Propose

1.8K 207 31
                                    

bahasa; non baku.
setting; jakarta.

---

Jimin hari ini sengaja mengambil cuti karena ingin memberi kejutan untuk pacarnya, Kang Seulgi.

Kejutan ulang tahun? Bukan, gadis itu sudah berulang tahun satu bulan yang lalu dan Jimin menyiapkan birthday lunch di restoran favorit Seulgi. Kali ini, kejutan yang lebih parah daripada kejutan saat ulang tahun Seulgi.

Sekarang menunjukkan waktu pukul setengah dua siang, sebentar lagi Seulgi pulang setelah selesai mengajar di salah satu SD swasta di daerah Jakarta Selatan. Iya, Seulgi itu guru.

Jimin meraih ponselnya dan menelfon Seulgi.

"Halo?" Sapa Jimin.

"Kamu kenapa? Aku lagi ngajar, nih." Kata Seulgi sedikit panik.

"Ngga apa-apa. Sebentar lagi kamu pulang, kan?" Tanya Jimin.

"Iya. Kenapa? Kamu ngga kerja? Kok, bisa nelfon aku?" Tanya Seulgi berturut-turut. Jimin tersenyum senang mendengar rentetan pertanyaan Seulgi.

"Iya aku ngga kerja, karena itu aku nelfon kamu buat bilang kalau aku bakal jemput kamu."

"Oke, deh. Aku tunggu." Balas Seulgi senang.

"Semangat ngajarnya, Seul."

"Iya, makasih sayang."

Jimin segera menutup sambungan telfon mereka dan bersiap untuk menjemput Seulgi. Dia memilih untuk menggunakan sweater berwarna krem dan celana jeans hitam. Walaupun bajunya terlihat santai, tapi masih terkesan rapi.

Tentu saja dia harus rapi untuk memberikan kejutan ini untuk Seulgi.

Jimin mengambil kotak kecil diatas meja sambil tersenyum, lalu dengan itu dia keluar dari rumahnya dan segera pergi untuk menjemput Seulgi.

***

Jimin memarkirkan mobilnya di parkiran tempat Seulgi mengajar. Banyak mobil lain yang sudah berada disini untuk menjemput murid lain dan terkadang kondisinya sangat ramai dan susah dikendalikan.

Maka Jimin menghubungi Seulgi agar gadis itu segera keluar dan mereka bisa cepat pergi dari sekolah ini. Tak lama, Seulgi datang dengan tentengannya. Satu tas kecil yang berisikan buku nilai dan lembar ulangan murid-muridnya.

"Ngapain ngambil cuti? Besok sabtu, udah libur. Tahan aja, sih." Tanya Seulgi membuka pembicaraan. Jimin memutar stir mobil dan dengan hati-hati keluar dari kawasan sekolah ini.

"Pengen aja, kenapa?" Jimin balas bertanya. Seulgi memutar bola matanya malas dan memilih untuk diam. Berdebat dengan Jimin sama saja seperti berdebat dengan anak kecil, tidak akan selesai.

"Terus sekarang mau kemana?"

"Kamu mau kemana? Aku ikutin kamu aja." Jawab Jimin.

"Lah? Aku maunya pulang, tapi pasti kamu mau jalan dulu, kan? Liat, pakaian kamu rapi." Seulgi melihat Jimin dari atas sampai bawah, melihat Jimin yang sudah rapi. Bahkan sekarang lelaki itu memakai kaca mata hitamnya selagi menyetir.

"Kamu laper?" Tanya Jimin lagi.

"Ini kenapa dari tadi tanya jawab terus, sih?" Seulgi mencibir. Sedangkan Jimin hanya terkekeh. Sering sekali Seulgi mengucapkan pertanyaan itu. Apa lagi dulu saat mereka masih awal-awal pacaran.

"Jawab kalau gitu." Kata Jimin.

"Laper, lah. Pakai nanya segala."

"Tuh, kan. Galak kalau lagi laper." Jimin segera membelokkan mobilnya ke kiri untuk menuju mall terdekat dari sekolah Seulgi.

The Journal [p.j.m & k.s.g]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang