu diam-diam tersenyum dan hatinya menjadi hangat. Entah kapan terakhir kali dia bisa tersenyum setulus ini kepada seorang wanita. Dia senang karena ada orang lain yang nampak tulus kepada Delon selain dia dan keluarganya.

Ah, lucunya..

—-

Udah aku bilang ini storyline yang mainstream bgt kaan :( sorry kalo bikin cringe HAHA

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang