Contracted - 2

1.2K 147 10
                                    

Hari cukup larut bagi Kang Seulgi untuk tetap duduk sendiri di ruang tengah rumahnya. Terhitung sudah satu jam lebih dia duduk di sini tanpa melakukan apa pun. Mungkin berulang kali mengecek ponselnya bisa dikatakan kegiatan lain yang dia lakukan selain duduk diam.

Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam dan suaminya, alias Park Jimin, belum nampak dari balik pintu rumahnya. Entah kemana lelaki itu pergi. Seulgi tidak tahu apapun.

Terbesit di pikirannya, beginilah Jimin dulu ketika Seulgi pergi bersama teman-temannya dan tidak memberikan kabar apapun kepada Jimin. Membiarkan lelaki itu menunggunya sampai dini hari dan hanya mendapat tanggapan sinis darinya.

Seketika Seulgi menyesalinya. Seharusnya dia bisa menghargai tindakan sekecil apapun dari seseorang untuk dirinya.

"Kau di mana.." Seulgi berkata dengan kesal dan setelah itu menggigit kuku jari tangannya.

Khawatir? Tentu saja.

Hubungan mereka berdua telah membaik. Seulgi sadar dengan itu. Siapa yang tidak melemah dengan segala perlakuan manis dari lelaki tampan seperti Jimin? Berminggu-minggu diperlakukan seperti itu membuat Seulgi semakin lama melunak dan tidak lagi berlagak jual mahal kepada suaminya sendiri. Or can I say her contracted husband?

Namun Seulgi tidak tahu alasan Jimin belum tiba di rumah sampai sekarang. Telefon Seulgi sejak 3 jam yang lalu tidak pula diangkat, membuat Seulgi khawatir bukan main. Seulgi bahkan tidak tahu siapa saja teman Jimin untuk sekedar bertanya di mana keberadaan lelaki itu.

10 menit menunggu dengan harap-harap cemas, akhirnya suara pagar rumahnya yang terbuka terdengar dan Seulgi segera beranjak dari tempatnya untuk menyambut kedatangan Jimin. Namun, yang dilihatnya setelah dia tiba di depan adalah Jimin yang sedang dibantu berjalan oleh seseorang dengan keadaan setengah sadar.

"Oh?" Seulgi memandang lelaki yang membantu Jimin berjalan itu.

"Seulgi, ya? Aku Namjoon, teman Jimin. Lelaki ini mabuk parah, jadi aku mengantarnya pulang." Kata Namjoon dengan senyuman manisnya yang menampilkan lesung pipinya.

"Maaf merepotkan. Ayo masuk." Seulgi dengan cepat tersadar dan segera masuk ke dalam rumahnya diikuti oleh Namjoon di belakang. Namun dia berbalik dan ikut membantu Namjoon untuk membawa Jimin ke kamar lelaki itu.

"Dia kenapa bisa seperti ini?" Seulgi bertanya dengan suara pelan setelah mereka berhasil membaringkan tubuh Jimin di kasur besar lelaki itu.

"Mungkin sedang banyak pekerjaan di kantor sehingga dia memilih minum sebagai penenang." Jawab Namjoon.

"Ah, begitu rupanya." Seulgi mengangguk-angguk dan memandangi wajah Jimin yang sedang tertidur.

"Semoga kalian sedang tidak ada masalah apapun. Aku pamit." Namjoon tersenyum lagi dan Seulgi mengantarkan Namjoon hingga ke depan.

"Aku akan membawa mobil Jimin. Katakan saja kepada suamimu kalau mobilnya aman di tempatku."

"Terima kasih, Namjoon. Maaf sekali lagi." Seulgi membungkukkan badannya sedikit sebagai permohonan maaf. Lagi Namjoon tersenyum dan segera masuk ke dalam mobil Jimin.

Setelah menutup pagar rumahnya, Seulgi segera berjalan dengan cepat ke kamar suaminya itu. Setidaknya dia harus membuat Jimin nyaman ketika tertidur.

Setelah kembali ke kamar Jimin, dengan perlahan Seulgi melepaskan sepatu Jimin dan jas kerja lelaki itu. Pelan-pelan sekali dia melakukannya agar Jimin tidak terbangun. Yah, walaupun saat terbangun Jimin masih setengah sadar.

Setelah selesai, Seulgi meletakkan sepatu Jimin di tempat biasa dan menyampirkan jas kerjanya di gantungan yang ada di balik pintu kamar Jimin.

Seulgi keluar untuk membawakan obat pening dan segelas air mineral untuk diminum Jimin pagi hari nanti. Dia meletakannya di atas meja kerja Jimin dan setelah itu Seulgi mendudukkan dirinya di tepi ranjang yang Jimin tiduri.

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang