Sebelumnya, menunggu adalah kegiatan yang sangat tidak disukai oleh seorang Park Jimin. Dari sekian hal yang ada di muka bumi ini, menunggu merupakan hal yang benar-benar menguji emosinya sesaat.
Tapi setidaknya itu tidak berlaku dengan keadaan yang dialami Jimin sekarang. Menunggu menjadi sesuatu yang harus dilakukan dan ia pun sama sekali keberatan ketika itu semua berhubungan dengan sang pujangga hati yang masih beraktivitas di dalam gedung yang menjulang tinggi dihadapannya. Senyumnya masih setia bertengger di wajah lelahnya, ditemani senandung pelan pemutar musik dari Zayn Malik berjudul Pillowtalk.
Tidak bertemu dengan kekasihnya selama sebulan benar-benar hampir membuat Jimin gila sendiri.
Pintu mobil seberang Jimin terbuka kemudian seorang gadis masuk ke dalamnya. Dimulai dari topi, masker hingga pakaiannya semua sangat tertutup juga berwarna hitam kurang lebih sama seperti dirinya. Dan senyum Jimin semakin merekah disana.
"Sudah selesai?" Jimin bertanya pelan.
Gadis itu hanya mengangguk pelan lalu membuka topi diikuti maskernya. Digerainya rambutnya yang panjang lalu membuka jaketnya yang tebal, menampilkan sweater berwarna merah pemberian Jimin bulan lalu.
"Kau sudah menunggu lama?" Kang Seulgi balik bertanya seraya maniknya membalas tatapan Jimin yang masih saja ada padanya.
"Ingin jawaban jujur atau bohong?"
Seulgi tersenyum mendengar penuturan Jimin. "Jawaban jujur saja."
Jimin tersenyum menggoda. "Well, aku sudah menunggu sekitar 2 jam. Tapi itu tak masalah jika itu menunggumu."
"Dasar perayu." Seulgi menggerutu, berusaha menetralkan alat pemompa darahnya yang mendadak bekerja dua kali lebih cepat juga wajahnya yang memanas jika Jimin mulai merayu. Sedangkan Jimin tertawa pelan melihat tingkah kekasihnya yang tersipu malu, tampak menggemaskan di matanya.
Jimin benar-benar menyukai Seulgi, dan apapun tidak akan pernah mengubah itu.
"Kau mengubah warna rambutmu lagi?" Seulgi bertanya ketika sadar bahwa warna rambut Jimin saat terakhir ia jumpai berwarna merah muda dan kini telah berubah menjadi cokelat terang.
Jimin mengangguk pelan. "Warna merah muda cepat memudar makanya segera aku ganti. Lagipula sepertinya cokelat atau hitam lebih cocok untukku."
Seulgi mengusap rambut Jimin yang terasa sedikit kasar ditangannya lalu perlahan menjalar ke pipi gembul lelaki itu. "Tapi rambutmu akan cepat rusak jika kau mengganti warnanya terus menerus, Jim. Jangan dibiasakan."
"Aku tahu. Jangan khawatir, aku merawatnya dengan baik." Jimin tersenyum lebar. Senyuman lucu dan manis favorit Seulgi.
"Kau makan dengan baik?" Seulgi kembali bertanya.
"Ya, aku makan dengan baik."
"Istirahatmu cukup?"
"Aku tidur dengan nyenyak."
"Lalu bagaimana deng—"
Omongan Seulgi terhenti kala Jimin mengecup bibirnya sekilas. Membuat gadis itu membeku di tempatnya.
Jimin tersenyum melihat respon itu. "Kenapa kau semakin cerewet, Kang Seulgi?" Dan Seulgi hanya bisa tersipu, merapikan rambutnya berulang kali mengurangi rasa gugupnya.
Ini sudah hampir 3 bulan berpacaran dan Seulgi belum bisa terbiasa dengan aksi Jimin yang sering melakukan skinship mendadak. Lelaki itu benar-benar berefek tidak baik terhadap kinerja tubuhnya.
"Omong-omong," Jimin mengambil sebuah paper bag yang dia letakkan di belakang. "Aku membawakan oleh-oleh dari Amerika untukmu." Kemudian menyerahkannya pada Seulgi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journal [p.j.m & k.s.g]
Fanfic[SLOW UPDATE] Kumpulan cerita Jimin x Seulgi.