Suara klakson mobil berbunyi nyaring di depan rumah Seulgi, membuat cewek ini langsung bergegas keluar dari rumahnya dan menghampiri si perusuh yang di depan rumahnya.
"Aduuh! Berisik, jangan ganggu tetangga yang lain, dong!" Seulgi ngomel begitu dia sudah di depan rumah dan mendapati mobil Jimin di depan rumahnya. Kaca mobilnya diturunkan ke bawah dan menampakkan wajah konyol Jimin yang sedang tertawa.
"Cepetan, deh. Kalo terlalu sore nanti jalanannya macet." Ucap Jimin.
"Tunggu, gue mau make sepatu." Seulgi masuk kembali ke dalam rumah dan membiarkan Jimin menunggu di depan rumahnya.
Tak lama, mobil lain datang dan ternyata itu orang tua Seulgi yang baru saja pulang kerja. Mamanya keluar terlebih dahulu dan Papanya memarkir mobil.
"Eh, Jimin? Kamu mau pergi sama Seulgi?" Mama Kang menyapa Jimin yang kini sudah turun dari mobilnya itu. Dengan sopan Jimin salim kepada wanita cantik ini, sama seperti anaknya yang sedang memakai sepatu di dalam.
"Iya, Tante. Kita mau pergi, emang Seulgi belom izin?" Tanya Jimin basa-basi.
"Udah kayaknya, ya? Tapi Tante lupa. Mau pergi kemana emangnya?"
"Kayaknya PIM aja, Tan." Bertepatan dengan itu Seulgi menghampiri mereka dan berdiri di samping Mamanya.
"Loh, tumben udah pulang? Mama kabur dari kantor, ya?" Tanya Seulgi keheranan melihat orang tuanya sudah tiba di rumah, padahal sekarang masih jam 5 kurang.
"Mama selesai meeting sama klien jam setengah 4, daripada balik ke kantor mending Mama pulang aja." Kata Mamanya menjelaskan. Seulgi hanya mengangguk-angguk dan mendadak suasana jadi canggung.
"Ya udah, deh. Aku berangkat dulu, Ma." Seulgi salim ke Mamanya dan diikuti oleh Jimin. Lalu Papanya datang dan mereka pamit juga.
"Anak muda jaman sekarang. Pacaran aja udah make mobil." Papanya menggelengkan kepala dan masuk ke dalam rumah bersama si istri.
"Emang mereka udah pacaran?"
"Hah? Ga tau, Papa ngasal aja."
***
"Hah? Gue aja yang bayar, Jim. Lo bayarin gue mulu, emang duit lo ga abis?" Mereka sekarang lagi debat karena Seulgi nolak dibayarin makan oleh Jimin. Bayangin aja, tiket nonton udah dibayar sama Jimin, sekarang makan juga dibayarin?
"Santai aja kali. Kan, yang ngajak kamu pergi juga aku." Kata Jimin yang sudah mengeluarkan kartu ATM dari dompetnya.
"Ga mau. Sekali aja gue bayar punya gue sendiri." Seulgi merayu dengan tatapan tidak enaknya itu. Jimin hanya menggeleng kemudian bangkit untuk membayar makanannya, meninggalkan Seulgi yang merasa tidak enak itu.
"Ayok." Jimin kembali dan kemudian mereka keluar dari tempat makan itu. PIM malam ini lagi padat, mungkin karena awal bulan dan hari Jumat.
"Sini, deh. Nanti ilang." Jimin menarik lengan Seulgi pelan dan membawanya mendekat.
"J-jangan lebay." Seulgi tertawa canggung dan berusaha untuk bersikap biasa.
"Kemana lagi, ya?" Tanya Jimin. Mereka lagi di eskalator mau naik ke lantai atas.
"Photobox, yuk!" Ajak Seulgi semangat. Jimin berpikir sebentar. Dia ini jarang berekspresi kalau di foto, tapi kalau itu kemauan pujaan hati, oke juga.
"Oke."
***
"Ngaco semua fotonya." Ucap Jimin setelah foto telah tercetak.
Pose pertama masih normal, hanya tersenyum biasa. Pose selanjutnya mulai ngaco. Seulgi yang pura-pura nonjok Jimin, lalu Jimin yang mengapit leher Seulgi dan membuat cewek itu berekspresi kesal, dan juga Jimin yang mengapit kedua pipi tembam Seulgi dengan posisi seperti Jimin sedang memeluk Seulgi dari belakang.
Foto kedua terakhir benar-benar candid. Foto mereka yang lagi tatap-tatapan dengan Jimin tertawa puas dan Seulgi bete, dan terakhir di mana keduanya tertawa puas sampai-sampai Seulgi tertawa sambil bertumpu di pundak Jimin.
"Tapi aku suka yang kedua dari terakhir." Kata Jimin.
"Guenya jelek. Lo sih mainin pipi gue sembarangan."
"Lagian punya pipi lucu banget. Jadi gemes." Jimin mencubit pipi Seulgi tanpa kelembutan sama sekali.
"Ih, lepas! Malu diliat orang." Seulgi memukul tangan Jimin dengan brutal kemudian mengusapnya kesal.
"Jangan bete, dong. Mau kemana lagi, nih?" Jimin bertanya sekaligus tangannya menarik lengan Seulgi pelan. Mereka berjalan entah kemana, yang penting lanjut jalan.
"Pulang aja kali, ya? Sekarang juga udah jam 8 lebih." Jimin hanya mengangguk dan kemudian mereka benar-benar memutuskan untuk pulang. Lagi pula Jimin sudah puas karena telah menghabiskan waktunya dengan Seulgi hari ini.
***
"Ah, macet. Gue kebelet pula." Seulgi mendengus sebal sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Daerah Fatmawati macet total dan Seulgi bete.
"Yah, kamu kenapa ga ke toilet dulu sebelum pulang?" Tanya Jimin. Haduh, malah jadi dia yang panik.
"Belom kerasa. Ya udah, santai aja. Gue bisa tahan."
"Lagian 10 menit lagi juga sampe kalo di depan udah ga macet." Seulgi mengangguk-angguk dan kemudian memilih untuk memainkan ponselnya. Group chat cewek-ceweknya berisik, bertanya apa dia lagi jalan sama Jimin atau tidak. Seulgi hanya membacanya tanpa niat dibalas. Teman-temannya pasti sudah pada tau jawabannya, kok.
"Only fools do what I do, only fools fall." Entah sejak kapan lagu Troye Sivan yang berjudul Fools ini terputar, tapi Jimin bersenandung bersama dengan lagu itu.
Seulgi membenarkan duduknya, mendadak dia merasa canggung mendengar Jimin nyanyi seperti itu. Seulgi jelas tahu makna di balik lagu ini dan lagu ini cukup menjelaskan kondisi Jimin sekarang ini.
Mereka pacaran? Tidak, mereka ini lagi di fase hubungan tanpa status. Seulgi bukan berniat untuk menggantungkan Jimin seperti ini, dia hanya bertingkah biasa. Bahkan terkadang dia malu-malu karena tindakan cowok itu.
Tapi yang bikin hubungan ini tidak jelas yaitu karena Jimin sendiri. Ya, balik lagi ke aturan nomor satu. Cowok yang selalu disalahkan. Tapi benar, karena Jimin itu tidak pernah menyatakan perasaannya kepada Seulgi. Walaupun Jimin yakin seratus persen kalau Seulgi pasti tahu kalau cowok itu suka dengannya.
Tapi tetap saja, Jimin tidak pernah meminta Seulgi untuk jadi pacarnya.
Lagu hampir habis dan Seulgi melirik ke Jimin beberapa detik, dan cowok itu sadar. Dia balas menatap Seulgi dan bertepatan dengan lirik lagu yang sama dengan yang tadi Jimin nyanyikan.
Only fools fall for you, only fools fall.
"Aku- eh, gue ngantuk. Tolong bangunin." Seulgi lebih dulu memutus kontak mata mereka. Dia tidak ingin suasana canggung ini berlangsung terus menerus.
Jimin tersenyum miris, kemudian mengangguk.
—-
Ini... apa sih? Makin kesini makin ngaco..

KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fiksi Penggemar[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.